23. Niat yang salah

299 24 0
                                    

"Masa salah mulu sih Mel, keknya nggak loh." Kekeuh Hasna.

"Hafalan lo udah sampe Al-kafirun loh."

"Udah tau, kan gue yang hafalan."

"Maksud gue gak gitu. Masa lo lebih apal urutan skincare daripada surah ini. Perasaan dari tadi lo muter aja kek gangsing, gak selesai-selesai." Sabar Amel.

"Kesindir." Gumam Hasna.

"Coba ulang lagi sampe bisa." Ajak Amel.

Di lain sisi, Aisyah duduk diam di dalam kamarnya yang berada di rumahnya. Ia berfikir tentang pembahasan mengenai perjodohan yang akan di laksanakan beberapa bulan mendatang. Walaupun dia berkeinginan untuk menikah muda, tapi dia juga gak ingin secepat ini. Apakah abi dan uminya tidak sayang dia lagi?

Apalagi jika abinya sudah membicarakan santri teladan itu, pasti langsung membuat hatinya bergemuruh tiba-tiba. "Apakah abi hanya bercanda atau, sepertinya Abi tidak bercanda kali ini." Aisyah mendengus.

Beberapa bulan kemudian, Hasna kian tambah rajin belajar sampai dirinya sudah hapal jus amma atau jus 30 juga jus 1. Sekarang Hasna melanjutkan untuk menghapal jus 2, dan itu demi Imam sang pujaan hatinya.

Ketika ada kabar tentang keluarnya Dicky dari pesantren, membuat Hasna sedikit kaget. Dan entah alasan apa sampai Dicky pergi ia tak tahu alasan yang jelas. Dicky pergi tanpa ada kabar, dan pergi kemana pun dia gak tau. Kata papanya, Dicky pindah rumah dan lebih kagetnya lagi si Dicky katanya pindah ke luar negeri bersama keluarganya.

Jujur saja ia merasa kehilangan Dicky, yang sudah ia anggap keluarga sendiri. Kek abang sendiri walau statusnya sendiri masih pacar dia. Tunggu, apa, pacar? Hasna mendelik tak percaya dengan kenyataan ini.

Apakah dia jatuh hati ke Imam atau Dicky sebenarnya? Ia merasa bingung sendiri dengan perasaannya. Ia sangat merasa kehilangan sosok pria seperti Dicky yang tahu dirinya dan masa lalunya. Apakah Dicky masih merasa sakit hati kepadanya gara-gara omongannya waktu itu sampai dia keluar dari pesantren?

Hal ini benar-benar membuat Hasna berfikir keras, sampai ia jatuh sakit tiga hari. Ia rasa pengorbanannya selama ini gak akan sia-sia. Persetan dengan gengsi, Hasna akan mulai mencoba memberi surat pesan untuk Imam sang gebetan. Hasna menulis tulisan di kertas putih lalu di masukkan ke dalam amplop putih dengan inisial C dan tanda tangannya.

Ketika ku pertama melihatmu, hatiku tak mampu memaknai rasa, seakan berjumpa dengan ayat الٓم،الر،طه،يٓس، dan seterusnya, meskipun singkat namun maknanya terungkap.

Hasna tersenyum membacanya, ia sudah membayangkan wajah Imam yang berseri-seri dan semburat merah di pipinya. Apakah ini akan terjadi ya entahlah, ia akan buktikan nanti.

Imam yang menerima surah itu di bawah bantalnya hanya tersenyum tipis. Sedetik kemudian perubahan datar raut wajahnya sangat ketara. Ia pikir mungkin ini santri yang iseng kepadanya sampai seperti ini.

Beberapa hari kemudian, Hasna menuliskan lagi pesan cintanya untuk Imam walau surat kemarin tidak dibalas. Kan masih ada hari esok, pikirnya. Hasna menulis seraya tersenyum membayangkan dirinya dulu saat pertama kali bertemu Imam.

Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah, yang hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar...

Hasna rasa kali ini Imam akan membalasnya, ia sangat yakin akan hal itu. Tapi tetap saja nihil hasilnya, tak ada balasan ataupun komentar dari Imam untuknya. Hasna menggenggam erat jemarinya berfikir, apakah ia kurang romantis? Apakah dirinya kurang alim? Apakah dirinya kurang cantik? Apakah dirinya kurang mempesona? Memukau? Atau berkharisma?

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang