10. Apa?

479 36 0
                                    

Di brankar rumah sakit, terlihat raga lemah orang terpenting Hasna. "Kenapa papa bisa kek gini! Maafin Hasna pa!" Mencium punggung tangan papanya.

"Tapi, Hasna masih gak mau kalo besok masuk pesantren. Secepet itu? Papa aja gak tau pesantren, apalagi Hasna."

"......." Dengan terbaring lemah, papa Hasna yang menampilkan raut wajah sangat pucat dengan badan yang terasa dingin membuat Hasna sangat khawatir.

"Maafin Hasna ya pa, Hasna janji gak akan ninggalin papa lagi. Liat geh, papa aja kayak gini. Jadi. Mustahil kan kalo Hasna pergi ke pesantren yang di bilang papa." Senyum Hasna.

Tiba-tiba, papa Hasan kejang-kejang. Hasna panik bukan main, ia keluar ruangan mencari siapapun dokter yang lewat.

Sampai-sampai ia lupa bahwa dengan menekan tombol saja, dokter sudah pasti langsung datang. Tak lama, dokter datang bersama dua perawat yang membantu dokter memeriksa papanya.

Hasna meneteskan air matanya, ketika mengingat kejadian tadi dan dulu-dulu yang pasti membuat papanya sakit hati. Hasna tak ada niat sama sekali untuk menyakiti perasaan papanya.

Ia menghela nafas mantap. "Papa. Hasna mau nurutin kemauan papa. Hasna mau masuk pesantren, besok Hasna akan masuk pesantren. Tapi Hasna minta, papa bangun sekarang! Hasna janji yaa..." Mantapnya mengusap air matanya kasar.

Papa Hasna seketika membelalak sadar dari komanya dengan posisi masih tiduran, membuat Hasna heran dan kaget. Sedangkan, dokter dan kedua perawat menahan tawa membuat Hasna tambah bingung. Papa Hasan langsung duduk dan menyunggingkan senyumnya yang manis.

"Beneran? Serius? Gak bohong? Udah janjikan?" Sumringah papanya.

Hasna langsung menyadari satu hal, dan tanpa aba-aba buru-buru menghampiri lalu menarik kerah sang dokter pria muda di seberangnya.
"LO!" Dengan tangan kanan siap menampar wajah Dokter tampan tersebut namun di hentikan oleh sang papa.

"Hasna!" Hasna menoleh. "Hentikan, dan lepaskan dokter itu!"

Hasna langsung melepaskan cengkeramannya dengan kasar. "Papa bohong! KENAPA? Ini gak ada yang lucu!"

Papa langsung turun dari brankar dan menghampiri anaknya yang mode marah menyala. "Maafin papa, papa udah bohongin kamu!" Hasna membuang mukanya tak mau melihat papanya.

"Tapi kamu tadi udah janji lo ya! Inget prinsip kamu! Hasna tidak akan pernah ingkar janji!"

Bersamaan dengan itu,ia mengingat kembali perkataannya di masa lalu.
"Hasna tidak akan pernah ingkar janji!" Jawab gadis kecil di hadapan rumah Allah (Masjid).

Hasna langsung menggeleng dan mengerucutkan bibirnya sebal. "Iyaa ..." Malasnya.

"Besok papa tunggu, kamu datang bersama Amel di lokasi yang papa share ke kamu. Jangan lupa untuk bawa koper, anggap aja kamu liburan sembari belajar disana." Senyum papa mengacak rambut Hasna.

Esoknya, pagi-pagi Hasna disibukkan dengan mengemas barang yang akan di pakainya. Dibawah, Amel sudah siap dengan mini dress pink salem dan koper besar berwarna merah muda di sampingnya.

"WOI! LO TIDUR APA NGAPA?"

"JANGAN CUMA WAI WOI WAI WOI, BANTUIN GUE!" Teriak Hasna dari atas.

"Maunya sih, tapi kaki gue tiba-tiba kram!" Amel beralasan.

"Ngeles aja lo ini!" Seraya Hasna menuruni tangga, Hasna memakai rok hitam setengah paha dan tanktop hitam yang dilapisi blazer warna pink salem.

Saat Hasna dan Amel keluar rumah, sopir melongo melihat penampilan keduanya yang menyolok. Sangat jauh dari perkiraan orang masuk pesantren, sopir berkedip berkali-kali karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang