22. Memantaskan diri

341 23 0
                                    

Tabikpun!

***

Hasna berjalan santai ke asrama putra, tak lupa membawa baju dan sarung milik Imam yang sudah bersih dan wangi. Wajahnya tak seperti biasanya yang sangar, dia terlihat enjoy dan happy. Cara berjalannya pun seperti tak ada beban dalam hidupnya.

Waktu Hasna sampai di asrama putra, dia duduk menunggu Imam yang ia panggil lewat Anas sang adik. Tak menunggu lama, Imam datang menghampiri dengan pakaian yang bisa membuat Hasna meleleh, Hasna pikir itu adalah pakaian baru milik Imam.

"Assalamualaikum?" Sapa salam Imam dengan menjaga pandangan.

"Wa'alaikum salam. Baju baru ya Gus?" Jawab salam Hasna, dan langsung bertanya.

"Bukan, ini jubah. Dan jarang ana pakai, jadi mungkin kelihatan baru." Jelas Imam.

Hasna mengangguk mengerti, "Jubah? Tapi kok kaya daster? Ah lupakan hehe. Oh iya, ana kesini mau balikin baju sama sarung antum. Udah bersih dan wangi kok, hehe maaf balikinnya baru sekarang." Tak enak Hasna.

"Iya." Senyum Imam. "Syukron ukh." Lanjutnya.

Mengangguk sebagai jawaban, Hasna kembali duduk dan bermaksud untuk bertanya. "Gus, maaf. Eum... Apa ana boleh tanya sesuatu?" Ragu Hasna.

"Silakan ukh!" Balas Imam tersenyum.

"Apa, akhi eum... Masih jomblo?"

Imam terdiam sejenak, Hasna kalang kabut sendiri. Ia takut salah bicara, menyinggung perasaan dan lancang di depan sang pujaan hati. "Maaf--"

"Ana memang jomblo, dan gak mau pacaran. Prinsip ana, kenal, cocok, langsung nikah ukh. Lebih tepatnya ta'aruf, jadi tidak menimbulkan fitnah." Jelas Imam.

Sekali lagi, Hasna terpukau dengan omongan Imam yang beda dari yang lain menurutnya. Tidak seperti mantan-mantannya yang begajulan gak jelas gimana, dan ingin enaknya aja.

"Tipe istri idaman akhi kaya gimana?" Ingin tahu Hasna meronta-ronta. Gue ingin memantaskan diri sayang. Lanjutnya bicara dalam hati.

"Seperti ummi ana." Jawab Imam singkat dan jelas.

Bengong, Hasna bengong karena bingung maksudnya Imam ini bagaimana. Apakah Imam pecinta janda? Ibu-ibu? Wanita dewasa? Atau bagaimana? Sedangkan si Hasna sendiri gak tau umminya Imam kaya gimana.

Diam dan menyimak, seraya berfikir memecahkan misteri di balik kalimat Imam. "Menurut Gus sendiri, ana orangnya kaya mana? Eum, maksudnya. Apa ada yang perlu di perbaiki lagi?"

"Ukhti belajar dan perdalam lagi ilmu agama Islam." Imam tersenyum tipis.

"Tapi Gus, kalo kaya gini kan gak boleh pegang Al-Qur'an. Terus, ana harus ngapain?"

"Perbanyak sholawat dan dzikir aja ukh, kalo keadaannya lagi ada tamu."

Hasna mengangguk mengerti, "Oke, makasih pencerahannya ya. Ana pamit pulang, wassalamu'alaikum?" Pamit Hasna riang karena setidaknya ia tahu tipe sang gebetan.

"Wa'alaikum salam."

Semenjak saat itu, Hasna mulai rajin dan banyak berdzikir, belajar iqro kemudian belajar membaca Alqur'an dan melakukan banyak hal positif lainnya. Hasna sudah paham maksud dari perkataan Imam kemarin, Amel yang melihat perubahan Hasna berdecak kagum. Hasna juga mulai menghapalkan surah-surah pendek yang ada di dalam Al-Qur'an.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang