30. Kenyataan pahit

447 29 3
                                    

Entah kenapa, Hasna teringat penjelasan Imam tentang pernikahannya yang tak jadi dengan Aisyah. Sebenarnya, Aisyah sudah menaruh hati pada Anas sejak dulu bukan kepada Imam, namun teman-temannya salah mengartikannya. Apalagi waktu kabar pernikahan dirinya dan Imam membuat hatinya sangat sakit karena tak bisa bersama dengan Anas.

Dan setelah Aisyah secara tak sengaja mendengar perbincangan Hasna yang patah hati karena mendengar fakta bahwa Aisyah akan menikah dengan Imam, juga Aisyah melihat Imam seperti tak bahagia dengan pernikahannya. Aisyah memutuskan untuk tidak melanjutkan acara ini, ia menyakinkan kedua orang tuanya dan kedua orang tua Imam agar membiarkan anak-anaknya memutuskan masa depannya.

Mereka ingin memilih pasangan hidup yang mereka inginkan, dan tak memaksakan kehendak mereka. Jadilah setelah drama itu, akhir dari pernikahan yang seharusnya buat Imam dan Aisyah, menjadi pernikahan Anas dan Aisyah. Dan berlangsung suka cita juga khidmat, terpancar kebahagiaan dari wajah kedua sepasang pengantin.

Membayangkan kejadian itu, seolah-olah Hasna berada disana. Perasaan campur aduk kini dirasakannya, karena besok adalah pernikahannya dengan Imam. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya besok statusnya berubah menjadi seorang isteri.

Keesokan harinya, tepatnya hari ini adalah hari paling bersejarah bagi Hasna dan Imam. Hari paling sakral untuk mereka berdua, dimana hari ini status mereka berubah. Hasna berjanji akan lebih bersikap dewasa setelah ini, dan dia akan belajar menjadi seorang isteri yang Sholehah, patuh dan sabar.

Setelah tadi malam tangannya di beri heyna, dan segala persiapan pernikahan sudah tinggal memakainya saja. Hasna masih terlihat gugup dan entah kenapa hatinya resah tanpa sebab. Entah mungkin karena pernikahan ini atau karena hal lain.

Di kamarnya, Hasna di rias pengantin oleh MUA, dan terdengar suara deru langkah kaki masuk ke kamarnya. Dan benar saja, disana ada sang mama dan Amel sahabatnya yang sudah siap dengan gaun kebaya serta senyum yang mengembang di bibirnya.

"Sudah ku tebak." Monolog Hasna menatap pantulan dirinya di cermin.

Amel duduk di bibir ranjang Hasna. "Uwu, sahabat gue mau married, jadi gak bisa sering bareng nih." Goda Amel.

Mama tersenyum tipis, baru saja dirinya bertemu dengan anaknya setelah sekian lama berpisah. Kini dirinya harus berpisah dengan anak semata wayangnya itu lagi, takdir memang aneh. Sebelum tidur, tadi malam mama menasihati Hasna lagi dengan panjang lebar dan menjelaskan tentang bagaimana tugas istri juga sikapnya.

"Makanya cepetan nyusul biar ada barengannya tiap hari, itu si Marchel suruh buruan lamar. Bilang aja keburu lo di ambil orang, biar dia gercep." Nasihat Hasna.

Berfikir sejenak, Amel mendengus. "Sebenarnya kalo urusan itu, si Marchel mah kuy aja kapan-kapannya. Tapi... Gue masih belum siap."

Hasna menimpuk Amel dengan boneka panda yang di pegangnya. "Padahal gue kira, lo duluan yang married. Ternyata oh ternyata."

"Hasna, masih inget penjelasan mama tadi malam kan?" Tanya mama, tiba-tiba suasana kamar menjadi emosional dan mengharukan. "Mama harap pernikahan kamu menjadi pernikahan yang harmonis sampai maut memisahkan kalian. Setelah sekian lama kita terpaksa harus pisah, sekarang hal itu terjadi lagi. Jujur, mama gak nyangka aja kalau..." Mama menggantungkan ucapannya karena tak sanggup berbicara.

Air mata mengalir dari pelupuk mata mama, jika dilihat dari sangat dekat. Mata mama sembab, apakah mama Hasna menangis semalam? Atau karena bergadang? Hasna menghampiri mama dan bersimpuh di bawah memegangi kedua tangan mama.

Tangan Hasna terulur untuk mengusap air mata yang ada di wajah mama, seraya ikut meneteskan air mata yang tiba-tiba mengalir begitu saja. "Mama... Jangan nangis loh, katanya tadi malem Hasna gak boleh cengeng. Tapi Hasna gak bisa liat mama nangis, bawaannya pengen nangis juga. Hasna janji kalau ada kesempatan, pasti Hasna main kerumah. Mama jangan nangis yaaa..." Tangis Hasna sesegukan.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang