Naeun POV
Aku dan Jungkook berangkat bersama, ini menjengkelkan bahkan aku belum sempat mengisi perutku, rasanya lapar sekali. Gara-gara Jungkook yang tibatiba menjadi amat rajin minta berangkat pagi dengan alasan ingin sarapan di atap sekolah. Ya aku membuatkan roti selai lengkap dengan sebotol susu putih, Jungkook tidak memberiku waktu untuk sarapan katanya sudah telat. Padahal ini masih jam enam pagi, lagian sekolahnya masuk pukul delapan pagi. Menyebalkan.
Kali ini Jungkook turun duluan dari mobil disusul aku, aku menutup pintu kasar. Jungkook langsung meraih tanganku.
"Lambat sekali sih, ayo."
"Kau saja yang terlalu cepat jalannya," kataku sedikit berlari untuk menyamai langkahnya.
"Kakimu tuh yang bantet seperti punya Jimin," katanya menoleh jahil dengan gigi kelincinya itu yang aku mencibir kesal. Keterlaluan memang si Jungkook.
***
Aku sudah duduk bersama Jungkook di atap sekolah, segar memang udara pagi ini. Bisa melihat kota Seoul dari atap sekolah, menghirup udara pagi yang bahkan masih sangat segar hanya saja yang tidak segar itu pria yang ada disebelahku. Yang sudah membuka bekal yang aku siapkan, memakan roti selainya lahap tanpa mau berbagi denganku. Apa ini yang dianggap pacar? Oh ya aku lupa aku kan pelayannya, pacar hanya kata kiasannya saja untuk mempermudah mempermainkanku. Sabar Naeun.
"Klruuuukk"
Sial cacingku tidak bisa diajak kerjasama, Kenapa harus bunyi di hadapan seorang Jungkook sih. Jungkook menghentikan kunyahannya yang nampak seperti kelinci itu.
"Apa itu yang bunyi? Ringtone mu ya?" godanya.
"Bukan apa-apa, cepat selesaikan. Aku mau ke kelas," kataku malas, ya dia menyuruhku menunggunya selesai makan. Benar-benar menyebalkan.
"Hehehe kau lapar ya. Nih makan." jungkook menyodorkan roti selainya itu.
Aku memang amat sangat lapar, aku menggigit bibirku menahan gengsiku.
"Oh tidak mau ya, ya sudah aku habiskan," katanya menarik lagi rotinya yang tadinya berada tepat di hadapanku.
"Iya iya beri aku sepotong," kataku akhirnya.
Jungkook tersenyum senang, dan menyodorkan rotinya padaku. Aku bersiap melahapnya, dengan jahilnya jungkook malah menjauhkan kembali tangannya.
"Yak! Jungkook!"
"Cium dulu baru aku kasih,"
Selalu saja begitu. Benar-benar ingin aku gulingkan Jungkook sekarang juga ke bawah gedung.
"Kau lupa naeun? Tidak ada yang gratis di dunia ini," katanya yang malah kembali meraup rotinya. Sungguh aku sudah jengkel.
"Mendingan aku kelaparan daripada harus menciummu,"
"Oh ya sudah" Jungkook benar-benar melahap habis semua rotinya. astaga, memang tidak punya belas kasihan. Siapapun nanti yang jadi istrinya, semoga mendapat stock kesabaran yang melimpah.
"Bukakan susunya dong," serunya.
"Buka sendiri," kataku ketus.
"Yakin nih, nanti aku salah buka. Bukan yang dibotol tapi yang--"
"Ah sudah sudah. Iya iya aku bukakan," kataku kesal tak mau berakhir dengan kata-kata mesumnya yang menjengkelkan.
Aku membuka botolnya dan menyodorkannya padanya. Ia tertawa puas dan mulai meneguk susunya .
"Dasar bayi tua," gerutuku.
"Kau bilang apa?" Jungkook barusaja mendengar gerutuanku, aku menoleh kaget dan menggeleng.
"Tidak ada ada, aku bilang kau tampan saat minum," ucapku terpakasa. Tapi setelahnya aku terdadar, apa-apaan sih kenapa malah mengatainya tampan. Lihat dia sudah kepedean minta ampun sekarang.
"Ya aku tau itu, apalagi kalau minum susu milikmu itu pasti tambah tampan dan kuat."
"Yak!! Jungkook!"
aku sudah kesal kalau begitu, bisa-bisanya dia mesum selalu."PLUK"
tongkat kayu mendarat di kepalaku dan Jungkook, membuat Jungkook memutar keplanya ke belakang dan aku sontak menatap depan .
"Pacaran sepagi ini, turun dan putar lapangan sepuluh kali"
Itu pak Kim, guru killer sekaligus wali kelasku. Ya ampun sial sekali sih. Belum makan di suruh putar lapangan, tunggu tapi si sialan Jungkook ini ikut putar lapangan kan? Atau hanya aku karena si sialan ini anak kepala yayasan?
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD ( SUDAH TAMAT )
FanficHidupku sudah keras, tapi bertemu dengan Jungkook tenyata membuat hidupku lebih keras. Aku membencinya -- Park Naeun