20. Hari pertama memasak

330 25 0
                                    

Tabikpun!


***

Hari ini, untuk pertama kalinya Hasna memasak. Di dapur matanya terus saja menyapu pandangan, melihat sekelilingnya yang sangat asing dan Hasna tidak tau benda apa saja yang di gantung dan tertata rapih di sana. Yah karena memang Hasna baru pertama kali masuk dapur untuk memasak, biasanya ia hanya melewati dapur saja dan sekarang situasinya berbeda.

Hasna membelalakkan matanya lebar, dengan tangan berkacak pinggang. "Wih! Kalian masak apaan bro?"

Fatma berhenti mengiris bawang, lalu menoleh ke arah suara. "Norak!"

"Sok asik banget ya Allah." Tambah Rahma, yang di angguki kembarannya.

"Hasna?" Panggil ustadzah.

"Ya?"

"Disini, kamu bagian iris bawangnya ya!" Pinta ustadzah.

Dengan tersenyum bangga, Hasna memberi hormat. "Siap!"

"Iya."

Amel merasakan guncangan kecil di tangannya, saat ia menoleh dirinya menghela nafas lega. Ternyata bukan setan, melainkan kembarannya hantu. "Paan?"

"Gue tadi di suruh apa?" Menaik turunkan alisnya.

Tepok jidat dan menampilkan wajah kesal, "Noh!" Menunjuk beberapa santri yang sedang memotong bawang.

Mengangguk paham, Hasna menghampiri santri-santri yang sedang sibuk mengiris bawang merah dan bawang putih. Lalu duduk dan mulai memberi ancang-ancang untuk mulai pekerjaannya.

"Eh bentar, bawang itu ini?" Menunjukkan terong Belanda, "apa ini?" Menunjukkan terong ungu, "apa ini?" Menunjuk sawi, "apa ini?" Menunjuk kol.

"Ini yang namanya bawang putih karena warna nya putih, dan ini namanya bawang merah. Kamu kupas bawang merah ya." Aisyah memberitahu ramah.

Hasna pun mulai mengupas bawang dengan tangannya, baru beberapa menit. "Aus. Air mana air? Iritasi nanti gua." Heboh Hasna mengibaskan tangannya.

Santriwati yang mendengar itu hanya menggeleng, tanpa terkecuali. Mata Hasna tertarik melirik kegiatan Aisyah, dan rasa ingin mencoba meronta-ronta dalam dirinya.

"Ukhti Aisyah, gue pen nyoba apa yang lu lakuin boleh? Hem?"

Aisyah memberinya, dan dengan gaya seperti seorang chef proffesional Hasna mengiris bawang merah dengan lincah. Sampai airmatanya menetes gara-gara mengiris bawang.

"Duh, kenapa ini mata gue. Gatel eww." Hasna mengucek matanya karena gatal, tiba-tiba dia berteriak histeris meminta tolong.

Dia merasa matanya pedas perih menjadi satu, semakin di kucek matanya bukan sembuh malah menjadi-jadi. "Huaaaaaa! Perih! Panas! Mata gue kenapaaa?" Heboh Hasna menjadi.

Di dapur mereka langsung kebingungan sendiri, ada yang gak tau dengan apa yang terjadi tapi ikut heboh. Sampai-sampai suara riuhnya terdengar sampai luar dapur. Dan suaranya bisa sampai ke asrama putra, membuat mereka ikut bingung.

Di westafel, Hasna berkali-kali mengasuh matanya. "Iiihh! Kok gak ilang-ilang sih ya Allah." Seraya meloncat-loncat.

Di kamar, Hasna rebahan dengan bantal di jadikan guling olehnya. Menatap langit-langit kamar, pikirannya masih kebayang kejadian tadi. Ia berfikir, apakah dirinya terlalu berlebihan? Tapi perihnya itu di mata susah di ucapkan.

"Gimana sama mata lo?" Tanya Amel yang baru saja datang, membuat Hasna menoleh.

"Ha?"

"Lah?"

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang