Kalian harus bersyukur dengan kehidupan yang kalian jalani saat ini. Bersyukur masih bisa merasakan hembusan udara yang kalian tarik--lalu kalian keluarkan lagi sesuka kalian. Hidup cuma sekali bro;) Aku harap kita sesama 'Hooman' sadar bahwa banyak orang meninggal yang menangisi perbuatan mereka sewaktu hidup.
Tapi apa? Mereka sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi, 'kan? Mau bertaubat pun sudah terlambat? Yang ia bisa hanya menyesal dan merutuki perbuatan mereka.So, jalani hidup kalian sebaik mungkin.
And then, happy reading bro;')●●●
"Mom, pak Mumun mana?" tanya Sandra setelah siap dengan memakai seragam identitas sekolahnya. Saat ini, rambutnya ia urai begitu saja.
"Pak Mumun pulang kampung. Kamu naik motor aja ya."
"Apa? Gak mau! Ntar rambut Sandra berantakan mom." ucap Sandra denga intonasi yang sedikit meninggi.
"Daddy mana sih?" Sandra celingak-celinguk mencari Rizal.
"Daddy kamu udah berangkat habis subuh tadi baby." ucap Elisabeth yang tenang membaca majalah tentang perawatan kecantikan dengan duduk di teras halaman depan.
"Morning mom." ucap Rafael yang baru saja keluar dari rumah. Sandra menatapnya dari bawah hingga atas.
"Morning." jawab Elisabeth tanpa menoleh ke arah putranya.
"Kenapa?" tanya Rafael pada Sandra.
"Lo ganteng banget sih. Anterin ke sekolah dong."
"Berani bayar berapa lo?" tanya Rafael melewati Sandra begitu saja menuju garasi untuk mengambil motornya.
"Entar gue kasih Line-nya Mellya deh." ucap Sandra mengikuti Rafael. Menurut Sandra, lebih baik dibonceng motor Rafael daripada harus menyetir motornya sendiri. Karena jika menyetir sendiri pasti rambutnya akan lebih acakan lagi.
"Kurang." jawabnya singkat.
"Emm, gue kasih biaya bensin antar jemput."
"Gue gak mau jemput lo." ketus Rafael.
"Berarti kalo nganter mau dong."
"Nggak."
"Nyebelin banget sih lo!" ucap Sandra sambil mencubit lengan adiknya.
"Awh, sakit kak." rintih Rafael sambil memegangi lengannya.
"Lemah."
"Gue mau anterin lo tapi entar malem temenin gue." ucap Rafael dengan sedikit menahan malu.
"Kemana?" Sandra mengerutkan dahinya.
"Sini." Rafael membisikkan sesuatu pada Sandra. Sandra sedikit terkejut, namun detik kemudian ia tertawa keras. Rafael menatap kesal ke arah Sandra yang menertawainya. Sudah ia duga jika respon kakaknya akan seperti ini.
"Heh, lo bocil gak usah macem-macem deh." ucap Sandra dengan mengatur nafasnya karena lelah dengan tawanya.
"Mau dianterin gak?"
"Oke, oke."
Sandra sempat melirik Daniel yang menampakkan wujudnya di ambang pintu rumahnya. Ia memakai jaket milik Rafael kali ini. Entah kenapa semua baju atasan Rafael muat di tubuh Daniel. Sandra tersenyum hangat menatap Daniel dari kejauhan. Daniel pun membalas senyuman itu.
***
Sandra telah memasuki gerbang sekolahnya ditemani Daniel. Entah sejak kapan Daniel berjalan di sampingnya. Ia menata sedikit rambutnya yang acakan akibat naik motor dan nafasnya pun sedikit sesak akibat polusi di kota itu. Lalu tatapannya beralih pada wajah rupawan Daniel yang tampak segar pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASANDRA [END]√
Fantasy[17+] [⚠ Mental Potato Silahkan Berkumpul] Gadis SMA yang memiliki kecantikan sempurna bak dewi fortuna itu akhir-akhir ini mengalami kajadian yang mampu membuatnya sedikit frustasi. Bayang-bayang seorang lelaki yang juga memiliki wajah nyaris sempu...