16

2.8K 282 12
                                    

Aku tidak pernah menyangka sosok yang acuh itu terlihat lebih rapuh malam ini. Wajahnya yang membelakangiku entah kenapa membuatku dapat merasakan dirinya sedang menahan rasa sakit disana.

Tanpa sadar aku melangkah dan mengulurkan kedua tangan untuk menangkap bahunya. Aku memegang erat-erat kedua bahunya, dapat aku rasakan tulang selangkanya yang menonjol. Tubuh Naruto ini kurus sekali.

"Apa yang kamu lakukan? Ayo bangun." Tanganku menarik tubuh Naruto, ia berpijak pada tanah dengan sempoyongan dan dapat ku cium bau alkohol menguar dari tubuhnya.

"Kamu mabuk?" tanyaku tidak percaya. Sosok Naruto yang tertutup ini tidak kusangka akan kenal alkohol secepat ini. Aku membalikkan wajahnya dan mengamati baik-baik pipi yang memerah dan matanya sayu.

"Aku tidak mabuk, lepas," Naruto menggerakan bahunya tidak nyaman namun ia tidak sadar tenaganya sudah lemah.

Melihatnya tidak awas seperti biasanya membuat hatiku terpukul. Walaupun aku tidak tau kenapa aku harus peduli padanya. Namun, perasaan cemas dan marah hadir menyapaku.

Aku memapah tubuh ramping Naruto ke mobil, aku tidak akan meninggalkan dia di jalan dengan keadaan mabuk walau Naruto berusaha menolakku.

"Diam, kamu ini mabuk." Desisku yang makin mengeratkan tanganku dipinggangnya.

Aku melesat menuju apartemen pribadiku. Walau masih dibawah tangan kedua orangtuaku, aku tidak mau satu atap dengan mereka.

Aku membawa Naruto ke kamar dan menempatkan tubuh kurus itu dengan hati-hati. Kulihat lagi wajahnya yang berkerut namun matanya menutup. Mungkin dia mulai berhalusinasi.

Sasuke mencopot sepatu Naruto, meninggalkan kaus kaki putih lalu melanjutkan dengan mendudukan Naruto yang tidak sadar itu dan melepas hoodienya. Rupanya Naruto masih menggunakan seragam sekolahnya, tubuh Naruto agak dingin dan berbau alkohol.

Sasuke menelan salivanya, ia ingin mencopot seragam Naruto agar pria itu dapat bernafas dengan baik. Namun, tangannya yang terulur bergetar. Entah kenapa otaknya mulai aneh dengan berpikir dia ini mesum namun man, tidak masalah dua pria dewasa saling melihat, kan?

Akhirnya setelah menenangkan pikirannya, ia mencopot satu persatu kancing seragam Naruto. Kadang Naruto mendesah tertahan ketika punggung tangan dingin Sasuke menyentuh kulit dibalik kaos tipisnya.

Sasuke mengusap setetes keringat didahinya. Ia rasa pekerjaan semudah itu serasa menyulitkan daripada menjawab kuis dadakan matematika.

Sasuke melihat tubuh Naruto dari balik kaos tipis yang mencetak "sesuatu" disana, ia meneguk saliva dan merutuki diri sendiri yang berperilaku seperti om mesum. Sasuke mengalihkan tangannya menuju ikat pinggang Naruto. Kali ini ia dengan hati-hati tidak melakukan kontak sedikit apapun pada Naruto.

Setelah melucuti. Ia pergi ke dapur, disana banyak peralatan memasak yang lengkap namun tidak pernah ia sentuh. Tugas memasak akan dilakukan asisten rumah tangganya.

Sasuke membuka ponsel dan mencari resep minuman pereda mabuk, setelah menemukannya ia menggulung lengannya dan mulai membuat. Walaupun Sasuke minum alkohol, tapi toleransinya baik bahkan dengan alkohol tingkat tinggi makanya ia tidak pernah minum pereda mabuk.

"Naruto," panggil Sasuke setelah meletakan nampan berisi semangkuk minuman hasil buatannya. Namun, Naruto tidak bangun dibalik selimut. Hanya wajahnya yang masih mengkerut tidak nyaman.

Sasuke duduk ditepi ranjang. Jemari panjangnya menyentuh pipi Naruto. Jarinya yang hangat bertemu dengan kulit putih dingin, tanpa sadar Sasuke mulai membelainya. Ia memindahkan jarinya ke lekuk hidung Naruto lalu menarik tangannya lagi.

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang