25. Kecewa

342 26 0
                                    

"Jadi, antum selama ini... Antum salah, yang antum niatkan itu salah besar." Tahu Imam kecewa.

Hasna menundukkan kepalanya merasa malu dan bodoh. "Ana tahu itu Gus, mau bagaimana lagi. Sudah terlanjur juga kan."

"Kembali niatkan niat baikmu buat sang pencipta. Bukan buat ciptaannya ukh. Ana gak mau hal ini terulang kembali ukh untuk kedepannya." Imam tak suka dan kecewa.

Menghela nafas panjang, Hasna mengangguk mengiyakan. "Ana sangat menyesal Gus. Maaf."

"Minta maaf kepada Allah ukh, bukan ana. Jujur ana memang sangat kecewa mendengar kenyataan ini, lebih baik antum segera bertaubat dan niatkan hanya untuk mencari keridhoan Allah. Bukan mencari simpati orang lain." Jelas Imam sekali lagi.

Hasna memainkan tangannya, merasa bersalah atas apa yang ia niatkan selama ini. Ia begitu menyesal, ia tahu Imam pasti kecewa padanya, apalagi Allah SWT yang sangat lebih tahu kalau hambanya ini meniatkan ibadah hanya untuk hamba lain yaitu pujaan hatinya agar merespon baik dirinya.

Hal ini salah, dan tidak ada yang membenarkan hal ini. Oke, Hasna sudah mengaku salah dan ia juga merasa bersalah. Kini tinggal pokok pembahasan mereka berdua tentang masa depan mereka. Apakah mereka hanya akan berteman baik saja, atau memperjuangkan cinta mereka?

"Jadi?" Hasna mulai mengungkit.

"Jadi apa?" Heran Imam.

"Perjuangkan atau lupakan?"

"Sudah hampir subuh ukh, gak enak dilihat yang lain kita berduaan di tempat lumayan gelap seperti ini. Bisa jadi fitnah nantinya, ana permisi wassalamualaikum." Berlalu tanpa mendengar jawaban salam dari Hasna dan juga mengacuhkan pertanyaan Hasna yang sangat membutuhkan jawaban langsung dari Imam.

"Wa'alaikum salam." Tersenyum manis lalu berubah lesu, Hasna menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri hingga terdengar suara seperti kayu patah. "Pertanyaan gue kenapa gak dijawab?" Bingung Hasna menunjuk dirinya sendiri. "Padahal subuh sekitar dua jam lagi." Masam Hasna bercampur kesal setelah melihat jam di tangannya.

Di perjalanan ke kamarnya di asrama, ia terus beristighfar di setiap langkahnya. Ia takut masuk neraka yang sering ustadzah ceritakan. Neraka yang panasnya berkali-kali lipat dari panas matahari, panas dunia dan mungkin juga panas ketika melihat doi akrab sama mantannya. Hasna tak bisa membayangkan hal itu, ia terlalu takut.

Setibanya di kamar, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menutupi semua tubuhnya oleh selimut karena lumayan kedinginan karena suasananya yang dingin. Baru saja memejamkan matanya, ia teringat sesuatu hal yaitu kata yang terucap dari bibir Imam.

"Kita?" Ucap Hasna tak bersuara, ia melongo dengan ucapannya sendiri yang mereplay kata dari Imam. Kemudian ia membungkam mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.

Bentar, harusnya si Hasna baper dan salto kegirangan karena Imam membalas perasaannya bukan? Bukannya senang karena Imam mengatakan kata 'kita' yang sangat ambigu kayaknya. Yasudah lah, namanya juga Chucky, makhluk paling cakep tapi aneh menurut kamus Chucky sendiri.

"Wajah rupawan nan bercahaya berseri, kutunggu dirimu menjadi imam di sholat ku nanti dan duduk berdua bersama ku di pelaminan suatu saat nanti. Aw, mimpi indah nanti gue." Semangat Hasna untuk kembali tidur.

Di halaman yang banyak sampah dedaunan di tanah, dan kebetulan hari ini adalah jadwal piket Hasna dan Amel. Mereka berdua tak seperti biasanya yang haha hihi gak jelas, mereka terlihat asing walaupun sedang bersama. Hasna terlihat letih walaupun belum selesai menyapu, dia berhenti untuk mengambil nafas juga oksigen di sekitarnya.

Amel yang melihat itu menatap kesal, dan sengaja mengarahkan sampah dedaunan yang ia sapu ke arah Hasna. Dalam hati ia tersenyum licik, ia sangat puas membuat Hasna kesal. Dan akhirnya Hasna kembali menyapu dengan begitu semangatnya, dia seperti di beri tenaga. Dan yah, Hasna menepuk kedua telapak tangannya tersenyum puas atas hasil kerja gesitnya. Sampah dedaunan kini sudah terkumpul dengan begitu indah namun.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang