Tsunade dan Minato terdiam setelah melihat Naruto.
"Kenapa diam?" tanya Naruto, ia berjalan dan berdiri disamping Tsunade yang menatap Naruto gelisah.
"Nenek, ada apa dengan meninggalnya ibuku? Apa itu ada hubungannya denganku?" tanya Naruto sembari menatap sosok Tsunade.
Tsunade melirik Minato sebentar sebelum menghela nafas pelan.
"Ya. Ibumu, dia—"
"Tunggu, Tsunade sama!" potong Minato panik, "Biarkan aku yang bicara padanya." Lanjutnya. Tsunade mengangguk dan kembali diam.
"Naruto, hah—" Minato menghela nafas panjang, "maaf ayah tidak pernah bicara dan menutupi meninggalnya ibumu, Kushina. Dia tidak meninggal karena kecelakaan."
"Oh. Lalu apa itu?" tanya Naruto, ia tidak terlalu terkejut jika Ibunya meninggal karena sebab lain.
"Hah, bagaimana menjelaskannya. Kushina tidak mengizinkanku bicara tapi ini harus. Ibumu meninggal karena—menyelamatkanmu."
Naruto terkejut dengan jantung berdebar-debar.
"Aa—apa maksud ayah?" tanya Naruto gagap.
"Sebenarnya dari kecil kamu sudah punya kelainan jantung. Kamu mungkin tidak akan mengingatnya karena Ibumu tidak akan membiarkan kamu merasakan sakitnya,"
"Ayah masih ingat hari itu, malam festival lentera, penyakitmu mendadak kambuh ketika kamu tidur, detak jantungmu berhenti. Kushina malam itu menangis hebat, meminta pada Kami-sama untuk menyelamatkanmu, sebesar apapun bayarannya akan ia lakukan,"
"Malam itu juga kami mengantarmu ke rumah sakit dan pemeriksaan dokter membuat kami terkejut sekaligus lega, kamu masih hidup dan hanya mengalami kelemahan jantung namun, karena bagian darahmu sangat unik, tidak dapat digantikan oleh orang lain, jadi kami berdua melakukan tes darah."
"Hampir seminggu kami menunggu dan ibumu selalu berada disisi ranjang. Ia tidak pernah membiarkanmu kesepian, dia selalu berbicara dan tertawa seperti sedang berbincang denganmu. Tidak ada yang dapat ayah lakukan. Ayah juga harus mengungsikan Naruko ke kerabat Namikaze."
"Malam itu, kami mendapat jawaban dokter dan apa kamu tau apa yang jadi pikiran ayah selanjutnya? Jantung dan darah milik ibumu lah yang cocok. Dunia milik ayah serasa runtuh malam itu. Ayah tidak bisa memilih antara kamu atau Kushina. Kalian sama-sama penting,"
"Tapi, Kushina bukanlah ayah, dia mencintaimu lebih dari dia mencintai diri sendiri, dia bersikeras harus mendonorkan jantungnya padamu walaupun harus kehilangan nyawa. Ayah tidak setuju dan berharap ada donor jantung yang bisa kamu gunakan namun itu mustahil."
"Keputusan telah dibuat, ibumu merelakan hidupnya karenamu, malam sebelum operasi pemindahan jantung. Kushina berada disisi ranjangmu, dengan pakaian pasien juga, ia tersenyum berseri-seri sangat indah dan cantik. Dia berkata bahwa ia bersyukur pernah melahirkanmu, dia bersyukur pernah membesarkanmu dan dia senang karena kamu masih mempunyai pilihan untuk hidup."
Minato berhenti bercerita setelah satu tetes air mata keluar dari iris shappirenya. Naruto yang berdiri pun tidak kuasa menahan air mata. Hatinya tercabik-cabik mendengar penuturan Minato.
"Kushina, bagaimanapun ini hidupmu, kenapa kamu merelakan semuanya, apa kamu tidak pernah mempertimbangkanku?" tanya Minato dengan mata berkaca-kaca. Rasa cinta nya pada Kushina sangatlah besar sehingga bertahun-tahun mereka menikah, tidak pernah ada pertengkaran antara keduanya.
"Anata. Aku ini sudah mencicipi semua rasa kehidupan, aku menikah denganmu adalah keberuntungan yang Kami-sama hadirkan untukku jadi kamu harusnya tau bahwa aku menyayangimu lebih dari dugaanmu," Kushina terlihat lebih tegar dan tersenyum teduh menenangkan.
"Tapi, ini adalah putraku, manusia yang keluar dari tubuhku. Naruto masih kecil. Dia belum belajar banyak tentang kehidupan. Minato, jika kamu menjadi aku. Apakah kamu akan membiarkan dia meninggal?" Minato terdiam dan Kushina melanjutkan dengan senyum lebih lebar.
"Ya benar, karena aku ibunya, aku rela menyerahkan hidupku untuknya. Cintaku pada Naruto, Naruko atau kamu adalah satu, jika aku kehilangan salah satu maka itu tidak akan lengkap dan membuatku menyesal sampai mati. Anata, ini lah pilihanku. Inilah yang terbaik bagi semuanya. Tolong jangan benci Naruto, dia putra kita dan ... Tolong jaga dia untukku."
Minato mengingat pesan terakhir Kushina dan ia lebih banyak mengeluarkan air mata, ia masih tidak bisa merelakan separuh hatinya pergi begitu saja.
"Hikss ... Ayah, jadi aku—aku hikss, jantungku—" Minato mengangguk dalam yang membuat badan Naruto runtuh seketika. Dengan wajah berderai air mata ia menggenggam bagian dada yang menyelimuti jantungnya, akhirnya ia mengerti kenapa Kushina selalu mengatakan dalam mimpi kalau ia hidup bersama Naruto.
"Ibu hiks... Hiks, kenapa?" Naruto merintih.
Tsunade juga menangis melihat anak-ayah ini, ia berdiri dan merangkul Naruto, menenangkannya.
•
Naruto merasa bagian jantungnya sakit dan ia membuka mata perlahan. Ruangan putih dengan bunga berwarna-warni menyapa matanya. Ia meremas dada kirinya, merasa sakit."Naruto," ia menoleh, medapati Kushina dengan gaun putih tersenyum sangat indah padanya. Ia duduk disebelahnya.
"Ibu," bisik Naruto. Kushina tersenyum dan mengelus surai kuning putranya.
"Kamu sudah mengerti kan sekarang?" tanya Kushina yang membuat iris shappire Naruto berkaca-kaca.
"Kenapa ibu harus melakukan itu?"
"Nak, jika ibu tidak melakukannya lalu siapa yang akan membawamu kembali? Ibu memilih kamu daripada hidupku sendiri karena Ibu sayang padamu,"
Naruto terdiam dengan sesengukan.
"Ibu mengerti kamu sangat menyalahkan dirimu. Ini bukan siapa yang salah, ini tentang keputusan. Tidak ada ibu yang membenci putranya, tidak ada ibu yang tidak peduli pada anak-anaknya, sayang, ibu bahagia bisa menjadi penyelamatmu. Sekarang, ibu hidup berbagi kehidupan denganmu."
Satu tetes air mata mengalir dari mata Naruto. Ia masih tidak terima dengan kenyataan bahwa dialah alasan dibalik kematian Ibunya setelah bertahun-tahun ia membenci Minato.
Naruto frustrasi, Minato seperti itu bukan karena tidak menyukainya. Ia pasti bingung harus bersikap seperti apa dihadapan putra yang membawa kehidupan kekasihnya.
"Sayang. Sekarang hiduplah dengan nyaman. Ibu ada disini dengamu... Maafkan ayahmu dan berbahagialah."
"Ibu hikss... Jangan tinggalkan Naru," hanya kalimat itu yang bisa Naruto lontarkan, ia begitu putus asa ketika Kushina berdiri dan melambaikan tangan. Naruto ingin menghentikannya namun tubuhnya tidak bisa bergerak, perlahan Kushina hilang membaur bersama udara dengan senyum tak lepas dari wajah cantiknya.
"IBU!!"
Naruto bangun dengan terengah-engah, kepalanya sakit luar biasa. Ia bisa menebak kalau dirinya pingsan setelah menangis dipelukan Tsunade.
Naruto ingin kembali menangis setelah mengenang semua yang Minato ceritakan padanya namun ia tidak bisa, Kushina ingin dia memaafkan semuanya dan bahagia.
Tok... Tok... Tok....
"Naru chan—" suara Naruko bergema diluar lalu Naruto menyuruhnya masuk dengan suara amat serak.
Naruko masuk dengan nampan berisi bubur dan air.
"Naru—Naru... Anoo—" Naruto memandang saudara kembarnya itu dengan wajah tak terbaca.
"Apa kamu membenciku, Naruko?"
11/07/2020
-Lunarica-

KAMU SEDANG MEMBACA
NO ONE LOVE ME [SASUNARU]
Fantasy[Part lengkap-Belum direvisi] Uzumaki Naruto terjatuh dalam lubang kesepian. Baginya bernafas adalah cara mengakhiri hidup, tidak ada yang mencintainya, walaupun hanya satu orang. Disclaimer: Masashi Kishimoto Attention!!! Memiliki konten BxB, Yaoi...