Delapan Belas

5.1K 550 22
                                        

Bryan tengah berjalan santai menuju ruang inap Gamaliel berada. Ia tak sabar untuk bertemu lelaki itu, sangat.

Kemarin setelah Bryan mencium Gama serta mengutarakan perasaannya, Gamaliel berkata akan menjawabnya hari ini. Maka dari itulah Bryan semangat sekali.

Namun, saat dirinya sudah dekat dengan kamar Gama, ia melihat keributan di sana.

"Jangan hubungi pihak keluarga dulu!" Seorang perawat laki-laki berteriak gusar pada beberapa perawat lain yang mondar-mandir kelimpungan.

Tunggu, ada apa dengan perawat-perawat itu? Mengapa mereka berseliweran panik di depan kamar Gamaliel?

Oleh karena itu, Bryan langsung mempercepat laju jalannya. Mendekati para perawat dengan wajah penuh kebingungan.

"Hey, ada apa?"

"Tuan Johnson?" Bukannya menjawab, salah satu suster itu menatap Bryan kaget. Seolah malaikat maut baru saja menampakkan wajah ke arahnya.

"Ada apa ini?" Bryan kembali bertanya. Kepalanya pun menjulur, mengintip ranjang Gama yang terlihat kosong. "Ke mana Gamaliel?"

"Tuan ... Tuan Gamaliel menghilang!"

Sialan!

Bryan mengumpat dalam hati, meneriaki ketidakbecusan pihak rumah sakit akan menghilangnya Gamaliel.

"Sudah cek CCTV?" Lelaki itu berusaha sabar. Emosi mungkin tak akan membawanya dalam penemuan.

Suster itu mengangguk mantap. "Sudah. Di rekaman CCTV menampilkan Tuan Gamaliel yang keluar dari rumah sakit, dini hari tadi."

Pria Johnson itu lantas mengepalkan tangannya, menonjok dinding yang berada di samping kiri kepala sang suster perempuan yang sudah gemetar menatapnya. Ia tarik omongannya tadi, emosinya sudah menguasai.

"T-Tuan ...?"

"APA YANG PETUGASMU LAKUKAN SAAT TAHU GAMALIEL PERGI, HAH?!" Bryan berteriak dengan lantang. Emosinya langsung mengudara, kesabarannya sudah hampir habis tak bersisa.

Wajah perawat itu memucat, "M-maaf, Tuan. Kami lalai."

Beberapa perawat lain menghampiri Bryan, berusaha menenangkan pria yang tengah terbalut dengan kabut kemarahannya yang tebal.

Tiba-tiba, Bryan menarik kerah perawat laki-laki yang tadi menahan dadanya. Menatapnya penuh amarah.

"Kalau sampai ada apa-apa dengannya ... akan kuobrak-abrik rumah sakit ini! Kubakar sampai kalian hangus di dalamnya!" ancam Bryan untuk kemudian melempar lelaki itu, membuat para suster berteriak panik melihat rekannya yang jatuh melemas membentur tembok rumah sakit yang keras.

Sementara para perawat bergerombol, Bryan mengambil ponsel di saku jasnya, menelepon orang kepercayaannya yang ia pastikan harus bisa menemukan Gamaliel.

"Reon, cari lelaki bernama Gamaliel Andreas. Fotonya akan kukirimkan via e-mail sebentar lagi. Cari sampai ketemu. Kalau bisa, telusuri seisi kota," titah Bryan si otoriter.

Entahlah, terasa sedikit drastis akan perubahan Bryan sifat yang sekarang. Itu alami, semua orang bisa berubah seiring berjalannya waktu, 'kan?

-

Tempat pertama yang Bryan kunjungi setelah menghilangnya Gamaliel adalah makam Jessica, tentu saja. Harusnya pria itu ada di sana, sebagai satu-satunya tempat yang familier bagi Gama selain rumah Bryan.

"Gama!" Bryan berteriak di antara keheningan makam. Namun, nihil. Gamaliel tak berada di sana.

Tetapi, tatkala Bryan mengunjungi makam Jessica, bisa ia lihat akan bunga-bunga segar yang kurang rapi—maklum, bunga petikan sendiri, bukan dari florist—yang terdapat di atas gravestone Jessie.

THE FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang