6

3.5K 364 5
                                    

Pagi menjelang, mata Naruto membuka akibat jam biologis. Ia masih berguling dengan nyaman dikasur empuknya. Ruangan yang Naruto tata untuk memberikan cahaya remang-remang membuatnya tak ingin pergi kemana-mana.

Hari ini adalah hari libur, biasanya Naruto seharian akan pergi ke markas dan mengacaukan pekerjaan Tsunade. Namun, ia teringat dengan pekerjaannya. Naeuto membuka ponsel dan melihat satu notif disana.

From: Dandelion

Data menunjukan bahwa preman yang mengepung target kemarin bisa jadi adalah saingan Uchiha corp. N bisa melihat daftar dibawah ini.

Naruto membuka dokumen yang disisipkan Dandelion dan melihat sederet nama perusahaan yang pernah bersinggungan dengan Uchiha. Matanya terus mencari dan melihat nama Namikaze juga disana.

Naruto mengernyitkan dahi dan melihat beberapa waktu pertemuan dan terakhir adalah dua hari yang lalu.

"Ah, ini kan waktu Naruko bilang dia akan bertemu calon tunangannya," gumam Naruto, tidak ada informasi lebih lanjut dari data itu. Naruto juga tidak tertarik melihat lebih jauh, bahkan bila hatinya bilang Namikaze punya hati iblis mereka tidak akan berbuat curang untuk menjatuhkan Uchiha.

Sasuke berdiri di sebuah rumah dua lantai yang berpagar tinggi, menyembunyikan kemegahan didalam. Beberapa menit yang lalu ayahnya dengan tegas memintanya untuk mengenal sosok Naruko lebih dalam dan ini adalah hari libur, waktu yang tepat untuk kencan.

Sasuke mendesah pelan dalam hati, daripada keluar dengan wanita yang tidak ia kenal, harusnya ia sedang sibuk bermain game sekarang.

Sasuke membunyikan bel dua kali sebelum sosok lelaki menyambutnya.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya lelaki itu dengan ramah.

"Mn, aku Uchiha Sasuke. Katakan bahwa aku menunggu Naruko." Pria itu mengangguk patuh dan menyilahkam Sasuke duduk didepan rumah, halamannya tidak terlalu besar namun tetap nyaman.

Tidak perlu menunggu lama hingga sosok bersurai pirang keluar dengan pakaian santai dan wajah tersipu.

"Ha--halo Sasuke san," ucap Naruko gugup, ia terlihat meremas tas selempang kecilnya.

"Ayo." Ajak Sasuke mengabaikan sapaan Naruko, ia hanya ingin cepat-cepat kencan dan pulang ke rumah.

Naruko mengangguk dan berjalan dibelakang Sasuke. Ia mendekati mobil Sasuke, tidak menyangka pria itu akan membukakan pintu untuknya.

"Aa-arigatou," Naruko duduk dengan gugup disamping Sasuke. Ia bercerita tentang pertemuan pertama mereka pada teman-teman perempuannya dan tanggapanya semakin membuat Naruko melambung.

"Aih, Naruko kita memang sangat cantik, aku sudah menebak tuan muda Uchiha pasti tidak akan berhenti menatapmu."

"Naruko chan, bagaimana cara menjadi kamu? Ugh aku sangat iri."

Naruko tidak dapat menahan diri mengingat ucapan temannya dan kembali memerah.

Sasuke melirik gadis disampingnya tersenyum-senyum sendiri, ia menarik pandangannya. Sungguh gadis ini tidak ada bedanya dengan yang lain kecuali mengingat Naruko sangat mirip dengan seseorang.

Hati Sasuke agak tergerak, entah kenapa ia suka membandingkan Naruto dan Naruko, ia selalu merasa Naruto lebih baik daripada gadis disampingnya ini, atau seluruh gadis yang ia temui? Sasuke segera menghilangkan pikiran konyolnya itu namun otaknya terus memutar adegan wajah Naruto yang kesal ketika menyuapinya, wajah kecil yang memerah dengan bibir yang mengerucut, mengingatnya membuat sudut bibir Sasuke sedikit terangkat dengan nyaman.

"Mm, Sasuke san, kita mau pergi kemana?" tanya Naruko.

"Makan." Naruko terdiam, ia sedikit bingung kenapa Sasuke berubah-ubah setiap waktu?


"Tsunade sama," panggil Sai.

"Ya?" Tsunade melepas kacamatanya, beberapa waktu ini ia menyuruh Sai mencari tau dibalik kematian Kushina yang ditutup rapat keluarga Namikaze.

"Sepertinya kematian Kushina bukan akibat kecelakaan,"

"Oh, apa itu?"

"Aku sudah menghimpun data dari kepolisian lima tahun yang lalu dan tidak ada satupun kecelakaan atas nama Kushina Uzumaki."

"Aneh sekali, meninggalnya juga tidak dibeberkan bahkan keluarga Uzumaki juga ditolak ketika ingin mengambil jenazahnya," gumam Tsunade.

"Jadi selama ini tidak ada yang tau penyebab Kushina meninggal?" tanya Sai datar, topeng tersenyum menutupi ekspresinya.

"Tidak, hanya keluarga Namikaze yang punya rahasianya, aku sudah berulang kali membicarakan ini pada Minato, tapi dia menolak memberitauku." Jawab Tsunade. Kasus meninggalnya Kushina memang sudah dilupakan namun akhir-akhir ini ia merasa Naruto terlalu diasingkan dalam keluarganya. Tsunade jadi ingin tau rahasia yang disimpan Namikaze.

"Baiklah, untuk sementara cari tau lebih lanjut. Tidak perlu terburu-buru."

"Wuah aku bosan, aku bosan," Naruto mengeratkan pelukannya pada bantal. Ia berdiri dan melangkah menuju kamar mandi.

Selesai mandi dan bersiap-siap, Naruto keluar dari rumah, ia tidak tau harus kemana namun dia sangat bosan dirumah. Naruto yang harusnya membuntuti Sasuke merasa malas, ia juga tidak mau pergi ke markas karena pasti Tsunade akan bertanya kenapa ia tidak mengikuti Sasuke.

"Naru!" Naruto menghentikan langkahnya ketika namanya dipanggil.

"Oh, Kiba," Kiba berlarian dan berdiri didepannya, hari ini ia membawa seekor anjing besar berwarna putih.

"Mau kemana?" tanya Kiba sembari memberikan seringaian konyol.

"Oh, aku mau jalan-jalan saja, kamu?"

"Membawa Akamaru jalan juga, sambil olahraga."

"Oh namanya Akamaru?" Naruto mendekat ke arah anjing Kiba, Akamaru terlihat nyaman dan tidak menolak ketika disentuh Naruto.

"Kamu ini, anjingmu ini kan warna putih, kenapa namanya jadi Akamaru?"

"Ah, terserahku lah," Akamaru mendekat ke arah Naruto dan mengusap-usapkan bulu halusnya ke kaki Naruto.

"Naru, kalau dipikir kita ini tidak punya nomor satu sama lain, berikan aku nomormu," pinta Kiba, Naruto diam sebentar, tidak masalah jika nomornya diketahui orang lain tapi selama ini yang menghiasi notif ponselnya hanya Dandelion. Tanpa sadar Naruto sudah mengeluarkan ponselnya.

Kiba melihatnya senang dan menukar nomor masing-masing.

"Ini nomorku ya, nanti aku buat grup untuk kita, Shikamaru dan Choji, aku ajak gabung sekalian." Ucap Kiba tanpa jeda, Naruto hanya mengangguk-angguk tidak mengerti.

"Nah mumpung sedang diluar, ayo minum kopi. Aku tidak mau pulang cepat." Ajak Kiba, ia sudah menyeret tangan Naruto, dibelakangnya Akamaru mengikuti dengan mengibas-ngibaskan ekornya senang.

Mereka berhenti didepan kedai kopi.

"Mau pesan yang mana?" tanya Kiba.

"Yang mana saja asal tidak pakai gula."

"Hah, kamu ini aneh, kenapa tidak pakai gula. Itu pahit sekali loh."

Naruto tidak menjawab, ia bukannya tidak suka manis tapi untuk minuman, ia menghindari pemakaian gula. Baginya rasa manis hanya akan membohongi lidahnya untuk sementara yang berujung pada rasa asli, daripada mengalihkan rasa sebenarnya, kenapa tidak menghilangkan manis gula? klise memang. Namun, Naruto sudah terbiasa, apalagi sejak kematian Ibunya yang mengubah sikap keluarganya, dari sikap manis menjadi dingin dan pahit menjadikannya sosok yang cukup realistis.

Naruto terkekeh dalam diam memikirkannya sedangkan Kiba memutar matanya melihat Naruto tetap bersikukuh dengan kopi pahitnya.

"Hah, tau seperti itu tidak kuajak dia kesini." gumam Kiba, ia masuk sendirian, meninggalkan Naruto dan Akamaru diluar.

13/06/2020

-Lunarica-

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang