Syukuran

29.8K 5.2K 1.3K
                                    

Fast update karena udah mau end 😘












Happy reading-!








Widya sedang kesusahan memindahkan kursi lipat ketika tiba-tiba kursi ditangannya itu direbut.

"Biar Jeno yang angkat, tante."

Widya tersenyum, Jeno terlihat seperti superman menurutnya.

"Makasih ya Jujuman." Kata Widya. Perutnya sudah tampak besar. Ia memang kesusahan untuk mengangkat kursi itu tadi. Untung saja Jeno tanggap membantunya.

Jeno hanya tersenyum kikuk. Julukan apalagi yang akan dia dapat dari keluarga Mahendra ini?

Keluarga Mahendra hari ini sedang mengadakan tasyukuran. Kehamilan Widya sudah mencapai bulan ke 4. Oleh karena itu, Yoshua memutuskan untuk mengadakan pengajian dan tasyakuran agar bayi yang dikandung Widya sehat dan lahir dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

Jeno ada di rumah Nana sejak tadi pagi. Ia membantu semua persiapan.

Tentu saja ada niat tersembunyi. Cari muka. Ia harus bisa memikat hati Widya. Barangkali secara ajaib ia bisa langsung dinikahkan dengan Nana. Tidak perlu lewat jalur perjodohan seperti Aa'nya yang sombong itu.

"Jeno istirahat dulu, ini udah beres semua kok." Kata Yoshua.

Jujur saja, ia kagum dengan Jeno. Jeno bahkan berani kotor untuk membantu beres-beres.

Berani kotor itu, baik.

Jeno mengangguk, tenggorokannya kering. Ia lalu bergegas menuju dapur untuk mengambil minum.

Ia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan kelinci bawelnya.

Tiba-tiba kakinya dipegang. Jeno langsung memekik kaget. Ingat, ia punya kenangan buruk dengan Teh Melati di rumah. Jangan sampai ia juga digoda oleh penunggu rumah Nana.

"Juju..." Ini jelas suara Nana.

Jeno melotot? Sedang apa Nana ada di bawah meja pantry?!

Ia buru-buru berjongkok, lalu melihat Nana yang sedang duduk dengan kedua kaki terlipat di depan dada. Wajahnya sayu, dan matanya memerah.

"Hey, Nana kenapa di sini hm?" Tanya Jeno lembut.

Nana tidak menjawab, ia malah langsung memeluk tubuh Jeno erat.

"Kenapa sayang?" Tanya Jeno lagi. Tangannya mengusap punggung Nana perlahan.

"Nana takut..." cicitnya.

"Takut kenapa sayang? Ada yang nakal sama Nana? Sini bilang Juju, nanti orang itu bakal hilang."

Nana memeluk tubuh Jeno lebih erat, mendusalkan wajahnya ke dada kekasihnya itu, "enda ada yang nakal sama Nana kok, Juju..."

"Terus Nana takut kenapa Na...?"

"Nana takut, Buna sama dedek kecil kenapa-napa..."

"Loh, kok gitu?"

Nana mulai terisak, "h-hiks, Buna kan tubuhnya kecil, lemah. Waktu hamil Nana aja Buna kesusahan. Buna dulu bahkan pernah ngalamin baby blues sindrom waktu Nana lahir."

"Nana takut keulang lagi. Nana nda mau Buna kenapa-napa. Buna keliatan kesakitan setiap pagi, terus mual muntah juga sering. Apalagi perut Buna sekarang besar banget. Pasti berat bawa adek kecil di perut." lanjut Nana.

Jeno sebagai pacar yang baik berusaha menenangkan kekasihnya itu. Ia menangkup kedua pipi Nana, menatapnya dengan penuh kasih, "kok Nana mikirnya gitu sih? Buna kan orangnya kuat, walau tubuhnya kecil gitu. Buna Nana kan orangnya hebat, pasti Buna bisa kuat buat ngehadepin semua ini. Dedek kecil juga nggak bakal nakal di dalem perut Nana. Lagian kan ada Ayah Yoshua, ada Nana, ada Juju juga yang bakal jagain Buna sama dedek kecil." Jeno mengusap air mata di pipi Nana.

"Buna sama dedek bayi nggak bakal kenapa-napa, Na. Percaya sama Juju. Nana percaya kan sama Juju yang tampan ini?"

Nana mengangguk-angguk. Ia lalu memeluk tubuh Jeno lebih erat.

"Makasih ya Juju. Juju baik banget deh. Kaya pahlawan Superman..."

"Nana panggil Jujuman ah!"

Sekarang Jeno tau, peribahasa buah tak jatuh jauh dari pohonnya itu benar.

Jeno semakin mantap kalau Nana benar-benar anak Buna Widya.

——

Acara pengajian baru saja selesai. Tamunya tidak terlalu banyak, hanya sekitar 60 orang. Widya mengundang teman-teman arisannya. Tentu saja ada Tyra, Ten, Luna, Yuni, Mbak Diona, Teh Onu, Teh Uwu, Budhe Bambam dan Budhe Ren, serta Teh Ongie. Jangan tanya kenapa Widya memanggil mereka teteh. Terkadang mereka terlihat cantik sekali hingga Widya panggil teteh.

Mereka sangat dekat, lebih dari sekedar teman arisan, bahkan teman ghibah.

Para ibu-ibu sibuk mengeteh sambil membahas arisan. Nana nggak tau, dengernya aja pusing. Arisan berlian 10 karat lah, mobil audi, tupperware summer collection. Nana nggak paham.

Ia berniat mencari ayahnya ketika melihat sang ayah juga sedang sama sibuknya dengan para kaum dominant. Nana tidak mau mendekat. Para bapak-bapak itu terlalu bersinar.

Echan dan Kak Mark sedang sibuk berduaan. Nana juga tak berani menganggu.

Nana menghela nafas, ia bosan.

"Jujuuuumaannnn!" Nana berteriak, membuat Jeno berlari kalang kabut.

Jeno sedang sibuk memakan risol mayo sisa pengajian, sayang jika tak habis.

"Kenapa Na?" Tanya Jeno panik. Ia masih mengunyah risol mayo dimulutnya.

"Jeno, kok Nana sendirian sih? Pada sibuk sendiri-sendiri!" Gerutunya.

"Ini Nana sama Juju. Terus Nana mau apa?"

"Juju, nikah aja yuk?"

Jeno terbatuk, ia menelan sosis di mulutnya tampa dikunyah.




——

Tbc

Sha's space

Kiw, akhirnya 4 chapter lagi menuju ending 😶

Oiya, Sha ada ngadain vote.
Jadi, kalian pilih Markhyuck dulu, atau Nomin dulu? Komen di bawah yap! P.s : yang udah vote di wall, di wa, di gc nda usah vote lagi, nanti double counting 😉

Markhyuck :

Nomin :

Sha juga mau tanya, kalian tau cerita Sha dari mana euy? Ayo lah kasih tau 😠✊🏼

Dijawab ya cingta-cingta ku! 😗💖

√ Keluarga Masa Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang