"Sejak kapan kesini? Kemaren kemana aja? Selama ini kemana aja? Kirain udah lupa sama Hasna." Pertanyaan beruntun itu keluar dari mulut Hasna.
Mama menunduk dalam antara malu dan merasa bersalah karena telah meninggalkan keluarga yang begitu sempurna menurutnya. Ya, seseorang itu adalah mamanya Hasna yang selama ini menghilang entah kemana. Rasa kecewa dan amarah pasti ada hingga sekarang, tapi Hasna mencoba mengikhlaskan. Tapi Hasna juga ingin melontarkan banyak pertanyaan yang mengganjal dan uneg-uneg di pikiran serta hatinya.
"Maafkan aku na, aku sungguh menyesal." Sesal mama terlihat jelas di wajahnya.
"Apa dirimu tak menganggapku anakmu lagi? Dan, apa kabar dengan keluarga baru mu? Dan mana anakmu itu?" Dingin Hasna.
"Papa sudah memaafkan dia na, sejak dulu. Dan papa juga yang membawa mamamu kesini." Sahut papa begitu tegar.
Papa memang selalu terlihat tegar, Hasna jadi tak tega dan tak kuat melihat papanya saat sedih. Papanya selalu dapat menutupi kesedihannya, menutupi keletihannya dan menutupi amarahnya begitu hebat. Hasna sangat sayang pada papanya, jujur saja ia lebih sayang dan cinta papanya daripada mamanya sendiri.
Hasna tersenyum tipis, lalu melirik mamanya dengan tatapan mata sulit diartikan. "Jadi, apa suamimu meninggalkan mu serta membawa anakmu? Apakah dirimu ingin kembali lagi ke keluarga mu dulu yang begitu damai saat kau pergi? Apakah kamu tau, di keluargamu dulu yang sederhana itu, ada anak yang sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu loh. Tapi sayang sekali, ibunya yang jahat itu pergi tanpa alasan dengan pria lain yang tidak ada apa-apanya dibandingkan papa anak itu."
Makin menunduk dalam seraya memainkan tangannya gugup dengan ucapan Hasna. Papa menggeleng pelan mendengar suara hati anaknya selama ini. Ia tak menghentikan ucapan Hasna yang papanya tau selama ini ingin sekali Hasna tanyakan dan keluarkan.
"Sekali lagi maafkan aku na, aku sungguh menyesal telah meninggalkan kalian."
"Biasa memang kalau penyesalan itu di akhir, gak ada penyesalan yang datangnya di awal, gak ada." Hasna masih menampilkan senyum tipisnya.
"Dan soal keluarga ku itu, mereka bukan keluarga ku."
Kaget mendengar penuturan sang mama, Hasna menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya?"
Terlihat mamanya menghela nafas panjang, menatap mantan suaminya sekilas. "Mereka itu sebenarnya..."
"Apa ini alibimu? Secara kamu adalah mantan detektif yang di pecat oleh atasanmu, lalu menikah dengan mantan mangsamu." Menunjuk papa. "Apakah dirimu tidak merasa kasihan terhadap suamimu yang selama ini berusaha tegar dan tersenyum walaupun belahan jiwanya pergi bersama orang lain? Bahkan di depan anaknya sendiri, dia terlihat baik-baik saja."
"Kamu tau keluarga yang selalu terlihat harmonis di desaku?" Tanya mama.
Mendengar itu Hasna terkekeh geli. "Apa dirimu mau diajak kesini hanya ingin menanyakan hal itu saja?"
Mama menggeleng tidak, kemudian memberikan beberapa lembar poto seperti tempat kejadian yang ada beberapa mayat. "Selama ini..." Mama pun mulai menceritakan bahwa ia sebenarnya sedang menyelesaikan misi mengawasi keluarga yang terlihat harmonis itu, begitu sebaliknya.
Mama bercerita juga soal mereka yang tau kalau ia adalah detektif semenjak mama Hasna berniat ingin melaporkan ke pihak berwajib, mereka mengincar keluarga Hasna dulu, khususnya Hasna. Makanya, mama Hasna menyuruh temannya untuk menjemput dirinya waktu itu. Mama juga bercerita kalau ia ingin membongkar rahasia mereka selama ini, dan naasnya di tengah jalan sang mama di jebak makanya ia di berhentikan karena dianggap laporan palsu. Sang mama tak menyerah, lalu berusaha memperbaiki dan membersihkan nama baiknya. Mereka ingin menghabisi satu persatu keluarga Wijaya, maka dari itu juga ia buru-buru pergi menjauh. Dan papa di suruh mama untuk tinggal di tempat yang sekiranya sangat jauh dari kampung halaman mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chucky Hijrah (End) ✔️
FanfictionHasna si gadis brutal di masukkan paksa ke pesantren yang jelas dia tak mengenal apa itu pesantren. Kuy baca kisahnya ❤ Rate: #3 jihad 2023 Dibuat tanggal .... 28 Mei 2020 Penggalan cerita ⏬ "APA! Hasna gak akan pernah setuju usulan papa ok. Nggak...