Naruto tidak dapat fokus ke buku. Kalimat rapi yang diketik komputer itu membuatnya kebingungan seolah setiap hurufnya menjadi melayang berganti kalimat, Setiap ia berusaha keras memahami maksudnya maka pikirannya akan memutar di kejadian pagi tadi tanpa bisa dikendalikan.
Pah
Naruto membanting bukunya dengan kesal. Ia marah pada dirinya karena harus merasakan perasaan tanpa nama itu. Apa yang terjadi pada dirinya sungguh membuatnya kacau.
"Sialan." Gumam Naruto. Ia menyambar botol berisi air putih dan menegaknya.
Istirahat telah berdering lama. Naruto juga mulai waswas kalau Sasuke datang menempelinya. Ia sekarang sedang tidak bisa mengendalikan jantungnya berdetak keras namun anehnya, si rambut emo itu tidak datang ke Perpustakaan seperti biasa.
"Mungkin sibuk?" tanya Naruto dalam hati. Memikirkannya membuat ujung hatinya terasa ngilu. Tidak ada yang bisa Naruto lakukan lagi, ia memutuskan akan makan siang sebelum sosok gadis lembut berambut sebahu mendatanginya dengan malu-malu.
"Hinata," panggil Naruto melihat Hinata berdiri agak jauh darinya. Ia melambaikan tangannya, menyuruh gadis itu datang dan duduk dihadapnnya.
"Kamu ingin makan juga?" tanya Naruto yang sudah membuka bekal pemberian Naruko. Semenjak Naruko pindah, ia jadi bersemangat membawakannya bekal.
"Un, Naruto kun juga?" tanya Hinata dengan tersipu.
"Ya, kalau begitu ayo makan bersama saja." Hinata mengangguk dan mengeluarkan bekal makanannya, ia membuka dan semerbak bau makanan menguar dari tempatnya.
"Wah, harum sekali. Ini yang masak Hinata sendiri?" tanya Naruto ingin tau.
"Umh, ya, aku yang membuatnya. Naruto kun mau? Hinata akan membaginya jika iya." Tawar Hinata, tentu saja Naruto akan mengangguk jika itu makanan dan setelahnya, setengah dari bekalnya adalah makanan milik Hinata. Tidak lupa juga Naruto membagi makanan yang dibuat Naruko untuknya.
"Sugoi, ini enak sekali, kamu pintar memasaknya," puji Naruto setelah menyuapkan satu suap ke dalam mulutnya.
"Benarkah? Te—terimakasih." Jawab Hinata dengan wajah merah.
Selanjutnya mereka makan dengan tenang sampai bekalnya kosong.
"Terimakasih atas makanannya," Naruto menangkupkan kedua tangannya dibalas anggukan kecil Hinata.
"Na-Naruto kun, setiap makan siang apa boleh aku kesini? Aku... Tidak nyaman makan ditempat ramai." Ucap Hinata.
"Tentu, tidak masalah. Perpustakaan ini kan milik umum." Naruto membalas dengan seringaiannya yang tulus yang membuat Hinata mati-matian menjaga detak jantungnya tetap aman.
"Ka-kalau begitu-"
BANG
Suara pintu Perpustakaan didepan sana terbanting dengan keras,membuat ucapan Hinata tadi melayang dan mereka berdua berdiri dengan kaget.
"Huh, siapa yang begitu kasar menutup pintu?" seru Naruto, ia melongok ke arah pintu yang tertutup namun disana tidak ada orang.
"Mungkin hanya angin," jawab Hinata yang masih bergetar karena kaget.
"Aku tidak yakin, sudah dua tahun aku belajar disini dan tidak ada angin sekuat itu untuk membanting pintu."
Tentu saja itu bukan ulah angin. Di luar ruangan, Sasuke dengan wajah seram mengepalkan tangan sampai buku jarinya memutih, makan siang yang ada ditangan kanannya telah hancur dan berpindah ke tempat sampah. Ia agak telat ke Perpustakaan karena tugas OSIS yang harus dihadiri.
Ketika ia ingin melihat wajah pria yang sejak tadi pagi menghantui pikirannya tidak disangka ia ditemani orang lain. Sasuke merasa marah. Entah, mungkin itu cemburu. Sejak Sasuke mengerti bagaimana perasaannya pada Naruto. Ia seperti berubah sangat possessif pada si surai kuning itu namun mengikat dan memenjarakan Naruto dibawah lengannya juga tidak akan bekerja. Bisa-bisa ia akan jadi korban pukulan Naruto.
Naruto keluar dari Perpustakaan dengan lesu. Hari ini tidak ada yang bisa ia lakukan selain duduk dengan buku ditangan atau bermain game di ponsel. Sejenak ia rindu pada suasana warnet yang sepi, ia ingin sekali pergi kesana maka dengan tekad bulat Naruto menyandang tas selempangnya dan buru-buru keluar dari sekolah setelah bel tanda pulang berdering.
Lorong yang dilewati Naruto mulai sepi karena anak-anak sudah pasti bergegas ingin keluar untuk mendinginkan kepala masing-masing.
"Tolong, sekali ini saja. Sasuke kun." Langkah Naruto terhenti di kelas sebelas A. Di sana tidak ada orang lagi. Hanya menyisakan dua siluet orang yang Naruto kenal dari suaranya adalah Naruko. Ia menghentikan langkahnya dan merapat ke arah pintu yang terbuka namun, belum saja ia dapat menguping kedua orang itu sudah menoleh ke arah pintu. Naruto merutuki diri sendiri yang bodoh dengan berdiri terang-terangan, sedangkan cahaya matahari yang hampir tenggelam membuat siluetnya terlihat jelas.
"Naru chan." Panggil Naruko yang sedang berdiri disamping meja Sasuke dengan canggung sedangkan si rambut emo itu hanya menatap wajah Naruto tanpa berkedip.
Sasuke sedang tidak mood mengikuti pelajaran, mata onyx nya berkali-kali melirik ke arah Hinata yang duduk dengan wajah kesal. Ia mendengus pelan dan meletakkan kepalanya di meja. Semangat belajarnya terkikis sudah.
"Ayo kumpulkan kertas yang Ibu bagikan tadi. Naruko, tolong bantu mengumpulkannya ya." Ucap guru Kurenai di depan sana. Naruko berdiri dan mulai mengumpulkan kertas kuis. Ia berdiri di hadapan Sasuke yang duduk dengan wajah terlipat, Naruko mengambil kertas kuis Sasuke yang sudah lengkap diisi dan secara diam-diam menyelipkan kertas lain diatas mejanya.
Sasuke mengernyit ke arah kertas yang diberikan Naruko. Beruntung Sasuke tidak punya teman sebangku dan teman-temannya juga sibuk dengan dunia mereka sendiri sehingga Sasuke dapat aman membalik isi kertas.
Sasuke kun, setelah pelajaran usai Naruko ingin bicara sebentar.
•
"Jadi ayahmu memintaku datang ke rumah?" tanya Sasuke dengan dingin setelah Naruko selesai bercerita tentang keinginan Minato.
"Un, kami ingin mengenalkanmu pada saudara kembarku." Jawab Naruko dengan suara lembut. Ia berdebar dalam hatinya dengan membayangkan Sasuke dan Naruto akan akur sebagai ipar.
Sasuke terdiam, tentu saja ia ingin menolak namun Sasuke bisa memastikan Naruko akan merengek pada Fugaku dan berakhir dirinya diceramahi nyonya Uchiha semalaman. Memikirkannya saja membuat kepala Sasuke berdenyut namun disisi lain. Ia akan datang ke rumah Naruto, bukan sebagai tamu biasa namun sebagai calon tunangan Naruko, Sasuke tidak bisa melakukannya. Naruto pasti akan membuka pikirannya dan kedekatan yang selama ini Sasuke bangun akan hancur.
Sasuke ingin dekat dengan Naruto. Lebih bagus kalau Naruto juga punya perasaan yang sama sepertinya, bukan sebagai calon ipar masa depannya. Memikirkan hal ini membuat Sasuke merasa kehilangan. Ia tidak mau Naruto menjauhinya dan mengangapnya hanya sebatas tunangan Naruko. Ia ingin dianggap lebih dari seorang teman oleh si rambut kuning itu.
"Tidak bisa." Putus Sasuke, ia berpikir akan terus menjauh dari ajakan Naruko ke rumah sampai Sasuke dapat memutuskan pertunangan ini dan mulai fokus mengejar sosok yang ia inginkan.
"Kenapa?" tanya Naruko tidak berdaya.
"Aku bilang tidak. Kamu tidak mendengarnya?"
"Tolong, sekali ini saja. Sasuke kun." Bujuk Naruko. Sasuke ingin menegaskan pernyataannya lagi namun, semuanya ia telan ketika pria yang menjadi pikirannya muncul dan memergoki mereka berdua.
Lun. "Terkenal jadi assassin nggak menutup kemungkinan tetep dobe ya."
Naruto yang dikatain dobe "(╥﹏╥)"
Sankyuu buat semangatnya minna sekarang udah mulai enakan+bisa update lagi(。’▽’。)♡
28/06/2020
-Lunarica-
KAMU SEDANG MEMBACA
NO ONE LOVE ME [SASUNARU]
Fantasy[Part lengkap-Belum direvisi] Uzumaki Naruto terjatuh dalam lubang kesepian. Baginya bernafas adalah cara mengakhiri hidup, tidak ada yang mencintainya, walaupun hanya satu orang. Disclaimer: Masashi Kishimoto Attention!!! Memiliki konten BxB, Yaoi...