7

3.3K 374 10
                                    

Suasana kencan Sasuke dan Naruko terlihat kaku. Tidak ada percakapan akrab diantara keduanya.

Naruko diam dihadapan Sasuke sedangkan pria itu malah sibuk dengan ponselnya.

"Mm... Sasuke san, ada apa dengan wajahmu?" tanya Naruko membuka percakapan. Sebenarnya dari awal Naruko sudah mengamati luka diwajah tampan calon tunangannya itu.

"Bukan apa-apa," jawab Sasuke datar. Naruko masih khawatir walaupun itu hanya luka gores, bagi Naruko itu menghalangi kharisma sang Uchiha.

"Benarkah? Apa perlu kita obati?" Naruko masih bersikeras mendapat jawaban Sasuke.

Sasuke menghela nafas, gadis didepannya ini sangat cerewet.

"Ya, bukankah aku bilang tidak apa-apa, pendengaranmu masih baik kan?" tanya Sasuke sarkas yang membuat Naruko terdiam, ia terkejut Sasuke akan berucap begitu kasar dengannya.

"Su--sumimasen Sasuke san." Sasuke tidak mengubris dan terus menscroll beranda media sosialnya. Kenapa waktu berjalan begitu lambat?

Naruko menyesap minumannya dengan gugup. Ia dapat melihat kekesalan dalam tindakan Sasuke dan Naruko tidak ingin terlalu jauh menyinggungnya.

"Apa sudah selesai?" tanya Sasuke beberapa menit setelah mereka selesai makan, hanya menyisakan dua piring dan minuman kosong. Naruko mengangguk dan meraih tasnya, ingin membayar makanannya namun Sasuke menahannya.

"Tidak perlu, aku akan membayar makanannya." Sasuke berjalan menuju meja kasir, meninggalkan Naruko yang duduk dengan pandangan kosong. Bagaimana perasaan Sasuke sebenarnya? Kenapa dia menaik-turunkan perasaannya?

"Ini," Kiba menyerahkan segelas kopi pahit untuk Naruto. Terlihat lelaki itu menyesap tanpa merubah raut wajahnya.

"Terimakasih," jawab Naruto kemudian.

"Kamu benar-benar tahan dengan pahit ya, aku kagum," Kiba berdecak dan masih menikmati kopi mocchanya, mereka duduk di depan kedai kopi sedangkan Akamaru duduk dengan tenang sembari menyundulkan kepalanya disekitar kaki Naruto.

"Kiba kun," mendengar panggilan yang rendah dan lembut ini membuat mereka berdua berbalik dan melihat gadis berkulit pucat namun memiliki fitur lembut dan berambut sebahu.

"Oh, Hinata chan," seru Kiba dengan semangat, ia melompat dari duduknya dan mendekat ke arah Hinata.

"Bagaimana di Amerika?" tanya Kiba kemudian. Hinata membawa kedua tangannya bersembunyi dibalik hoodie gelapnya.

"Aku tidak suka, terlalu banyak perbedaan dan aku tidak bisa menerimanya," walaupun Hinata berusaha mencibir namun suara dan wajah lembutnya benar-benar tidak cocok mengatakannya. Naruto hanya diam dalam duduknya dan mengamati tanpa sedikitpun tertarik.

"Aku tau kamu akan seperti ini, Hinata chan ini gadis rumahan, pasti banyak pria hidung belang ya disekitarmu?"

"Iya, itu menjijikan," jawab Hinata yang masih tidak memperhatikan sosok Naruto.

"Eheh ... pasti sulit membujuk si kepala batu Neji itu."

Hinata mengangkat bahu tidak peduli. "Hanya dua bulan dan Neji kun mau memulangkanku."

Kiba mengangguk-anggukan kepalanya dengan semangat. Hinata ini adalah teman semasa SMP nya, gadis ini agak bermasalah dengan sepupunya, Neji yang selalu memaksanya melakukan ini dan itu.

Hinata bukan gadis yang suka dipaksa namun sialnya Neji mendapat dukungan dari sang ayah menyebabkan sepupunya itu dapat bertindak sejauh ini. Namun, alasan Neji juga baik. Ia tidak ingin Hinata menjadi manusia tidak berguna dimasa depan.

NO ONE LOVE ME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang