9. Muntah

433 29 0
                                    

Di kamarnya, Hasna menelpon Amel yang sebenarnya sedang menikmati kencan bersama Marchel.

"Halo Mel?"

"Kenapa? Ada apa?" Disela-sela suap-suapan dengan Marchel.

"Lo ganggu gak?"

"Lah? Seharusnya lo ngomongnya gua ganggu gak? Gitu, nah terus gua pasti dengan senang hati jawabnya banget! Bukannya lo ganggu gak! Huh. Dasar!" Amel menarik paksa makanan dan memakannya jengkel langsung menelan sampai habis.

"Hem." Langsung menutup teleponnya.

Sedangkan Amel dilain sisi mengomeli handphonenya sendiri, Marchel yang melihat itu diam juga bingung. "Kenapa?"

Amel menyuapi mulutnya dengan sisa makanan di piring yang di pegangnya. "Chucky gila!" Marchel menanggapi dengan ber-oh ria seraya tangannya mengelus punggung tangan Amel.

Hasna mencari nomor papanya dan langsung menelponnya. "Halo pa?"

"......"

"Kapan papa pulang dalam waktu dekat ini?"

"......"

"Yaudah, Hasna tunggu!" Lalu mematikan telepon genggamnya.

Menanti papanya datang dengan memakan cemilan di lemari pendingin, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu rumah. Entah siapa, ia masa bodo! Ia tau itu bukan papanya, karena papanya pulang nanti siang. Dan ini masih pagi, tapi dia juga penasaran dengan siapa yang mengetuk pintu rumahnya.

Saat ia buka, ternyata ada tiga polisi berseragam lengkap mengapelinya. "Maaf, bapak nyari siapa ya?"

Ketiga polisi berseragam tersebut saling tatap dan memasang wajah serius. "Maaf mengganggu, apa anda melakukannya lagi?"

Hasna langsung nyengir kuda, lalu melirik kanan dan kiri. "Melakukan apa ya pak?"

Polisi berseragam yang terlihat lebih muda tersenyum tipis. "Nanti, kita jelaskan di kantor polisi, sekarang anda ikut kami!"

"Oh, kuy pak!" Senyum manis Hasna, ketiga polisi berseragam lengkap tersebut kembali bertatap heran.

Orang yang ditunggunya sudah datang dan kini duduk di samping Hasna. "Maafkan perilaku anak saya pak, seharusnya memang saya mencari mama baru untuk membantu membesarkannya dan mengawasi segala aktifitasnya!"

Hasna langsung melotot kesal dengan ucapan papanya. "Papa?" Horor Hasna tak santai.

Sedangkan polisi berseragam yang terlihat sangat bingung melihat tingkah laku papa dan anak di depannya yang absurd itu. "Maaf, apa bisa ke pokok permasalahannya?" Tegas pak polisi.

"Pak, kalo bapak mau. Saya bisa jelasin semua kejadian yang sebenarnya terjadi tadi malam."

Polisi mengangguk menyetujui, kemudian Hasna menceritakan kejadian tadi malam hingga si Boy mengalami patah tulang. Hasna menjelaskan dengan sangat detail kejadian tadi malam.

"Jadi pak, apa semua ini salah saya? Kan saya sebagai wanita harus membela diri saya dong pak. Masa bertindak membela diri disalahkan sih pak! Gak adil dong?" Bela Hasna.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang