36. Wedding

470 25 0
                                    

Tak terasa, seminggu lagi mendekati pernikahan Dicky dan Hasna. Persiapan pernikahan pun sudah di siapkan jauh-jauh hari, bagi Hasna ini pernikahan kedua kalinya sedangkan Dicky ini yang pertama kali dan ia berharap yang terakhir baginya. Ia sudah mencintai Hasna selama itu, baru sekarang ia mendapatkan Hasna, Dicky tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

Kabar Amel yang dilamar Marchel cukup membuat Hasna senang, mereka berempat tetap akan bersama menaungi perjalanan hidup. Dan sebuah ide dari Amel dan Hasna adalah mereka akan menikah secara bersamaan. Dalam satu pesta, yang akan di pastikan cukup meriah.

Di roof top rumah Dicky, mereka berempat berkumpul membahas konsep serta persiapan pernikahan mereka berempat. Dari Amel dan Hasna ingin yang berbau klasik sedangkan Marchel dan Dicky ingin mengusung konsep modern, jadilah keputusan mereka memilih konsep klasik mix modern.

Selesai berunding, tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Amel. "Kitakan sahabatan udah lama kan yah, nah mending besok anak kita, kita jodohkan? Gimana ide brilian gue?"

Semua mata langsung menatap Amel tak percaya. "Nikah aja belum, udah mikir sampe situ." Geleng-geleng Marchel.

Amel memberengut. "Yakan siapa tau mereka setuju kan?"

"Sebenarnya... Bukannya gak setuju Mel, cuma ide mu itu kurang tepat menurut kami." Timpal Hasna.

Dicky mengangguk. "Lagipula, biarkan anak-anak kita kelak memilih pasangan hidupnya sendiri. Takutnya nanti mereka gak bahagia, tertekan dan sebagainya." Mutiara Dicky.

Di TPU, Hasna dan Dicky serta dua sahabatnya berada di sebelah makam bertuliskan nama Imam Rasyid bin Abdul Rasyid. Hasna datang ke makam suaminya untuk meminta izin menikah dengan Dicky dan melanjutkan hidupnya.

"Assalamualaikum Imam... Hasna, istrimu ini ada kabar baik loh, aku akan menikah dalam waktu dekat. Dan... Aku disini bersama yang lainnya datang untuk izin menikah dengan pria yang kau inginkan. Aku tak mau bicara banyak, karena pasti air mata akan lolos keluar dari mataku dan itu bisa lama berhentinya. Terimakasih dan maaf..."

"Imam, ana janji akan setia, menjaga dan membahagiakan Hasna selamanya. Terimakasih sudah mau memilih ana untuk menjaga Hasna, terimakasih sudah memberi tanggung jawab itu. Restui kami menikah, sekali lagi terimakasih."

"Gus... Kami juga mau menikah." Marchel menoleh ke Amel. "Seperti kata antum, in syaa Allah ana akan terus membahagiakan Amel, dan bertanggung jawab kedepannya."

Amel menunduk karena dirasa matanya mulai memanas. "Maaf ya Gus, ana pernah marah ke antum. Jujur ana kesal waktu itu, sekali lagi maaf." Sesal Amel.

Setelah mengungkapkan uneg-uneg mereka, mereka menyiram makam Imam dengan air bunga yang sudah di do'akan. Kemudian mereka pulang ke rumah, Hasna tak lupa meminta restu ke mantan mertuanya yang sudah ia anggap orang tua sendiri. Dan alhamdulilah dapat respon positif dari mereka, Hasna sangat lega menerimanya.

Dan hari pernikahan mereka berempat pun tiba, suasana ramai dan bahagia terpancar dari wajah orang-orang. Setelah acara akad mereka selesai, mereka bersungkem ke orang tua masing-masing. Meminta maaf dan doa.

Duduk di pelaminan dengan wajah berbinar, dengan memilih konsep mix klasik modern membuat dekorasi terlihat aesthetik. Banyak tamu undangan yang berdatangan, tak terkecuali keluarga Imam dan teman-teman pesantren juga teman kerja.

Dua pasangan pengantin memakai pakaian yang sama, ada baju kebaya warna putih serta beberapa baju lainnya. Hasna seperti merasa dejavu, tiba-tiba ia teringat pernikahannya dengan Imam. Dari saat ijab kabul pun, Hasna terlihat biasa namun hati dan jantungnya bertolak belakang.

Bahkan, Dicky sempat menanyakan keadaan Hasna apakah baik-baik saja. Hasna mengangguk mengiyakan, ia tak mau merusak suasana hati Dicky.  Ia yakin, ia dapat memulai hidupnya yang baru bersama Dicky, karena ia merasa sangat beruntung masih ada pria yang mencintai dirinya sepenuh hati.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang