10

3.1K 337 6
                                    

Selesai dengan acara menangis, Naruto berjalan terhuyung dan menyambar hoodie gelapnya. Ia memakai dan berjalan keluar kembali.

"Naru chan, mau kemana malam-malam?" tanya Naruko yang masih duduk di kursi dengan wajah pias. Naruto tidak menjawab, hanya tersenyum tipis seperti biasa dan hendak melanjutkan perjalanannya.

"Naruto, jawab kakakmu," Minato berkata dengan suara tidak berdaya disisi lain. Naruto menutup mata sejenak dan mendengus.

"Keluar." Jawab Naruto dengan dingin, ia kembali melangkahkan kakinya menuju jalan.

Hampir sepuluh menit Naruto berjalan, diatas, langit malam telah bertabur bintang dan angin berdesir lembut, memainkan rambut Naruto yang bebas.

Naruto berhenti di gedung bertuliskan 'Warnet Umum.' Ia sering mengunjungi tempat ini ketika perasaannya sedang sedih. Naruto masuk dan mengamati setiap sudut ruangan. Warnet malam ini cukup ramai dengan dengungan dari game bercampur suara AC dan kipas angin yang cukup berisik, mendengarnya membuat perut Naruto mual dan telinganya panas.

Naruto melangkah dan mengambil tempat di ujung yang sepi, tidak ada pengguna disisi kanan dan kirinya. Ia juga bersyukur warnet ini tidak pernah memakai lampu terang sehingga ia dapat mengekspresikan kekesalan dalam hatinya lebih baik.

Naruto menghidupkan komputernya. Sejenak pengeliatan Naruto menghitam, berusaha membiasakan sinar biru yang dipancarkan komputer. Naruto mengklik game online dan mulai fokus pada kegiatannya.

Yah, Naruto adalah tipe remaja yang melampiaskan perasaannya pada sebuah game. Akan lebih baik kalau game yang dimainkan bertema bunuh membunuh atau pukul memukul, dalam pikirannya ia menggambarkan karakternya sebagai dirinya sendiri dan musuh adalah masalah yang selalu muncul dalam hidupnya.

Pagi harinya, Naruko telah siap dengan seragam sekolah khusus wanita. Hari ini adalah hari terakhir ia bersekolah disana sebelum pindah ke Konoha High School. Naruko mengamati jam yang tertempel pada tangannya. Hampir waktu masuk sekolah dan ia tidak melihat bayangan Naruto keluar dari kamarnya.

Naruko berjalan mendatangi kamar saudaranya, ia mengetuk pelan pintu polos didepannya.

"Naru chan, kamu tidak sekolah?" tanya Naruko, tidak ada jawaban di dalam. Ia terus mengetuk beberapa kali namun tetap hening. Naruko mencoba memutar gagang pintu namun terkunci. Ia turun dan mengamati rak sepatu dan sandal. Rupanya sepatu yang biasanya dipakai Naruto tidak ada disana, yang artinya Naruto tidak pulang semalaman.

"Ayah, Naru belum kembali," ucap Naruko pada Minato yang sedang memperbaiki dasinya.

"Biarkan, ayah akan meminta izin ke sekolahnya nanti."

"Un."

Naruto mengerjap kerjapkan mata shappire yang berselimut air mata itu perlahan, ia masih dalam posisi tidur di meja. Diatas kepalanya, keyboard komputer terasa sesak dengan berbagai macam makanan dan minuman kaleng yang kosong. Setelah agak sadar Naruto mengangkat kepalanya yang berdenyut, ia menyipitkan mata, menghindari cahaya komputer yang menampilkan latar biru laut menusuk mata.

Naruto tidak pulang semalaman, ia hanya ingat telah bermain game secara barbar sampai jam tiga pagi lalu setelah itu matanya menjadi berair dan tidak nyaman.

Warnet serasa sepi pagi ini, tentu saja remaja yang berkunjung tadi malam pasti sudah sibuk belajar disekolah namun Naruto tidak mau bergerak untuk pulang. Malas rasanya menghadapi dua orang disana.

"Oi, kamu sudah bangun?" Naruto mendongak, ruangan itu selalu remang-remang, perlu waktu untuk dapat mengenali sosok didepannya.

"Siapa?" tanya Naruto dengan suara serak dan rendah.

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang