Naruto duduk di kursi panjang dan meletakan tasnya diatas meja setelah menghidupkan lampu baca ruangan dan AC. Iris shappirenya bergerak menuju salah satu rak buku kelas tiga yang belum sempat ia selesaikan.
Naruto berdiri dan merapikan jaket hitam oranye nya, lalu melangkah mengambil buku matematika. Ia berjalan menuju lorong rak yang cukup tertutup dari pandangan orang, Naruto duduk menyender rak dan membuka buku bagian tengah lalu menutup wajahnya dengan buku itu.
Tindakannya bukan untuk belajar, tepatnya dia sedang mencoba tidur, ia ingin memimpikan Ibunya lagi. Memikirkannya membuat Naruto bersemangat ingin segera masuk ke dalam mimpi.
"Oi," suara rendah itu menginterupsi Naruto yang mencoba tidur lima menit yang lalu. Dengan wajah kesal dia menjauhkan buku dari wajahnya dan menatap pria bersurai hitam dengan iris hitam yang menatapnya dengan wajah datar.
Sasuke, dialah dalang yang membuat Naruto memasang wajah kesal kali ini.
"Bisa geser? aku mau mengambil buku," ucap Sasuke tak acuh, Naruto tidak membalasnya, hanya menatapnya dengan bibir mengerucut.
"Pria ini ... imut." Batin Sasuke melihat wajah Naruto yang kecil, matanya bulat dengan iris mata biru shappire yang akan menghipnotis semua orang, hidungnya berlekuk, bibir berwarna pink pudar itu seperti menantang untuk dikecup, kulitnya berwarma tan bersih dengan surai pirang yang jatuh dengan lembut ditengkuknya. Memikirkannya membuat Sasuke tertegun seketika.
Naruto yang melihat Sasuke terdiam mengangkat bahu tidak peduli dan kembali menutup wajahnya dengan buku lagi.
"Ambil saja, jangan pedulikan aku."
Sasuke kembali ke alam sadarnya dan melangkah di hadapan Naruto yang tidur dengan kaki menjulur ke depan, Sasuke agak kesulitan menjangkau buku diatas kepala pria itu, menyebabkan tubuhnya harus condong diatas Naruto.
"Hei, kamu anak baru?" tanya Sasuke setelah berhasil mengambil buku yang di inginkannya.
"Bukan."
"Lalu?" Naruto membuka bukunya lagi dan beradu pandang dengan Sasuke.
"Aku siswa kelas khusus, Uzumaki Naruto."
"Oh," Sasuke berpikir lagi, kalau diingat-ingat dia belum pernah mendengar nama itu juga selama ia menjabat ketua kesiswaan, "aku Uchiha Sasuke."
Naruto diam saja dan menatap ke arah lain, berharap Sasuke segera meninggalkannya.
"Kamu, harusnya belajar kan? kenapa disini?" tanya Sasuke setelah tidak mendengar tanggapan Naruto.
"Uh, kamu pikir aku sedang apa sekarang? meditasi?"
Ponsel Naruto bergetar dibalik sakunya, ia melihat notifikasi yang tertera.
From: Dandelion
N, segera ke markas.
Naruto segera berdiri dan merapikan jaketnya, ia hendak meninggalkan tempat itu sebelum lengannya ditahan Sasuke.
"Mau kemana?"
"Sst... Shut up, we're in the library my bro." Selesai dengan ucapannya, Naruto segera melangkah pergi setelah mengambil topengnya diam-diam dari tas dan meninggalkan Perpustakaan. Sedangkan Sasuke dapat mendengar gedebuk rendah dari sepatu Naruto yang turun dari tangga.
Sasuke melangkahkan kaki jenjangnya menuju jendela yang langsung menampakan bangunan belakang sekolah. Ia dapat melihat Naruto yang berjalan santai dan melompati pagar setinggi dua meter itu dengan sekali gerakan.
"Hn."
•
Brak!
Wanita setengah baya yang fokus pada lembaran kertas di atas meja melirik lelaki yang berjalan masuk dengan topeng neko putih. Ia sudah terbiasa dengan tingkahnya yang sembrono.
"Nenek, ada apa?" tanya Naruto di depan nenek angkatnya. Senju Tsunade yang merangkap sebagai kerabat jauh juga bossnya.
"Naru, ada tugas untukmu,"
"Hah? apa??" tanya Naruto berbinar.
"Kamu ku tunjuk sebagai shadow shield," Naruto ber-ah dan mengerucutkan bibirnya.
"Apa-apaan, bukannya tugas itu harus diserahkan pada Sai atau Haku?" tanya Naruto, biasanya dia akan jadi pembunuh bayaran daripada tugas seperti itu.
"Mereka masih dalam tugas Naru, ayolah, ini kan tugas ringan," bujuk Tsunade.
"Nggak mau Nek," tolak Naruto.
"Ayolah, kali ini bukan tugas kecil. Kamu harus melindungi putra pimpinan Uchiha." Tsunade menyerahkan kertas berisi biodata orang yang akan dilindungi Naruto. Ia melihat foto pria berwajah datar dengan iris hitam, itu terasa familiar baginya.
"Are, dia?" gumam Naruto, bukannya ini Sasuke tadi?
"Dia sekolah di tempatmu Naru. Bagaimana, terima saja tugasnya ya?"
"Tapi Nek...,"
"Sst... Tidak ada bantahan, segera bawa biodata itu dan pergilah, kamu membuatku pusing." Pungkas Tsunade tidak mau dibantah. Wajah Naruto semakin jelek saja mendengarnya, itu sama sekali bukan gayanya yang harus melindungi orang seperti anjing penjaga. Baginya membunuh dan melihat darah berceceran adalah kebahagiaan. Melihat target yang meraung-raung dibawah kakinya adalah bentuk pelampiasan kesal pada dunia yang tidak adil, bahkan dia pernah merekam suara target yang sedang menangis untuk menjadi lagu kematiannya sendiri kelak.
Naruto menghembuskan nafas perlahan, ia tidak mau membuat nenek yang ia hormati kesal dengannya dan menerima tugas itu dengan berat hati.
"Nek," panggil Naruto pelan, Tsunade melirik pada Naruto yang menatapnya dengan puppy eyes, ia mengerti jika Naruto seperti itu berarti ia sedang membutuhkan perhatian.
Tsunade berdiri dari tempat duduknya dan merangkul anak yang hampir sama tinggi dengannya dalam rengkuhan lembut, ia mengusap-usap surai pirang itu dengan sayang. Menghantarkan perasaan hangat pada diri Naruto.
"Ada apa?" tanya Tsunade, ia sekarang bukan lagi boss. Namun seorang nenek yang bertanya pada cucunya yang terlihat lemah dan rapuh.
"Nek," isakan lolos dari bibir Naruto.
"Nak, katakan ada apa?" tanya Tsunade, Naruto menggeleng pelan dan menyembunyikan wajahnya dalam ceruk bahu Tsunade.
Tsunade ber-hah pelan dan membiarkan anak itu menangis. Walaupun Naruto terlihat acuh diluar namun ia sangat mengerti bahwa jiwanya hancur tidak bersisa, mentalnya juga sering goyah apalagi Naruto sekarang juga masih remaja.
"Naruto, kamu tidak perlu bersedih, ada nenek disini, nenek menyayangi Naru sebesar Ibu Naru." Ucap Tsunade menenangkan Naruto yang masih terisak, perlahan rangkulan Naruto melonggar.
"Mn, Naru tau." Naruto mengusap wajahnya perlahan dan memasang wajah acuh lagi.
"Naru pergi nek." Tsunade mengangguk, membiarkan Naruto melangkah pergi dengan pandangan rumit.
"Ah, bagaimana dia hidup selama ini?"
•
Naruto berjalan keluar dari markas dengan topeng neko untuk menyembunyikan wajahnya, tidak ada yang tau selama ini ia bekerja sebagai pembunuh bayaran. Alasan itulah yang membuat Naruto selama ini tidak bergantung pada uang Minato. Ia sudah sangat terkenal karena kekejaman dan keberaniannya, Naruto selalu membuat pola yang sama, meninggalkan sayatan membentuk huruf N besar ditubuh targetnya. Membuatnya dikenal dengan nama 'N' dan killing machine diantara rekan kerjanya.
"N," panggil pria dengan kulit putih pucat yang menggunakan topeng wajah tersenyum.
"Oh, Sai," jawab Naruto.
"Kamu dapat tugas?" tanya Sai sembari mendekat, tangan kanannya memutar-mutar pisau tangan dengan lihai.
"Mn, sebagai shadow shield."
"Oh, tidak biasanya boss memberimu tugas seperti itu."
"Yah begitulah."
Sai mengangguk lalu mereka basa-basi sebentar sebelum berpisah, melangkah pergi di arah yang berbeda.
Naruto berhenti berjalan dan mendongak, melihat langit biru tak berawan yang sangat cerah hari ini.
"Indahnya."
09/06/2020
-Lunarica-
KAMU SEDANG MEMBACA
NO ONE LOVE ME [SASUNARU]
Fantasy[Part lengkap-Belum direvisi] Uzumaki Naruto terjatuh dalam lubang kesepian. Baginya bernafas adalah cara mengakhiri hidup, tidak ada yang mencintainya, walaupun hanya satu orang. Disclaimer: Masashi Kishimoto Attention!!! Memiliki konten BxB, Yaoi...