Chapt 12 || Daniel The Savior

451 81 2
                                    

Sandra POV

Setelah selesai pemotretan yang sempat tertunda kemarin, aku pergi ke caffe sejenak untuk menghilangkan kepenatanku. Setidaknya, aku bisa menikmati espreso ini ditemani dengan alunan music classic yang terdengar di penjuru caffe.

Kali ini aku sendirian. Albert serta supirnya pulang terlebih dahulu karena katanya penyakit jantung neneknya tiba-tiba kambuh. Aku tak mempermasalahkan akan hal itu.

Aku menatap jam di layar ponselku yang ternyata menunjukkan pukul tujuh malam. Seharusnya aku sudah pulang hari ini karena sebentar lagi daddy akan mengajakku ke rumah temannya. Tapi, rasanya aku masih belum ingin beranjak dari tempat duduk yang nyaman ini.

Tiba-tiba ponselku bergetar dan tertera nama Rafael di sana. Aku segera menekan tombol hijau dan mengangkatnya.

"Kak, daddy udah nungguin lo." ucap Rafael dari sambungan teleponku.

Aku menghela nafas. "Gue berubah pikiran deh. Mending lo aja yang temenin."

"Apaan sih. Gue besok ada ulangan."

"Gue capek Rafa. Lo bantuin gue sekali-kali kek."

"Ogah banget gue bantuin lo."

"Durhaka bet lo bocil."

"Udah deh jangan banyak cin cong. Lo cepet pulang, ntar malah gue lagi yang kena marah."

"Biarin. Sekali-sekali lo yang dimarahin. Lo tuh laki-laki, tapi manja banget tau gak."

"Heh, kenapa jadi ke manja-manja segala. Gue, 'kan anak bungsu. Jadi wajar aja kalo daddy sama mommy manjain gue, wlee."

Setelah mendengar penuturan Rafael, aku segera mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Percuma saja aku berdebat dengan adikku ini. Menguras tenaga dan waktu. Dia memang sangat manja sedari kecil. Aku yang menjadi anak sulung hanya bisa menerima saja tentang ke-manja-an adikku pada orang tuaku. Asal kalian tahu, uang jajanku tak ada apa-apanya dibandingkan dengan uang jajan Rafael. Padahal dia baru SMP kali ini. Aku dengan sejuta wishlist-ku, tidak akan cukup dengan mengandalkan uang saku yang diberikan orang tuaku. Aku mengandalkan pekerjaanku dalam hal ini. Tapi, setidaknya aku bersyukur karena Tuhan memberikan jalan karirku menjadi model yang mempermudahkanku untuk memenuhi--- wishlist-ku.

Aku telah memasuki rumahku yang ternyata sudah ada orang tuaku yang berdiri sambil menatapku. Aku menatap daddy dengan ragu-ragu.

"Sandra, kenapa baru pulang?" tanya Rizal.

"Maaf dad. Sandra capek, Sandra gak jadi ikut daddy gak papa, 'kan?"

Rizal menghela nafas. "Gak bisa, karena daddy udah janji sama temen daddy."

"Dad, Sandra beneran capek."

"Daddy seharian juga capek Sandra."

Aku menghela nafas. Sepertinya memang aku ditakdirkan untuk selalu mengalah dengan keadaan. "Baiklah. Aku ganti baju dulu."

Aku menaiki tangga rumahku dan berjalan melewati kamar Rafael. Pintu kamarnya sedikit terbuka sehingga terdapat celah untuk aku bisa memasuki kamarnya. Aku membuka pintu itu dan menemukan Rafael yang sedang bermain---- play station dengan seriusnya.

Apa-apaan ini? Bukannya dia berkata ada ulangan besok? Aku segera menghampirinya dan merebut remote control yang ia pegang. Rafael menatap tajam ke arahku namun aku tak takut sedikit pun padanya.

"Heh, ngapain lo? Sini balikin." ucapnya sambil ingin merebut remote yang ada di tanganku.

"Jadi ini hah yang namanya just study at home. Dasar lo masih kecil udah bullshit."

CASANDRA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang