37. Hidup baru

374 19 0
                                    

Setelah menikah dan memulai hidup baru, Hasna dan Dicky memutuskan untuk tinggal di rumah Hasna karena itu keinginan Hasna sendiri, Dicky juga menerima permintaan Hasna. Karena di rumah itu, banyak kenangan mamanya Hasna serta papa Hasna gak mungkin di tinggal sendiri di usianya.

Sedangkan mama dan papa Dicky kembali menjalankan aktivitas seperti biasa, begitu juga dengan papa Hasna. Dicky mengembankan tugasnya seminggu ke sekretarisnya untuk menjaga Hasna. Waktu pertama Hasna dan Dicky tidur bersama, tepatnya saat malam pertama. Mereka tak melakukan apapun, hanya tidur karena lelah sepanjang hari melayani tamu undangan.

Keesokan paginya, saat adzan subuh berkumandang Dicky membangunkan Hasna setelah ia selesai solat tahajud. Pipi Hasna di usap lembut, kemudian Dicky menepuk bahu Hasna pelan. "Chucky, bangun..."

Hasna menggeliat, kemudian membuka matanya perlahan. "Iya." Seraknya.

"Jamaah sholat subuh yuk, udah adzan." Ajak Dicky lembut.

Mendapat perlakuan lembut, hati Hasna berdesir hangat. Hasna mengangguk, lalu duduk di bantu Dicky dan menggendongnya ke kamar mandi. Tangan Hasna refleks mengalungkan tangannya di leher Dicky, mata Dicky langsung melirik tangan Hasna lalu mata mereka bertemu. Lama mereka bertatapan, ini untuk pertama kalinya mereka bertatapan sedekat ini.

Jantung Hasna berdebar seperti habis lari maraton, Hasna takut dan yakin Dicky dapat mendengarnya begitu juga dengan apa yang dirasakan oleh Dicky. Sebelumnya, Hasna jika mau sholat harus menunggu papanya menggendongnya atau ia mengesot ke arah kursi roda dan berjalan kearah kamar mandi. Sepertinya pekerjaan Hasna akan lebih mudah semenjak ada Dicky.

Pandangan mereka terputus kala Hasna tiba-tiba bersin, sampai rambut Hasna menutupi wajahnya. Melihat itu, Dicky meniup wajah Hasna agar rambut yang menutupi wajah istrinya tersingkir, Hasna kaget seraya membelalakkan matanya kemudian mereka tertawa setelahnya. Mereka menyelesaikan kewajiban sebagai seorang muslim, setelah selesai sholat mereka mengaji bersama.

Saat sarapan, hanya dentingan sendok dan piring karena tak ada yang berbicara. Tak elok ketika makan sambil berbicara, setelah acara sarapan selesai papa pamit bekerja. Meninggalkan Hasna dan Dicky berdua dirumah, saat Hasna akan membereskan serta mencuci piring kotor Dicky melarangnya. "Biar gue aja." Senyum Dicky.

"Maaf ngerepotin." Lirih Hasna menunduk.

"Gue seneng bisa bantu lo, dan jangan pernah berfikir kalo lo itu beban oke." Nasehat Dicky, lalu Hasna mengangguk mengiyakan.

Setelah selesai kegiatan mencuci piring, Dicky mulai membersihkan rumah Hasna. Awalnya niat Dicky biar dirinya sendiri saja, namun Hasna bersikekeuh untuk membantunya. Dan Dicky tak bisa menolak itu, Hasna senang mendengarnya. Mereka berdua membereskan rumah bersama, Hasna yang membersihkan barang dan meja dari debu sedangkan Dicky membersihkan lantai dengan alat penyedot debu.

Mereka terlihat bahagia, memang benar kata orang jikaa bahagia itu sederhana dan bisa kita ciptakan sendiri. Selesai membersihkan rumah, mereka berniat pergi ke mall lalu jalan-jalan ke taman. Sudah mandi, sudah rapi dan siap otw ke tujuan mereka.

Di dalam mall, mereka di lirik dan di tatap aneh oleh pengunjung mall. Dicky cuek sedangkan Hasna tak enak hati pada Dicky yang menurutnya pasti merasa malu jalan berdua bersamanya. Hasna meminta untuk berhenti, Dicky pun berhenti. "Pulang..." Lirih Hasna menunduk.

"Kenapa?" Heran Dicky.

"Gue tau, pasti lo malu jalan sama gue dengan keadaan gue kayak gini." Mata Hasna memanas.

Dicky langsung berjalan dan menghadap Hasna seraya berjongkok. "Denger ya Chucky, gue gak pernah berfikir hal konyol itu. Dan gue gak pernah malu punya istri kayak lo, yang ada malah gue bangga sama lo."

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang