35. Lamaran

355 22 0
                                    

Hasna berfikir tentang Dicky yang entah kenapa selalu teringat di otaknya. Ada apa dengan otaknya ini, apa sedang konslet? Seingatnya dulu ia tak sampai seperti ini ketika terfikir nama Imam.

Seperti biasanya, Dicky datang dan mengurus Hasna dengan baik. "Chucky... Lo itu harus--"

"Kenapa lo sangat peduli ke gue?" Potong Hasna penasaran dengan jawaban Dicky.

"Karena... Lo itu sahabat gue Chucky..." Senyum Dicky.

"Apa... Lo masih menyukai gadis yang waktu itu mau lo sebutin?"

Dicky terkekeh geli mendengar pertanyaan Hasna. "Apa sih na, tiba-tiba."

"Gue serius. Dan kira-kira berapa lama?"

Wajah Hasna memang terlihat serius, Dicky dapat melihatnya dengan jelas. "Kenapa?"

"Jawab aja." Jelas Hasna.

Menghela nafas panjang, mencoba menyakinkan dirinya sendiri atas kemalangan kisah cintanya. "Kurang lebih sepuluh tahun."

Mendengar penuturan Dicky, Hasna melongo tak percaya. "Jadi bener dugaanku." Gumam Hasna.

"Apa?"

"Jadi, kapan lo mau meminang doi?" Penasaran Hasna.

Dicky melongo mendengar penuturan Hasna. "Gue gak paham."

Terlihat Hasna menghela nafas, berfikir sejenak. "Lo kapan meminang gadis yang lo cintai sampai sekarang itu?"

"Tunggu! Kenapa tiba-tiba lo nanya hal itu? Apa... Jangan-jangan lo udah tau?" Selidik Dicky.

Hasna mengangguk mengiyakan, karena apa yang di ucapkan Dicky benar adanya. "Iya."

"Chucky..." Lirih Dicky.

"Gue minta maaf Dik, karena gue gak peka selama ini. Gue gak tau kalo lo suka ma gue selama itu, gue tau sepuluh tahun itu waktu yang gak sebentar. Makasih udah mau mencintai gue dan menyayangi gue sepenuh hati lo.
Dan, sepertinya doamu selama ini di kabulkan Dik, pengorbanan lo selama ini gak sia-sia. Nikahi gue sebelum gue berubah pikiran! Gue akan belajar mencintai lo, gue sadar dan mengerti maksud perkataan Imam. Gue akan melanjutkan perjalanan hidup dan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran kedepannya." Jelas Hasna panjang lebar.

"Apa... Lo yakin na?"

Tersenyum manis, Hasna mengangguk. "Lamaran lo gue tunggu."

Di depan cermin, Dicky menatap pantulan dirinya yang memakai pakaian rapi dan elegan. Memutar tubuhnya, mengecek apakah ada yang kurang ataupun salah. Kemudian Dicky berbicara sendiri tanpa suara, sedang memperagakan cara melamarnya di depan Hasna.

Cardigan hitam, celana hitam di padukan dengan kemeja putih yang membuat Dicky terlihat dewasa. Hatinya benar-benar gugup, ia takut salah tingkah dan acara lamarannya gagal. Di lantai bawah, papa dan mamanya juga sedang bersiap-siap. Mama dan papa Dicky langsung pulang ketika dirinya mengatakan akan melamar gadis yang sudah mereka kenal.

Untung saja mama dan papa Dicky tak mempermasalahkan status dan keadaan Hasna sekarang. Yang penting bagi mereka adalah anaknya bahagia dengan masa depan yang di pilihnya. "Ma, papa udah ganteng belum?" Tanya papa Dicky memutar tubuhnya.

"Yayaya." Jengah mama Dicky.

"Harusnya aku tadi tidak usah bertanya, soalnya aku juga sudah tau jawabannya. Lihat saja Dicky, ketampanannya menurun dari papanya yang mempesona di usia senja begini." Percaya diri papa Dicky.

Mama Dicky mengangguk, "Bener banget, gak ada yang buang dari kamu. Semua nurun kamu, dari tampan, nakal, gak jelas, gila dan... Postur tubuhnya. Padahal aku yang ngandung dan ngelahirin dia, tapi gak ada sama sekali yang nurun aku." Tak terima mama Dicky.

Chucky Hijrah (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang