Chapt 17 || Bullying

420 64 1
                                    

Wajah Sandra terlihat kusut pagi ini. Setelah mendapat laporan dari Albert bahwa nanti malam dia ada jadwal untuk menjadi model dress keluaran terbaru dari designer  ternama, dia jadi terlihat nampak sedih karena tidak bisa melakukan pendekatan pada Valdo. Tidak bisa menyelesaikan misi dengan cepat. Apa ia tolak saja job kali ini? Ah, tapi tidak mungkin.

Sandra berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke loker yang tersedia. Di loker itu tertulis namanya. Saat membukanya, Sandra disuguhi sebuah surat yang terbungkus amplop cantik berwarna merah maroon. Ia mengernyitkan dahinya lalu membuka amplop itu dan membaca surat yang ada di dalamnya.

From : Valdo.

Sandra, sorry kalo gue kasih lo surat segala kaya gini. Lo boleh bilang alay sih. Tapi ini karena lo gak pernah balas notif gue sama sekali. Gue cuma ngingetin lo aja. Kalo nanti malam jadi jalan, lo langsung chat gue.

And then, thank u.

Sandra mendengus. "Masih jaman aja pake surat-surat segala."

Tiba-tiba Daniel muncul di samping Sandra dan mengintip sebuah kertas yang ada di tangan Sandra.

"Apa itu?" ucap Daniel.

"Astaga, ngagetin banget sih lo. Gue bisa mati muda karena kena serangan jantung dadakan." Sandra mengusap dadanya sambil menatap sebal ke arah Daniel.

"Kalo gue bisa megang lo, rasanya gue pengen jambakin rambut lo sekarang tau gak!" Mood Sandra sudah sedikit buruk hari ini.

"Ya maap. Apa itu?"

"Baca aja sendiri." ucap Sandra meninggalkan Daniel yang mengernyit heran sambil menatap gadis tersebut.

Sandra berjalan menuju ke kamar mandi untuk berganti seragam memakai kaos olah raga. Ia hanya sendirian karena Mellya dan Linda ada perkumpulan PMR. Entah kenapa kemarin mereka ngebet banget ingin ikut extra PMR. Mereka juga menawarkan Sandra untuk ikut extra dengan mereka,  tapi Sandra tidak terlalu minat.

"Heh cewek gatel." ucap salah seorang perempuan yang tak lain adalah Filza. Kakak kelas perempuannya yang paling suka bikin onar di sekolah.

Sandra tak menghiraukan perkataan itu. Ia melewati tiga perempuan yang menghadang jalannya dengan berani.

"Permisi gue mau lewat." ucap Sandra dengan raut wajahnya yang ia buat sedatar mungkin.

Seorang gadis lainnya yang bernama Bella menyudutkan tubuh Sandra hingga punggungnya terbentur dinding di belakangnya. "Kita udah baca surat di loker lo. Emang ya lo adek kelas belagu banget."

"Bener, kasih pelajaran aja Fil." ucap Nadia.

"Kak, tolong lepasin gue." ucap Sandra yang sudah tidak tahan lagi dengan cengkeraman keras yang ada di lengannya.

Filza secara spontan menarik rambut Sandra. Sandra meringis membayangkan bagaimana rambutnya yang rontok akibat tarikan keras itu. Astaga, perawatan rambutnya sangat mahal jika kalian tahu.

"Jangan pernah lo deket-deket sama Valdo." ucap Filza dengan penuh penekanan.

"Gue gak pernah deket-deket sama dia." elak Sandra.

"Alesan aja lo." ucap Bella dengan menendang lutut Sandra. Hingga membuat si empu terduduk lemas merasakan rasa sakit di lututnya. Bahkan ia bisa mendengarkan bunyi tulang lututnya tadi.

"Ini baru peringatan Sandra. Gue bisa berbuat lebih kalo lo masih ngebet pengen deket sama Valdo." ucap Filza lalu melepas tarikannya pada rambut Sandra. Filza sedikit menendang lagi kaki Sandra yang bersimpuh di bawahnya. Sandra terlonjak kaget dan diam saja dengan perlakuan mereka.

CASANDRA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang