21. Terjebak

319 26 0
                                    

Tabikpun!

***

Dikamar asrama putri, Fatma dan Rahma tak henti-hentinya tertawa karena kejadian tadi. "Biar tau rasa." Smirk Fatma.

"Udah, yang jelas sekarang kita udah puas mengerjainya. Dan sekarang, mending kita berkemas buat pulang ke rumah. Abi umi udah nunggu kita di rumah Abah." Tahu Rahma.

Di lain tempat, Hasna dan Imam duduk dia menjaga jarak aman di dalam gudang. Hasna memeluk kakinya erat karena kedinginan, Imam yang melihat itu tiba-tiba melepas bajunya dan meninggalkan kaos oblong di badannya.

Lalu menyampirkan baju itu ke punggung Hasna, "Maaf atas kelancanganku, ana benar-benar minta maaf."

Hasna kaget mendengar ucapan Imam, harusnya bukankah dirinya yang minta maaf karena merepotkan Imam. Hasna rasa dirinya tak salah mengagumi sosok lelaki seperti Imam.

"Makasih, dan ana rasa antum tidak salah. Seharusnya ana yang minta maaf karena sudah merepotkan antum." Tak enak Hasna bercampur bahagia, berucap seraya menunduk.

"Ini!" Hasna memberikan roti sebungkus ke Imam. "Terima saja, ana tau antum lapar, ya bukan? Ana sudah kenyang kok." Lanjut Hasna.

Imam seperti berfikir, "Tapi--"

"Nggak ana kasih racun atau apa kok, ini masih higenis." Tahu Hasna.

Baru mau mengelak, cacing yang ada di dalam perut Imam meronta-ronta minta asupan dari sang majikan. "Nah kan, ayo ambil. Ini kan punya kamu." Bujuk Hasna.

Mereka berdua kini tidur beralaskan kardus, namun jarak memisahkan tempat keduanya. Imam sebenarnya masih berfikir keras tentang cara keluar dari gudang ini.

Setelah shubuhan, Imam menghampiri Hasna yang tertidur pulas walaupun kedinginan, gaya tidurnya pun seperti bayi dalam kandungan. Imam tersenyum memandang wajah pulas Hasna, sedetik kemudian ia sadar dan beristighfar memohon ampun.

Ia khilaf, namun Hasna tetap diam tak menggubris. Mungkin Hasna lelah, Imam berinisiatif memberikan sarungnya untuk di jadikan selimut oleh Hasna. Lalu ia kembali ke tempatnya seraya berdoa agar mereka bisa terbebas dari gudang.

Tiba-tiba Hasna terbangun dari tidurnya, Imam menoleh lalu kembali menunduk. Hasna yang terbangun dengan sarung yang berubah haluan menjadi selimut di tubuhnya merasa heran dan sedikit kaget.

"Maaf, antum tadi seperti kedinginan. Jadi saya beri sarung buat di jadikan selimut, sekali lagi maaf atas kelancangan saya." Tak enak Imam.

Baru bangun dan sepertinya masih sangat pagi, dirinya sudah di suguhkan suara merdu dan wajah rupawan Imam. Sungguh so sweet pikir Hasna, ingin rasanya Hasna menjerit untuk semua ini.

Ya Allah, semoga malam ini waktunya panjang ya Allah. Dan bila perlu biarkan hamba dan dirinya disini untuk waktu yang lama.

Hasna memang benar-benar gila, ia tak tau lagi dengan jalan pikirannya. "Syukron akhi." Hasna tampak malu-malu.

Dan pikir Hasna kini, mungkin dirinya tak lagi membutuhkan sarung Imam. Ia mengembalikan sarung tersebut, dan berterimakasih kepada Imam.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang