14

2.7K 290 11
                                    

Pagi hari sampai siang waktu istirahat hanya Naruto lakukan untuk membaca. Bahkan jika orang lain mengatakan otaknya encer, ia masih gugup menghadapi ujian kenaikan kelas.

Naruto membalik halaman buku dengan bersenandung rendah. Ia memilih tempat yang sepi dan terlindungi dari pandangan orang. Disampingnya ada jus jeruk yang sudah setengah ia minum.

Drt... Drt... Drt....

From: Dandelion

N, segera ke markas.

Naruto mengernyit mendapatkan pesan dari Dandelion namun tetap pergi ke markas dengan tas selempangnya.

Naruto memakai topeng neko, identitasnya sekarang bukan lagi Naruto Uzumaki. Namun, N, sang assassin.

"Nenek," panggil Naruto. Ia melihat Tsunade yang sangat sibuk mengambil beberapa berkas. Wajahnya terlihat mengeras dan tidak baik. Otomatis alarm bahaya dalam benak Naruto berdering.

"Tsunade sama, ada apa?" tanya Naruto lebih serius. Namun Tsunade mengabaikan panggilan Naruto. Ia bahkan tidak menyilakan Naruto duduk yang berarti Tsunade tengah mengalami masalah hingga membuatnya tidak fokus.

Naruto menunggu dengan badan tegak, walaupun ia tidak tau masalah apa yang dihadapi Tsunade. Namun, ia ikut tegang dan gugup, bagaimanapun ini akan menyeret nama Tsunade, apalagi mereka bekerja sebagai intel rahasia dalam dunia gelap, banyak pasang tangan yang ingin menjatuhkan mereka.

Tsunade mencopot kacamatanya dan menghela nafas tapi wajahnya belum menjadi santai. Tangannya terkepal erat dan menjatuhkan tatapannya pada Naruto. Ada tatapan lelah disana.

"N, kamu ditarik sebagai shadow shield Sasuke Uchiha." Ucap Tsunade dengan suara yang dalam.

"Apa, kenapa?" tanya Naruto. Apa karena akhir-akhir ini ia tidak berminat melakukan pekerjaan itu lagi? Sudah disinggung sebelumnya kalau Naruto sebenarnya enggan menerima pekerjaan selain pembunuh bayaran.

"Kamu harus fokus pada sekolah."

"Lalu siapa yang mengambil alih tugas?"

"Haku ada waktu luang, biar dia yang melakukannya. Sudah pergilah!" Tsunade tersita perhatiannya lagi ketika ada pesan masuk dalam laptopnya. Naruto masih menunggu Tsunade selesai membaca dan neneknya itu mengumpat.

"Ada apa, nek?" tanya Naruto khawatir.

"Tidak, sana." Tsunade malambaikan tangannya dengan frustrasi, baiklah Naruto tidak ingin menambah beban Tsunade. Ia segera keluar dari markas sesudah menyerahkan kunci mobilnya.

Sekarang Naruto berjalan. Ia yang merasa sudah cukup jauh dari markas segera membuka topengnya dan mengembalikan ke tasnya. Wajahnya terlihat kompleks memikirkan ekspresi Tsunade. Apa yang membuat neneknya itu tertekan. Biasanya Tsunade dapat mudah menyelesaikan masalah. Apa itu masalah besar?

Naruto tidak kembali ke sekolah, ia menaiki bus dan berhenti di distrik dekat dengan rumahnya lalu berjalan menuju warnet.

"Paman," sapa Naruto ketika masuk. Namun, yang menjaga bukan paman yang biasanya. Melainkan pemuda bersurai merah yang menatapnya bingung tapi segera menyunggingkan senyum.

"Ketemu lagi. Naruto," sapa Sasori, ia terlihat sedang mengetik sesuatu di komputer.

"Ah, Sasori nii ternyata yang jaga," jawab Naruto.

"Un, kamu bolos?" Naruto menggeleng tegas. Namun, setelah itu mengangguk.

"Yah, bagaimana ya mengatakannya, aku ini siswa khusus dan sudah tidak didampingi belajar lagi oleh guru. Jadi aku pulang jam berapapun tidak akan masalah." Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal, wajahnya terlihat malu-malu saat mengatakan kebenarannya.

"Woah itu bagus. Kamu siswa brilian ya?" Sasori bertepuk tangan pelan.

"Ah, tidak juga."

Sasori melihat jam tangannya dan mendongak. "Kamu sudah makan?"

Naruto menggeleng.

"Kebetulan aku juga belum. Ayo makan siang sama-sama. Ayah, aku makan dulu ya." Sasori berteriak pada ayahnya diseberang sana yang sedang mengutak atik komputer mati. Mendengar teriakan anaknya, ia hanya mengacungkan jempol tanda setuju.

Naruto yang tidak bisa menolak hanya berjalan berdampingan. Mereka masuk ke warung ramen yang menjadi favorit Naruto.

"Paman. Ramen dua, yang satu ekstra Naruto." Teriak Naruto setelah pantatnya menyentuh kursi panjang.

"Kamu sering kesini?" tanya Sasori sembari merapikan poninya yang lembut.

"Ya, aku suka makan disini." Jawab Naruto dengan senyum kecil. Sungguh ia tidak tau kenapa bisa berekspresi selain datar kepada orang lain. Ia merasa sosok Sasori ini memiliki latar yang sama sepertinya dan mereka punya kesamaan pribadi dan hobi.

Ponsel Naruto bergetar dibalik saku. Ia melihat nomor Sasuke yang memanggilnya.

"Naruto," panggil Sasuke diseberang sana.

"Apa?"

"Kamu dimana sekarang?"

"Ooh... Em, aku diluar, kenapa memang?"

"Oi, kamu benar-benar dobe ya, aku sudah bilang kita makan siang bersama."

"Aih aku lupa. Lagian aku tadi sudah setuju apa?"

"Ck, dimana kamu sekarang?" terdengar bunyi gedebuk disana. Apa Sasuke berniat mencarinya?

"Aku--tidak usah kesini, makan sendiri sana. Bye."

Naruto memutuskan panggilan sepihak dan mematikan ponselnya segera.

"Sudah ada janji ya?" tanya Sasori dengan suara lembut. Ia memainkan kukunya dengan malas.

"Oh tidak, dia tadi memaksaku ikut makan siang, tadinya aku juga tidak mau ikut." Jawab Naruto sembari tersenyum tipis namun Sasori tidak dapat melihatnya.

Diseberang lain, Sasuke sudah mengumpat dengan jengkel. Setelah panggilannya diputus sepihak, ia memanggil lagi namun tidak terhubung.

"F*ck, ini gara-gara tugas sialan itu aku harus menunda makan siang dengan Naruto lagi." Sasuke berwajah muram didepan mobilnya. Tadinya ia ingin menyusul si pirang itu. Namun, Naruto dengan tegas menolaknya.

"Sa--Sasuke kun," Sasuke menurunkan pandangannya. Beberapa langkah darinya. Naruko berdiri dengan malu-malu, ia juga terlihat memegang sesuatu diplastik.

"Apa?" tanya Sasuke ketus. Hatinya sedang buruk kali ini dan pasti semua orang akan jadi sasarannya.

Naruko bergetar mendengar suara Sasuke yang sepertinya sedang marah itu. Namun, ia menguatkan dirinya lagi dan maju hingga ia dapat berhadapan dengan normal. Ia yang hanya setinggi dada Sasuke itu mengharuskannya mendongak untuk melihat ketampanan yang dingin milik calon tunangannya.

"Sasuke, ini Naruko bawa bekal untuk Sasuke kun," Naruko menyerahkan bekalnya dengan ekspresi malu-malu. Sasuke mengangkat alisnya. Namun, tidak menerima bekalnya.

"Kamu tidak makan?" tanya Sasuke dengan suara dingin.

"Ano, Naruko nanti beli saja," jawab Naruko. Ia memang tadi pagi terburu-buru hingga hanya membawa satu bekal namun ia sudah bertekad bahwa pada hari pertama, ia harus membawakan bekal kepada Sasuke.

"Tidak, makan saja bekalnya. Kamu harusnya berhemat." Sasuke meninggalkan Naruko yang diam saja. Namun, dibelakangnya wajah Naruko sukses memerah malu. Ia diperhatikan Sasuke!

Hatinya yang sejak tadi melambung tidak bisa menahan senyumnya. Tadi pagi ia, Hinata dan Sasuke dibawa berkeliling dalam sekolah. Karena Naruko siswi yang cukup aktif. Ia bertanya tentang ini itu dan selalu dijawab Sasuke walaupun wajahnya masih tercetak ekspresi dingin, ia merasa seperti menjadi orang yang mendapatkan sikap khusus Sasuke. Naruko juga tidak berhenti tersenyum ketika nama lengkapnya dipanggil Sasuke untuk maju ke depan kelas. Memperkenalkan diri. Sungguh dari beribu waktu orang yang sering memanggilnya, favoritnya ada pada suara Sasuke yang dingin, dalam namun punya daya magis untuk mengikat seseorang.

19/06/2020

-Lunarica-

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang