32

2.8K 237 9
                                    

Naruko tertegun dengan pertanyaan Naruto. Mereka masih dalam posisi berdiri didepan pintu.

"Ah?" hanya itu yang terlintas dalam pikiran Naruko.

"Hah, ayo masuk." Naruto menyilakan dan mereka berdua duduk ditepi ranjang, walaupun Naruko adalah saudara kembarnya, ia hampir tidak pernah menyentuh kamar Naruto semenjak meninggalnya Ibu mereka. Naruko tidak tau masalah apa yang terjadi antara Minato dan saudaranya sampai tadi malam Tsunade menceritakan semua padanya.

"Naruko, kamu sudah tau kan?" tanya Naruto dengan suara serak. Naruko tidak menjawab namun mengangguk perlahan.

"Kamu membenciku kan?" tanya Naruto kemudian.

"Ah?? Tidak—Naru... Naru chan salah paham. Naruko, tidak pernah menyalahkanmu." Jawab Naruko, walaupun ia sempat merasa kecewa namun Naruko juga sadar bahwa ini demi Naruto.

"Maaf," Naruto menunduk, mencegah air matanya keluar, "kamu yang selama ini menjadi korban kesalahpahaman antara aku dan Ayah. Aku sekarang bertanya-tanya, apakah kamu sedih selama ini? Apakah kamu pernah menangisi semua ini? Naruko, kamu pasti merasa kecewa."

"Naru chan—"

"Benar, tidak ada salahnya aku menebus semua ini. Kamu akan mendapatkan hal yang kamu inginkan dan aku akan terbebas dari rasa sakit, benar. Harusnya begitu dari dulu," potong Naruto.

"Naru chan, apa yang ingin kamu lakukan untukku?" tanya Naruko gelisah.

Naruto menoleh, menatap wajah yang sama persis dengannya.

"Hanya ini kebahagiaan terakhir yang akan aku beri untukmu, Naruko. Aku akan mengalah untukmu." Naruto tersenyum tulus yang entah sudah berapa lama ia lupakan, tangannya bergerak menyentuh jemari Naruko. Dia agak canggung namun Naruto hanya memilih menyentuhnya saja.

"Naruko. Semakin dipikir, tidak ada alasan untuk membencimu, kamu lah yang selama ini kuat dengan kejadian yang berputar kencang pada keluarga kita. Aku—aku tidak tau bagaimana kamu menyembunyikannya selama ini namun untuk kedepannya. Tolong beritau aku, kita adalah saudara. Kita berbagi tempat yang sama sejak masih dalam kandungan, jadi kamu berhak mengatakan isi pikiranmu denganku."

Satu tetes air mata perlahan mengalir dari iris shappire yang agak lebih terang dari Naruto. Badannya bergetar menahan luapan emosi yang selama ini ia pendam.

"Naruko—Hiks... Hiks... Naru chan," Naruko menangis lebih kencang lagi.

Naruto merasa hatinya teriris bila mengingat Naruko yang selama ini menggangapnya ada dalam keluarga. Naruko yang tetap tersenyum saat Naruto membencinya. Sungguh ia tidak tau sebesar apa kesabaran saudara kembarnya ini.

"Ya, lain kali ceritakan semuanya padaku. Oke?"

Naruto memaksakan dirinya bangun dan berangkat sekolah. Ia memperbaiki hatinya sebaik mungkin untuk mengikuti ujian hari ini.

"Naruto," ia berhenti dan menarik nafas, suara yang amat ia kenal ini membuat suatu getaran baru dalam hatinya namun, sebelum rasionalitasnya menghilang, Naruto sudah menepisnya terlebih dulu.

Naruto berbalik dan menatap wajah datar dan dingin Sasuke, ada raut berbeda ketika ia menatap wajah Naruto pagi ini.

"Sudah siap untuk ujian selanjutnya?" tanya Sasuke sedangkan Naruto hanya diam. Hatinya teriris melihat kedekatan mereka. Ingin rasanya Naruto meneriakkan kata-kata yang ada dalam pikirannya.

"Sasuke—" panggil Naruto sembari menghela nafas.

"Un?"

"Selesai ujian, ayo ke rooftop. Ada yang ingin aku bicarakan."

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang