Seperti kepiting rebus

36 3 0
                                    

Viona mencari keberadaan Ayra, dia mencari Ayra di semua tempat di sekolah, hingga Viona mendapati Ayra yang kehujanan di dekat lapangan.

"Ayra, Lo ngapain disini?" Tanya Viona yang penasaran apa yang terjadi sebenarnya pada Ayra.

"Aku gak sanggup vi." Ucap Ayra yang seketika itu langsung tak sadarkan diri.

Ayra pingsan?

🌸🌸🌸

Viona berteriak minta tolong, tak lama kemudian datanglah Renald yang menghampiri Viona dan Ayra. Ketika Viona melihat keberadaan Renald, ia langsung meminta tolong pada Renald.

"Kak, tolong bantuin temen gue, tolong kak." Ucap Viona cemas dengan keadaan Ayra yang pingsan, pasalnya Ayra tak pernah pingsan sama sekali dalam hidupnya, ia tahu karena Ayra menceritakan padanya.

"Iya iya." Ucap Renald yang langsung membopong Ayra menuju UKS sekolah.

Di UKS, masih ada anak PMR yang masih berjaga disana, Viona merasa bersalah karena seharusnya tak meninggalkan Ayra sendiri di kelas.

Ini semua gara-gara Lo Aletta. Batin Viona dengan emosi yang meluap-luap.

Flashback off

🌸🌸🌸

Selesai Viona menceritakan semuanya padaku, aku langsung merasakan nyeri di dadaku. Bagaimana tidak orang yang selama ini aku anggap sahabat, tapi menusuk dari belakang.

"Ra, maafin gue ya. Alesan gue nggak mau cerita sama Lo waktu itu, karena kebetulan ayah Aletta meninggal, gue nggak tega untuk mengatakan ini semua, dan pastinya Aletta butuh kita, meskipun dia jahat sama Lo Ra." Viona mengucapkan sembari memeluk dan menangis di pelukanku.

Memang benar yang aku ingat dulu, ketika terjadi masalah itu. Keesokan harinya, aku mendengar kabar bahwa ayah Aletta meninggal dunia karena kecelakaan.

Aku langsung menenangkan Viona yang merasa bersalah padaku, karena tak memberitahuku lebih awal. Pantas saja, semenjak kejadian itu, gelagat Viona pada Aletta sedikit demi sedikit berubah, mungkin karena itu sebabnya.

Aku langsung pulang diantar oleh Viona dan sesampainya di rumah, aku tak mendapati keberadaan bang Aldi di rumah, mungkin dia bersama Aletta pikirku, aku langsung menuju ke kamar untuk beristirahat.

Tiba-tiba aku mendapat pesan masuk dan ternyata setelah kubuka, dia adalah Arka.

Arka Delana
Gimana udah baikan kan? Janlup Jaga kesehatan ya.

Mendapat pesan dari Arka membuatku jingkrak-jingkrak bahagia di atas ranjangku.

Dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus, aku langsung membalas pesannya.

Ayra Kalila
Allhamdulillah udah baikan kok, makasih ya.

Meski pesan singkatku tak dibalas lagi oleh Arka, karena sedari dulu kebiasaannya selalu seperti itu. Namun, aku tetap bahagia. Tapi mengingat kejadian yang diceritakan kembali oleh Viona, bagaimana dulu Arka seolah-olah membenciku tak mau menginginkan kehadiranku, aku selalu percaya bahwa disetiap badai pasti akan selalu ada pelangi cantik yang mengikutinya, mungkin ini yang kurasakan sekarang. Pelan-pelan gumamku dengan tersenyum menghadap cermin yang ada didepanku.

🌸🌸🌸

Tok...tok...tok...

Terdengar bunyi ketokan pintu kamar, seketika membuyarkan lamunanku, aku berbalik arah menghadap ke pintu kamar, ternyata bunda sudah pulang dari rumah nenek.

"Sayang, sudah baikan ?" Tanya bunda menghampiriku yang sedang duduk di mulut ranjang.

"Allhamdulillah bun, mendingan. Gimana kabar nenek bun?" Tanyaku penasaran dengan kesehatan nenek akhir-akhir ini.

"Allhamdulillah juga nenek lebih baik dari kemarin. Oh ya kata bang Aldi, tadi kamu dianterin sama Viona ya?" Tanya bunda penasaran.

"Iya bun." Aku langsung membuang muka, mungkin bang Aldi cerita semua tentang kejadian sore tadi.

"Bunda nggak tau apa masalah kamu sama sahabat-sahabat kamu, tapi sahabat kamu juga manusia yang nggak luput dari salah, sudah seharusnya kamu memaafkan, Tuhan saja maha pemaaf, masa kita manusia nggak bisa memaafkan." Ucap bunda memberikan nasehat padaku.

"Iya bun, Ayra tahu apa yang harus Ayra lakukan, kan bunda sendiri yang ngajarin Ayra, kalau kita harus jadi manusia yang bisa memaafkan kesalahan orang lain. Tapi Bun, Ayra masih butuh waktu." Ucap Ayra memberikan penjelasan sembari memeluk bunda.

"Iya bunda tau, anak bunda kan baik." Ucap bunda menerima pelukanku.

"Yaudah kita makan malam, udah ditungguin sama ayah sama bang Aldi juga." Ajak bunda untuk menikmati makan malam bersama.

🌸🌸🌸

Setelah selesai makan malam, aku ingin langsung menuju ke kamar, tapi belum sempat beranjak dari kursi, tanganku dicegah oleh bang Aldi.

"Dek, Abang mau ngomong." Ucap bang Aldi

"Yaudah ayo ngomong bang." Ucapku mengajak bang Aldi menuju belakang rumah.

Sesampainya di belakang rumah, bang Aldi yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Maafin Abang ya, Abang tadi nggak nganterin kamu pulang." Ucap bang Aldi sembari mengelus pucuk kepalaku

"Santai aja bang, lagian kan ada Viona tadi yang nganterin pulang." Ucapku menatap bang Aldi. "Lagian gara-gara Ayra, Aletta pergi gitu aja." Tambahku

"Oh ya, tadi Abang lihat Arka di rumah sakit." Ucap bang Aldi mengalihkan pembicaraan

"Arka di rumah sakit?" Tanyaku penasaran pada bang Aldi

.
.
.
.

jangan lupa vote,comment and share ke temen-temen kalian ya.. biar Mimin makin semangat nulisnya. Dan juga follow Instagram @sbumhi_

Salam sayang dari mimin
Muachh..

Dan jangan lupa jaga kesehatan, selalu cuci tangan ketika menyentuh benda, ketika keluar dari rumah menggunakan masker.
#dirumahaja

PLOT TWIST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang