Enam

4.7K 546 23
                                    

"Kau terlihat berseri-seri di sana," kata seorang anak perempuan berambut pirang di seberang video call sana. "Apa kamu mendapatkan pacar?"

Bryan mengerutkan dahinya sebal, adiknya tengah menggodanya habis-habisan karena dirinya dibilang sok sibuk di sini, ia menjadi jarang menghubungi adiknya. "Pacar apa? Aku tak memiliki pacar!"

"Aw, playboy kita yang tampan mana mungkin tak dapat pacar!" kelakar gadis itu sembari tertawa ceria, tak memedulikan selang infus dan peralatan kesehatan lain yang menempel pada tubuh kurusnya.

"Berhenti tertawa, Bearnda."

"Hey, namaku Brenda! Bearnda ... kaupikir aku beruang?" selorohnya tak terima.

"Kau memang beruang. Beruang kecil yang nakal." Bryan terkekeh saat melihat ekspresi si bungsu yang cemberut karena ulahnya. "Kau tahu? Jika kau cemberut seperti itu, kau mengingatkanku pada seseorang."

"Siapa?"

"Calon saudara angkat kita."

-

"Jess, kamu mau ke mana?" tanya Gama ketika menyiapkan sarapan di atas meja bersama dengan ayahnya yang sedang menonton acara komedi di televisi. "Semalem aku bawa ayam goreng banyak. Ayo, makan!"

Jessica yang sudah rapi berdandan di minggu pagi langsung menghampiri meja makan, menatap wajah sang kakak dengan tampang skeptisnya. "Kamu dapet dari mana ayam ini?"

"Oh, semalem aku diajak makan sama Bryan. Jadinya aku bungkus deh buat kamu sama ayah."

Mata Jessica membulat tak terima, "Jadi kamu ngasih kita sisaanmu gitu?"

"Ini bukan sisa. Ini—"

"Dan lagi ... kamu pergi lagi sama Bryan, Gam? Kamu bener-bener munafik! Katanya kamu nggak mau sama mereka, tapi kamu malah jalan buat ngerebut hati Bryan biar kamu yang diangkat jadi anak dan saudara mereka! Iya 'kan?!" maki Jessica menatap Gama kian menyalang.

"Nggak, Jess! Aku sama Bryan cuma temenan. Kamu ... kamu yang nanti bakal jadi saudaranya, bukan aku," ucap Gama lirih. Entah kenapa untuk mengeluarkan kalimat itu terasa sulit. Rasanya ia seperti baru memberikan adik kesayangannya ini kepada orang lain.

"Bohong! Kamu pasti bohong! Mendingan aku ke Mr. Charlie aja, aku bakal ambil hati Mr. Charlie. Nyuruh kamu itu nggak ada gunanya!" sentak Jessica. "Aku mau ke Mr. Charlie se—"

"Jes-si, ma-kan. A-yo ma-kan." Ayah Andreas bersaudara berusaha meleraikan dengan cara memotong pembicaraan ini dengan piring berisikan nasi dan lauk yang disodorkan.

Gama mengembuskan napasnya pelan, berusaha sabar. Setidaknya jangan ada perdebatan di depan ayahnya. Ayahnya pasti sedih jika melihat pertengkaran antar saudara ini. "Iya, Jess. Ayo makan dulu, kita lanjutin obrolannya nanti."

Prang!

Gadis kecil yang tadinya diam dengan ajakan ayahnya langsung mendorong piring yang tadinya ia sodorkan begitu mendengar ucapan sang kakak yang menyulut emosinya, padahal kakaknya tak memberikan ucapan yang berarti, namun tetap saja ia kesal.

"Nggak mau! Aku mau pergi," katanya sambil berjalan keluar, menginjak makanan yang tadi dibuangnya.

Meninggalkan Gama yang menatap kepergian Jessica dengan pandangan kecewa.

Mata Gama teralih saat melihat tatapan nanar sang ayah. Ayahnya pasti sedih melihat anak bungsunya yang saat berumur delapan masih sangat manis menjadi sangat egois. Maka dari itu si sulung memaksakan sebuah senyuman, berusaha untuk terlihat tidak apa-apa.

THE FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang