27. Dia?

341 29 1
                                    

Sepulang dari Korea, Hasna terlihat baik-baik saja dari sebelumnya. Lebih tepatnya, kini ia lebih baik dari sebelumnya. Setelah ini, Hasna dan Amel langsung pergi ke pesantren barunya. Disana ia memfokuskan diri menghafalkan Al-Qur'an dan kuliahnya. Pesantren Amel ada di pulau Jawa, ia terlihat menikmati lingkungannya saat ini.

Bertahun-tahun Hasna menyelesaikannya, kuliah dan hafidz secara bersamaan terbilang tak bisa diremehkan. Membuat otaknya lumayan berkerja keras untuk hal itu. Tiba saatnya ia diwisuda, setelah belajar yang membuahkan hasil yang lumayan memuaskan baginya.

Selama mondok, Hasna tak bisa mengelak jika dirinya merindukan orang-orang yang pernah mengisi kesehariannya dulu. Hasna kini benar-benar berubah dari segi penampilan, ia kini memakai pakaian yang sangat tertutup bahkan ia sempat berniat ingin memakai cadar.

Setelah acara wisuda selesai, Hasna dan Amel berfoto ria mengabadikan momen istimewa ini. Tak lupa kedua orang tua mereka juga ikut andil dalam foto bersama tersebut. Hasna benar-benar tak menyangka jika waktu berjalan begitu cepat, tak terasa ia sudah menjadi Hafidzah dan lulus sarjana dan mendapat gelar S.psi. Hal yang Hasna impikan sejak dulu, akhirnya tercapai juga.

Hasna ingin merasakan rasanya menjadi seorang psikiater, walaupun ia tau pasti ada gak enaknya. Tapi hal itulah yang membuat Hasna merasa tertantang untuk mencoba, ia yakin dirinya bisa. Dan ia ingin menjadi guru pembimbing pasiennya yang bekerja dengan baik dan profesional.

Seperti saat ini, Hasna sedang menangani pasien yang memiliki kepribadian ganda akibat masa lalu yang cukup membuat hati Hasna terenyuh miris. Ia harus lebih-lebih banyak bersyukur, ia tak boleh mengeluh setelah melihat ada cobaan yang lebih berat nan pedih dari cobaannya.

Di kursi kebesarannya, ia duduk dengan tenang dan rileks setelah selesai mendengar keluhan yang di alami oleh si pasien langganannya ini. Dengan sikap yang profesional, Hasna selalu bisa membuat hati pasien tenang. Apalagi jika Hasna melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk pasien yang ingin tenang dengan cara mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an.

Dan itulah keseharian Hasna setelah menjadi sarjana, ia sangat sibuk melayani pasien. Namun, Hasna sangat menikmatinya, ia merasa berguna untuk mereka yang memiliki kelainan jiwa. Profesi ini membuat Hasna berfikir positif dan memberikan wawasan lebih luas lagi.

Dirumahnya, ia biasa merasakan kesepian seperti ini. Papanya masih sibuk bekerja walaupun ia sudah bisa menggantikan posisi papanya untuk bekerja. Papanya benar melankolis, bekerja, bekerja dan bekerja, entah sampai kapan berhenti dan membiarkan Hasna saja yang bekerja.

Cukup diam dirumah, dan duduk manis seraya minum teh. Itu yang Hasna bayangkan ketika papanya pensiun, tapi sepertinya mustahil. Papanya masih kelihatan muda, gesit dan bagus dalam bekerja, jadi mustahil kalau akan di pensiunkan oleh perusahaannya.

Setiap pulang bekerja, Hasna selalu menawarkan tenaganya untuk memijat pundak papa yang pegal-pegal. Selain itu, ia juga menawarkan minuman apa yang akan di minum papanya. Makin kesini ia sudah belajar banyak hal, ditambah umurnya selalu berkurang setiap tahunnya.

Menginjak usia 22 tahun, Hasna makin terlihat dewasa dari cara bersikap dan wajah yang kian tambah cantik berseri. Itu karena ia selalu membaca surah al-waqiah sehabis shalat isya, dan air wudhu yang menjadi skincare nya.

Amel, dia sekarang berprofesi sebagai dokter umum dan masih magang kalo gak salah, atau malah sudah menjadi dokter tetap. Dia juga terlihat menikmati pekerjaannya, melayani pasien yang membutuhkan pertolongannya.

Untung saja Amel bekerja satu daerah dan dekat dengan tempat kerja Hasna. Jadi mereka sering have fun bareng pas ada jam kosong atau istirahat. Mungkin karena sering terlihat bersama, dari dulu Hasna dan Amel di bilang mirip, dan yang membedakan adalah wajah Hasna yang terlihat lebih tegas dibandingkan Amel yang mempunyai wajah kalem.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang