3. Sang Playboy

870 51 0
                                    

Dicky sang raja playboy sekolah, yang tak pernah absen setiap harinya berbeda gandengan tangan dan Hasna lah yang membantunya memutuskan sepihak. Kejadian yang mungkin kalian menganggap ini parah adalah, Hasna pernah rela pura-pura hamil besar karena permintaan Dicky yang ternyata hanya ingin putus dengan salah satu pacar yang sangatlah materialistis dan rempong.

"Parasit datang!" Sindir Hasna, sedangkan Dicky tersenyum manis.

Parasit adalah panggilan sayang Hasna ke Dicky. Kalian benar, hanya Hasna lah yang memanggilnya dengan panggilan itu. Karena menurutnya, dua jantan diantara mereka ini sangatlah mengganggu seperti parasit, khususnya Dicky.

"Astaga! Kembarannya Kim Taehyung, adiknya Lee Min Hoo masa dibilang parasit sih!" Percaya Dicky, dengan nada dibuat-buat.

"Mimpi jangan ketinggian bro! Jatoh sakit!" Sindir Amel melirik kesal Dicky.

"Nah, bener tuh ratu gue!" Tambah Marchel merangkul pundak Amel.

"Njirrr! Sejoli dugong punya dendam ke sumsum kayaknya!" Celetuk asal Dicky.

"Kesumat kaleee!" Ucap Marchel lebay.

"Najiss! Alay mu le!" Ujar Dicky menjitak kening Marchel.

Tak betah mendengar ocehan cowok gesrek di sampingnya, Hasna menulikan telinganya.
Idenya muncul, dia melenggang pergi ke toilet sebagai dalih.
"Gue ketoilet!" Ujar Hasna.

"Mau gue temenin gak yang?" Tawar Dicky ramah.

Hasna membalas dengan memberi tatapan horor khasnya. Dicky menelan ludah sendiri melihat itu, lalu Hasna berlalu sewot. Sebenarnya, Hasna tidak benar-benar ke toilet, melainkan ke belakang sekolah. Tibanya dia di belakang sekolah, Hasna memberi chat via WhatsApp ke Amel untuk segera pergi membolos.

Amel mendengar ponselnya berbunyi, cepat-cepat membuka pesan WhatsApp dan langsung pergi begitu saja meninggalkan kantin. "Lo yang bayarin ya sayang! Daahhhh!" Ucap Amel memberi kiss bye sebelum langsung berlari menjauh tak bertanggung jawab.

"Lah baru dateng kita, udah di suruh bayar aja. Padahalkan kita belum pesen apa-apa." Ujar Marchel lirih sembari memakan sisa bakso milik Amel yang tersisa satu biji.

Dicky melirik Marchel dan menahan tawa yang menggelitik di perutnya. "Haha, itukan derita lu!" Ledek Dicky.

"WOI! Lo juga kan harus bayar minumannya si Chucky!" Tukas Marchel.

Dicky diam, dia lupa hal itu. Ok, daki ijo milik Marchel berbunga karena bisa menyekak Dicky. Menyebalkan tapi cinta, itulah perasaan Dicky ke Hasna. Padahal dia mau memuji kepandaian pacarnya itu dalam hal player.

Yah kalian benar, siswa yang diam-diam mengintai Hasna tadi tak lain tak bukan adalah Dicky, pacar Hasna sendiri. Permainan Hasna dan Dicky berbeda, si Hasna main cantik sedangkan Dicky main bar-bar. Jika Hasna memutuskan pacarnya dengan drama agar dia tak dipandang jelek oleh sang mantan, sedangkan Dicky memutuskan sepihak tanpa penjelasan dan hilang kabar.

Hasna dan Dicky sama, sama-sama main hati anak orang. Karena mereka berpacaran sejak SMP, membuat mereka hapal betul dengan karakter masing-masing. Namun ajaibnya, dari Hasna maupun Dicky berpacaran hanya sebatas berpegangan tangan dan merangkul. Sekalipun mereka berdua belum pernah ciuman bibir dan melakukan hal-hal melenceng.

Karena memegang anggapan yang sama yaitu menjaga ciuman pertama dan lainnya hanya untuk masa depan mereka kelak.

Di pagar sekolah, Hasna dan Amel bersiap memanjat dengan ancang-ancang. Hal pertama adalah, mereka melempar tas masing-masing keluar pagar, lalu mengumpulkan tenaga juga batu untuk dinaiki.

Namun tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan, suara deru orang berjalan mendekati mereka. Membuat Hasna dan Amel gercep, berusaha menaiki pagar. Entah perasaan apa, Hasna dibuat merinding ketika jejak kaki tersebut terdengar jelas di indra pendengarnya.

"WOI WOI! NGAPAIN LU!" Tegur tegas seseorang dengan suara menyeramkan.

"SHIT!" Umpat Hasna.

Hening kini, aneh. Malah kini yang terdengar adalah suara cekikikan seseorang membuat Hasna curiga karena ia sangat hapal dan mengenal suara itu. Dan ketika Hasna menoleh kebelakang, rasanya ia ingin mengumpat dan berkata kasar di depan orang itu, sekaligus melempar batu bertoping lava panas ke wajah orang sialan itu.

"SIALAN! PARASIT SIALAN!" Batinnya kesal setengah hidup.

Dicky menyeringai saat ketahuan oleh Hasna, sedangkan si Marchel nyengir-nyengir gak jelas yang menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi. Ayolah, menyebalkan sekali situasi seperti ini, beda dengan Amel yang malah diem dan lempar batu. Eh, bukan maksudnya lempar senyum paling manis miliknya ke arah Marchel. Huh. Hasna lupa kalau sahabatnya itu kaum bucin sejati.

"Mata lo berdua pen gue colok satu-satu! IYA!" Sentak Hasna tak santai, yang langsung memutuskan kontak mata antara Amel dan Marchel.

Dicky menghampiri dua gadis itu. "Jangan galak-galak dong sayang... Nanti cantiknya ilang lo..." Goda Dicky merangkul manja Hasna tanpa izin.

Dilepaskannya kasar rangkulan manja Dicky yang membuatnya jengah. "Isshhh.... Bisa diem gak lu! Gue tonjok ganteng lu ilang, baru nyengir lu!" Ujar Hasna menatap wajah Dicky horor nan tajam.

"Duh, doi gue baru nyadar kalo pacarnya ini tampan!" Bangga Dicky yang langsung di cemooh yang lain.

"BANGKE!" Umpat Hasna tepat ditelinga Dicky, padahal Dicky mengira ia akan dicium Hasna. Namun, itu hanyalah angan semata. Hasna kembali melanjutkan aksinya.

"Chucky sayang, yang keberapa tadi? Hem?" Tanya lembut Dicky tiba-tiba.

Hasna yang masih berusaha memanjat pagar pun mengurungkan niatnya dan menoleh kebelakang sambil menaikkan sebelah alisnya. Hasna tau benar arah bicara Dicky, ia menghela nafas dalam lalu menjawab. "Baru yang ke seratus.... Eum... Seratus tujuh." Ucapnya santai.

Dicky menghela nafas tegar dan pasrah lalu tersenyum manis. Di sisi lain, Amel dan Marchel yang baru engeh omongan sejoli di depan mereka ketika Hasna berbicara, baru yang ke seratus tujuh.

"Gak usah MUNA! Lo sendiri gak jauh beda ma gue!" Monohok Hasna pelan tapi ngena banget di hati kitty Dicky. Hasna melipat kedua tangannya di depan dada seraya menyipitkan matanya.

Tersenyum, itu yang dilakukan Dicky sekarang. "Ah iya, kamu bener." Pasrah Dicky membenarkan ucapan kekasihnya.

"Elahhh woi! Lo orang kesini mau ngerusuh apa gimana njirrr!" Dongkol Hasna geram.

"Mau ikut boloslah sayang!" Santai Dicky menampilkan senyum manis miliknya.

"Yaudah, gimana ini?" Bingung Hasna.

"Kek biasanya aja, kok ribet." Celetuk Marchel yang dihadiahi tatapan tajam dari teman-temannya. "UPS! Sorry!" Cengirnya tak berdosa.

"Bangkunya disingkirin pak Aji apa kek mana?" Tanya Dicky entah ke siapa ia bertanya.

Pak Aji, adalah penjaga sekolah SMA PELITA dan selalu menyingkirkan barang untuk memanjat anak yang membolos. Sialnya, sekarang mereka terjebak antara balik ke kelas dihukum saat itu juga atau tetap membolos dihukumnya besok.

"Menurut lo?" Sinis Amel kesal.

Tiba-tiba sebuah ide brilian muncul di otaknya. "Ck, gini aja deh. Gue sama Marchel di bawah dan kalian di atas gimana?" Usul Dicky.

Menurutnya ini ide yang lumayan bagus, daripada lumanyun diem disini sampe jam berikutnya. "Yaudah cepet!" Buru Hasna segera naik ke bahu Dicky. Sedangkan Amel naik ke bahu Marchel bersamaan.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang