5. Chucky gak terima penolakan.

559 39 0
                                    

Amel refleks melotot dan mematung di tempatnya karena kaget dengan apa yang di ucapkan Hasna.

Beda dengan Hasna yang tersenyum penuh kemenangan. "Gimana? Mau kan lo?" Selidiknya.

"Inget!" Lanjut Chucky mengacungkan telunjuknya.

"Chucky gak nerima penolakan apapun alasannya itu Amel sayaaang..." ucap Amel melanjutkan kalimat dan juga menirukan suara Chucky. Karena pengucapan kalimatnya di tiru, Chucky seperti memakan angin.

"Heh?" Lirik Hasna.

Amel mengangguk pasrah. "Serah lu dah!"
"Gak bisa nolak deh!" Batin Amel pasrah.

"Ok. Nanti gue bilang ke bokap gue kalo lo mau ikut. Lo packing aja dulu, jangan lupa bawa baju couple kita yang dari negeri Paman Sam ok!"

Dilain sisi, Imam Rasyid seorang santriwan pesantren yang di kagumi para ukhti pondok pesantren Al-Hikmah. Ia berjalan menuju masjid untuk mengumandangkan adzan ashar dengan suara merdunya yang khas.

Dia juga sering jadi bahan ghibah santriwati karena ke sholehan dan ketampanannya yang haqiqi, membuat para akhwat memandanginya kagum dan terpesona. Banyak yang bilang dia mirip artis Hamas Syahid.

Imam menjadi santri sejak menduduki kelas 7 Mts, dan sekarang dia sedang menempuh pendidikan kuliah jurusan kedokteran. Imam mempunyai adik yang selisih 4 tahun, bernama Anas Rasyid yang juga menyantri di pesantren Al-Hikmah sejak kelas 10 MA. Dan Anas kini duduk di bangku sekolah kelas 11 MA. Anas memiliki sahabat bernama Rizky Maulana yang juga mondok di sana.

Anas berlari kecil menyamai langkah kakaknya dan disusul Rizky di belakangnya. "Gus, hafalan antum sampe mana?" Tanya Anas penasaran.

Imam yang sedang fokus berdzikir sembari melangkah menoleh ke samping dan tersenyum. "Sampai Al-Qur'an." Ujarnya, lalu kembali menatap ke depan.

Anas mendengus kesal. "Oh." Kesalnya, tiba-tiba sebuah ide muncul di otaknya. "Lalu, kapan nikah?" Pancingnya seraya melirik dan menerawang wajah kakaknya.

Rizky tak mau ketinggalan melihat perubahan ekspresi yang akan di tampilkan oleh kakak sahabatnya itu. "Iya gus, kapan antum nikah?" Tambahnya.

Imam berhenti dan masih menampilkan raut wajah senyum penuh ketenangan. "Besok kalau ana udah ijab qobul di depan penghulu dan para saksi bilang sah berjamaah. Yaudah, ana lanjut jalan dulu ya! Wassalamualaikum," Ujarnya santai sembari tersenyum manis, dan berlalu pergi meninggalkan Anas juga Rizky yang melongo ditempat.

Rizky menoleh ke arah Anas dengan wajah polos. "Jawaban yang tak terduga!"

Di asrama santriwati, di kamar yang begitu rapi walau banyak barang di sana. Terlihat seorang gadis muslimah bernama Aisyah Nur Hafidzah dengan balutan hijabnya duduk manis di bibir kasur berwarna putih.

Aisyah biasa dipanggilnya, memiliki dua orang sahabat kakak beradik kembar bernama Fatmawati dan Rahmawati. Dari keduanya mukanya sangat mirip, namun suara yang bisa membantu membedakan antara keduanya. Kedua sahabatnya itu yang sudah Aisyah anggap sebagai keluarga sendiri berdebat hal yang sangat absurd dan unfaedah, membuatnya beristighfar dan mengelus dada berkali-kali.

"Gus Imam, memang pas kayak namanya. Cocok banget jadi imam ana yang sholeh plus ana jadi bidadarinya," Ucap Fatmawati atau biasa dipanggil Fatma yang bernada penuh percaya diri.

Rahmawati menggeleng tak terima, berdehem. "Bukan apa-apa ya ukh. Ya, kalo si Gus Imam mau sih sama anti." Godanya.

"Ya Allah, hamba kenapa punya adik macem Rahma ya Allah." Lirih Fatma.

"Ya Allah, hamba kenapa punya kakak yang tak hamba inginkan ya Allah." tiru Rahma menyahuti.

Aisyah menghampiri mereka berdua. "Istighfar ukh, gak boleh ngomong kek gitu. Kalian kan saudara!" Ujar Aisyah menasehati.

"Astaghfirullah! Kami khilaf," Kompak Fatma dan Rahma sambil merangkul satu sama lain.

Aisyah tersenyum lembut. "Kalau begitukan adem ukh liatnya." Fatma dan Rahma tersenyum menanggapi.

"Astaghfirullah! Ana lupa ukh kalo mau anter kitab kuning ke Abi." Ucap Aisyah menepuk jidatnya.

"Yaudah ukh, anter sekarang kitabnya keburu Abah pergi." Ucap Fatma.

"Iya ukh, bareng aja. Sekalian ana mau ke warung." Tambah Rahma.

Lalu mereka pun pergi ke rumah Abah Ahmad Dahlan, abinya Aisyah sekaligus pemilik pondok pesantren Al-Hikmah.

"Contoh tuh neng Aisyah! Udah cantik, baik, sholehah, pinter, lembut lagi kalo ngomong!" Ujar Rahma, Fatma hanya meliriknya tak gairah.

Keesokkan harinya, karena jam kosong. Dicky dan Marchel mengisi waktunya untuk mabar game mobile. Dengan posisi paling nyaman, mereka menggabungkan meja-meja dekat bangku mereka menjadi satu menjadi tempat tidur.

Di kelas  mereka, ada yang tiduran di lantai, ghibah anak orang berjamaah, sharing tentang idola, mabar, main hp sekedar chatting ama doi atau membuka akun sosmed pribadi mereka dan sebagainya.

Sedangkan Amel dan Hasna, mereka saat ini sedang rebahan di ranjang UKS. Karena menurut mereka, UKS adalah rumah kedua bagi mereka, sampai-sampai penjaganya paham betul wajah dan logat mereka.

Hasna membuka mata dan melirik ke samping, dilihatnya Amel yang begitu pulas tertidur. Sedangkan ia harus terbangun karena mendengar suara berisik seperti orang yang berusaha membuka knop pintu UKS yang ia kunci dari dalam.

Diliriknya Amel yang mendengkur pelan. "Ck. Dasar kebo!" Gumamnya.

Sekedar informasi, mereka mendapatkan kunci UKS karena penjaganya mendadak mau lahiran. So, beliau menitipkan kuncinya untuk diberikan ke Ketos PELITA.

Karena Hasna penasaran, ia mulai turun dari ranjang UKS menuju pintu, untuk melihat siapa disana. Belum juga Hasna melihat, ia memilih untuk menguping percakapan manusia disana.

Ia hafal betul dengan suara orang di balik sana, suara kekasihnya yang playboy akut.
Hasna mulai menempelkan sebelah telinganya agar mendengar jelas pembicaraan mereka.

"Ck. Dasar playboy! Parasit! Upil dugong! Ngapain coba dia kesini." Gumam Hasna masih menguping.

Tiba-tiba ada yang berdehem, refleks Hasna menoleh namun malah membuatnya terpentok pintu.

"Akkhhhh, sial!" Umpatnya dalam hati.

"Hayo! Chucky, lo ngapain di sono? Nguping lo ya? Nguping apaan sih!" Ucapnya penasaran dengan lantang sembari berkacak pinggang.

Hasna memberi intrupsi ke Amel, supaya mendekat ke arahnya. "Di luar, ada doi kita orang. Gak tau gue dia orang mau apaan. Tapi, gak jadi karena pintu UKSnya kekunci." Tahu Hasna setelahnya.

Amel hanya ber-oh ria menanggapi. "Wajar aja sih mereka kesini, ayang beb Marchel pasti kangen ma gue! Makanya dia nyariin." Bangga Amel dengan nada berlebihan, membuat Hasna jengah.

Dengan memutar bola matanya jengah. "Yayaya, terserah lo mau ngomong apaan dah. Dan sekarang gue bosen disini, mau keluar tapi gak tau mau kemana. Btw, lo ada usul kagak?" Tanya Hasna menaik turunkan alisnya.

Amel menghela nafas berat. "Ke kelas aja gimana?" Tanyanya.

Hasna menggeleng. "Nggak mau gue, bosen liat makhluk hidup yang itu-itu aja gak ganti-ganti." Ujarnya asal.

"Eumm.... Kalo nggak, kita ke kantin aja gimana?" Usul Amel lagi.

Hasna kembali menggeleng. "Ogah ah, gak laper gue!" Tolaknya lagi.

Amel mengangguk membenarkan, memang mereka saat ini gak laper kenapa ke kantin. "Kalo ke lab?" Lanjutnya.

Lagi-lagi Hasna menggeleng. "Mau ngapain huh? Nemenin replika kerangka human? Nemenin replika organ? Apa malah mau jadi replikanya kerangka human?"

Amel mulai geram. "Terus kemana Chucky? Oh, kalo nggak kita ke UKS gimana? Seperti biasa, ide brilian gue bagus kan?" Usulnya lagi mencoba bersabar.

Malah dihadiahi toyoran oleh Hasna di keningnya. "Heh Paijem! Ngapain coba ngusulin ke UKS hah? Lah emangnya lo sekarang ada dimana huh? Supermarket? Swalayan?" Sentakmya sedang.

***

#Follow me @Saskia_Faumma

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang