45. Back in Time

818 96 32
                                    

^ Berjalan sendirian, melewati terowongan waktu
Saat mataku membuka
Semua tampak seperti kebohongan
Memori terus berputar dan berulang
Aku menutup mata dan percaya bahwa kau ada disampingku
Aku percaya pada takdir
Aku percaya pada kita ^
ㅡDestroyer by Monsta Xㅡ

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Tim medis memasuki ruang bedah setelah mengganti pakaian mereka dengan pakaian operasi steril. Para dokter dan staf yang akan terlibat langsung dalam pembedahan tampak mencuci tangan di scrub up sementara dokter anestesi dibantu perawat melakukan tugasnya-membius total pasien. Cahaya lampu yang menggantung di langit-langit ruang bedah berpendar, menerangi objek yang terbaring di meja operasi. Tim medis yang berjumlah lima orang itu berkumpul selepas pasien yang terbaring di meja operasi sudah dalam posisi tepat.

".... Dokter Jooheon bertugas menginsisi kepala dan pengangkatan bone flap. Asisten Changkyun bertugas dalam penjahitan dan ...." ucap Dokter Minhyuk yang memimpin jalannya operasi. Ia membacakan nama anggota tim medis beserta tugasnya sesuai prosedur sign in untuk menghindari culpa. Ia pun memimpin tim medis berdoa setelah memeriksa kelengkapan instrumen operasi.

(A.n : Culpa merupakan istilah dalam dunia medis yang berhubungan dengan kelalaian, kecerobohan, mengabaikan standar operasi)

Kraniotomi resmi dimulai, ditandai dengan penyayatan lapisan kulit kepala oleh Dokter Jooheon hingga tulang tengkorak pasien terlihat. Selanjutnya Dokter Minhyuk melakukan pembukaan bone flap dengan cara mengebor tulang tengkorak menggunakan gergaji khusus-crainotome. Mereka pun melihat bagian mana yang akan dioperasi dengan bantuan layar monitor.

Dokter dan asisten berkonsentrasi menangani pendarahan yang terjadi di dalam otak pasien. Semua tim medis bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Keprofesionalan mereka menjadi penentu keberhasilan operasi kraniotomi ini. Meskipun demikian, tetap saja semuanya kembali kepada keputusan Tuhan.

***

SINB POV

Gelap. Napasku terasa sesak seperti ada benda berton-ton menindih paru-paruku. Kepalaku rasanya mau pecah. Aku menjerit tapi tak ada suara yang keluar seakan pita suaraku terputus. Tolong siapapun bantu aku dan beritahu dimana aku sekarang. Tak lama aku mendengar suara yang tidak asing, suara wanita tua yang dulu pernah mengasuhku sewaktu kecil.

'Halmeoni, tolong aku!' pekiku dalam hati karena aku masih membisu. Dalam kegelapan aku mencari sumber suara itu yang terdengar seperti nenekku.

"Kau merindukan nenekmu ini? Kalau begitu ikuti aku." Entah kenapa aku langsung menuruti suara yang menuntunku itu.

Setelah berjalan cukup jauh dengan mengandalkan indera pendengaranku, kulihat seberkas cahaya yang rupanya berasal dari sebuah pintu yang sedikit terbuka. Tanpa pikir panjang aku membukanya dan seketika aku berada di sebuah pantai ... Eurwangni mungkin?

Netraku menangkap pemandangan dermaga dengan mercusuar di pesisir pantai serta pohon pinus di sekelilingnya membuatku semakin yakin kalau kakiku memang sedang menapaki pasir Pantai Eurwangni. Pantai berpasir putih dan berbatu ini seingatku berada di dekat Seoul dan Incheon. Dulu saat aku kecil, aku dan keluargaku ke sini setelah mengunjungi rumah Sowon.

Tunggu? Apakah aku sedang bermimpi? Kenapa aku bisa di sini?

"Sinb-ya, kajja lihat sunset." Sebuah tangan menarik pergelangan tanganku lantas berlari membawaku hingga kami berhenti di bibir pantai. Kedua kakiku merasakan dinginnya air laut karena deburan ombak kecil yang bergulung ke arahku. Semua ini terasa nyata. Ini bukan mimpi kan?

MY IDOL (Because I'm Stupid)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang