Chapt 4 || Two Shadows

665 100 0
                                    

Mellya menatap heran ke arah Sandra. Dan ke arah lahan kosong di depannya. Apa yang temannya ini pikirkan sebenarnya?

"Gak ada toko di sini Sandra. Lo kenapa sih?" tanya Mellya dengan nada kesalnya pada Sandra.

"Ja--jadi, lo beneran gak liat nih toko?" tanya Sandra dan dibalasi gelengan oleh Mellya. Sandra merasakan sesuatu menepuk bahunya. Ia segera menolehkan wajahnya ke belakang namun tak mendapati apapun. Sandra mengelus tengkuknya yang mulai merinding.

"Mell, lo merinding gak sih kalo di sini?"

"Hufft, gue ngajak lo pulang dari tadi ya karena itu alesannya Sandra. Lo liat nih, bulu kuduk gue berdiri semua." ucap Mellya sambil menunjukkan bulu di lengannya.

Sandra menggeleng. Tidak, ia tidak boleh pulang sekarang. "Lo tunggu sini dulu, gue mau masuk toko ini."

"Apa? Lo gila? Gak ada toko apapun di sini Sandra." ucap Mellya dengan intonasi sedikit meninggi.

"Udah, lo tunggu sini aja. Jangan kemana-mana, Oke." ucap Sandra lalu membuka kenop pintu kaca toko itu. Tiba-tiba tubuh Sandra menghilang dari penglihatan Mellya. Mellya mulai khawatir dengan hati yang was-was.

"Sandra. Eh, San.. Sandra, lo dimana?" teriak Mellya mulai panik. Bagaimana bisa Sandra menghilang?

Sandra POV

Aku membuka kenop pintu dan saat ini telah memasuki toko kuno ini. Aku mencari-cari dimana lelaki kemarin berada. Pencahayaan yang kurang membuatku kesusahan untuk mencarinya. Namun, satu hal yang membuatku terkejut adalah pada gelangku. Gelang itu menyala lagi. Aku membelalak dan mulai takut. Namun, beberapa menit kemudian gelang itu telah kembali pada keadaan semula yang membuatku aku lega akan hal itu.

"Nona?" ucap lelaki kemarin yang ternyata ada di depan cermin yang sama seperti kemarin.

"Ah, kupikir kau tak akan ke sini lagi." ucapnya. Aku melihatnya berjalan lalu menyalakan semua lampu di toko itu. Dia benar-benar lelaki yang sangat peka.

"Temanku ada di depan tokomu. Tapi kenapa dia tidak bisa melihatnya?" tanyaku pada lelaki itu. Lelaki itu menyodorkan kursi padaku dan aku dengan senang hati mendudukinya.

"Kenapa seperti itu ya?" gumamnya dengan tampang seperti berpikir.

"Kamu manusia kan?"
Pertanyaanku sukses membuat dia sedikit terkejut. "Aku manusia nona, apa kau tak melihat kakiku yang bisa menapaki tanah? Atau kau ingin memastikan detak jantungku sekalian bila perlu?" ucapnya sambil tertawa sumbang.

Aku sedikit meringis mendengar jawabannya. "Tapi, kenapa hanya aku yang bisa melihat toko ini?"

"Nanti kamu akan tahu sendiri jawabannya nona."

"Maksud kamu apa? Jangan buat aku penasaran."

Lelaki itu tersenyum padaku lalu tatapannya beralih pada gelang yang melingkar di tanganku. "Apa gelang ini sudah pernah menyala?" tanyanya membuatku sedikit terkejut.

"Ba--bagaimana kamu bisa tahu?" tanyaku dengan gugup.

"Percayalah, gelang ini akan selalu melindungimu. Kamu tak perlu mencari tahu tentang apapun, karena kamu akan mengetahui hal itu dengan sendirinya." ucapnya.

Detik kemudian mataku refleks terpejam. Setelah dia mengucapkan kalimat itu, toko tadi telah hilang. Hanya menyisakan diriku yang berdiri mematung di lahan kosong itu.

End POV

"Sandraaaa!!!" teriak Mellya setelah melihat kembali tubuh Sandra. Mellya segera memeluk tubuh Sandra yang membuat si empu kesulitan mengatur nafasnya.

CASANDRA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang