Naruto melangkahkan kaki dengan berat didepan pintu rumah yang terasa seperti neraka baginya.
"Naru chan okaeri," sapa Naruko dengan riang, di tangan kanannya gadis itu memegang keripik kentang sedangkan Naruto hanya tersenyum tipis dan melangkahkan kaki menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Naru chan nanti makan di kamar atau bersama?" tanya Naruko, Naruto diam sebentar sebelum berkata pelan.
"Kamar."
Naruto menutup pintu dibelakang dan merebahkan diri di kasur luas. Pikirannya mengembara kemana-mana, ia masih merindukan Ibunya namun sekarang bukan waktu untuk bersedih karena dia mempunyai tugas yang harus diselesaikan.
Naruto duduk dan merogoh tasnya, mengeluarkan kertas biodata Sasuke dan membacanya. Ternyata dia adalah putra kedua dari pimpinan Uchiha corp saat ini dan calon pimpinan selanjutnya yang sekarang dipegang oleh Uchiha Fugaku sedangkan putra pertamanya, Uchiha Itachi telah sukses sebagai bisnis man dan lepas dari bayang-bayang nama besar keluarganya.
Naruto kembali membaca riwayat hidup Sasuje, melewati bagian tidak penting seperti tanggal lahir.
"Tunangan?" Naruto membacanya namun tidak informasi mengenai identitas tunangan Sasuke ini, dan Naruto mengangkat bahu tidak peduli.
Tok... Tok... Tok....
Suara ketukan pintu menginterupsi kegiatan baca Naruto, ia melangkah untuk membuka pintu dan melihat Naruko berdiri dengan nampan di tangannya.
"Naru chan, ini makan malamnya," Naruko menyerahkan nampan sedangkan Naruto menerimanya tanpa banyak bicara.
"Ah Naru chan, ada yang ingin aku katakan," ucap Naruko, surai sepunggung yang mirip Naruto itu diikat dengan rapi, hanya meninggalkan poni yang membingkai wajah manisnya.
"Hm, katakan," jawab Naruto acuh.
"Ano ... apa besok kamu ada kegiatan sampai malam? Kebetulan aku dan ayah akan pergi menemui calon tunanganku,"
Naruto mengernyitkan dahi, hampir ia ingin menanyakan sejak kapan kakaknya itu bertunangan. Namun, setelah berhasil menahan diri, ia hanya mengangguk singkat.
"Ah, Naru chan tidak mau ikut?" tanya Naruko setengah berharap.
"Tidak." Naruto menutup pintu, memutuskan perbincangan sepihak.
Naruto ingat, dulu Ibunya akan memegang tangan Naruko disatu sisi juga ia menggendong Naruto lalu tertawa bersama seperti tidak memiliki masalah dibahu.
Malamnya Kushina akan memasak untuk ketiga anggota keluarganya dan mengeluh kenapa semua anaknya mirip dengan Minato dan tidak meninggalkan satu celah kecil untuknya.
Mengingat kenangan itu membuat hati Naruto terasa sakit, bahkan makanan malam ini sangat mirip dengan sajian yang pernah dimasak Ibunya. Luka lama yang belum sembuh itu kembali tertusuk sembilu, ia benci tidak bisa tertawa seperti halnya Naruko, ia benci tidak bisa merelakan kepergian Ibunya seperti ayahnya. Ia benci itu semua namun Naruto juga tidak mau mengakhiri hidupnya. Ia cukup tau diri untuk membalas perhatian Ibu yang telah merawatnya.
"Ibu," wajah Naruto memerah, mata shappire itu berkaca-kaca menyedihkan. Ia diam memperhatikan nampannya ditemani dengkuran halus AC.
Ia bertanya-tanya kenapa dirinya tidak mau berubah, mengapa hatinya masih sekeras itu untuk menerima kenyataan, nyatanya Naruto selalu terluka melihat kebahagiaan yang mulai mengisi hidup Naruko juga Minato. Ia ingin tau apa yang telah mereka lakukan untuk menerima semuanya, apa hanya dirinya yang tidak bisa menarik diri sendiri dari lubang gelap tidak berdasar?
"Ibu, kenapa aku seperti ini?" desis Naruto.
•
Naruto terbangun dengan wajah sembab pagi harinya dan rasanya sangat malas pergi ke sekolah. Namun, ia sadar bahwa dirinya tidak bisa bolos begitu saja.
"Naru chan, ayo sarapan." Ajak Naruko yang sudah rapi dengan seragam sekolah khusus wanitanya. Naruto menggeleng dan hanya melirik Minato yang tidak peduli padanya bahkan wajah ith tertutup koran, membuat Naruto diam-diam mengepalkan tangannya kesal.
Naruto keluar dan basa-basi sebentar dengan Darui sebelum melangkahkan kaki kembali menuju pemberhentian bus.
Naruto membuka ponsel, ia jarang sekali memainkan ponselnya karena ia tidak dekat dengan siapapun, hanya cek kalau ada tugas dari Dandelion untuknya.
Naruto bermain game sebentar sebelum terdengar suara bus yang berhenti, Naruto mengantongi ponselnya dan duduk dibarisan kedua seperti biasanya, yang anehnya selalu kosong.
"Oi, ketemu lagi," Naruto mengalihkan pandangannya, disana Shikamaru dengan wajah malas duduk tanpa izin disamping Naruto dan memejamkan matanya, nafasnya berangsur-angsur melambat seperti sedang tidur.
"Astaga, apa yang dilakukannya pada malam hari hingga tidur lima detik setelah menyentuh kursi?" batin Naruto namun Shikamaru tidak benar-benar tidur, ia bertanya pada Naruto.
"Istirahat nanti ke kantin, ayo makan sama-sama," ajak Shikamaru perlahan. Naruto tertegun, ini adalah ajakan pertama kalinya dari seorang yang bisa ia anggap teman.
"Makan bersama?" tanya Naruto yang entah kenapa merasa sedikit gugup.
"Mn, akan aku kenalkan kamu dengan yang lainnya." Naruto ragu tapi tetap menggangguk perlahan, menerima ajakan Shikamaru.
•
"Sialan." Batin Naruto mengumpat, bagaimana tidak, baru saja kakinya melangkah menuju Perpustakaan. Namun harus terhenti ketika Sasuke mencegat dan menyuruhnya pergi menuju ruang kesiswaan.
"Kamu sering bolos kan?" tanya Sasuke dengan catatan ditangan.
"Hm, ya." Jawab Naruto tak acuh.
"Naruto, aku tau kamu siswa istimewa, namun jangan menyalahgunakan kemampuanmu itu," Naruto agak lucu mendengar nasihat Sasuke ini.
"Haha, mnyalahgunakan? ah, begini ya ketua kesiswaan yang terhormat. Hari itu tergesa-gesa dan pikiranku menjadi setengah gila. Menganggap tembok belakang sekolah itu gerbang, lain kali aku akan memperhatikan lagi."
"Mana mungkin berhalusinasi sampai segitunya." Batin Sasuke yang tetap mencatat ulah Naruto.
"Bagaimanapun itu tetap tindakan salah, kamu ini kakak kelas, bagaimana jika kelakuanmu menjadi contoh junior?" omel Sasuke. Entah mengapa dia yang irit bicara bisa berubah seperti ini dihadapan pria yang kemarin ia temui. Ia hanya merasa harus membimbing Naruto dengan benar.
"Hah ya sudah, kalau begitu hukum saja aku," jawab Naruto pasrah, ia merutuki nasib sialnya karena harus bolos didepan mata ketua kesiswaan ini.
Sasuke melirik sedikit, wajah Naruto masih seperti kemarin yang menatapnya datar, padahal jika ia tersenyum pasti akan terlihat lebih baik. Sasuke tersadar dan menggeleng pelan, menghalau pikirannya.
"Karena kamu siswa khusus, bagaimana dengan membersihkan Perpustakaan?" Naruto mengangguk setuju. Membersihkan Perpustakaan sudah jadi kebiasaannya selama ini yang membuat tugasnya tidak terasa berat.
Sejenak kedua orang ini terdiam, Naruto memikirkan tugasnya sebagai shadow shield Sasuke.
Perlu diketahui, shadow shield dan bodyguard berbeda cara kerja. Jika bodyguard melindungi tuannya secara terang-terangan maka shadow shield melakukannya secara diam-diam hampir seperti stalker.
"Naruto?" panggil Sasuke yang melihat Naruto diam saja.
"Em, ya ... ah ... aku akan kembali." Naruto tergagap dan segera keluar dari ruangan Sasuke.
"Hari ini aku linglung sekali." Gumam Naruto melangkahkan kaki menuju Perpustakaan.
10/06/2020
-Lunarica-
KAMU SEDANG MEMBACA
NO ONE LOVE ME [SASUNARU]
Fantasía[Part lengkap-Belum direvisi] Uzumaki Naruto terjatuh dalam lubang kesepian. Baginya bernafas adalah cara mengakhiri hidup, tidak ada yang mencintainya, walaupun hanya satu orang. Disclaimer: Masashi Kishimoto Attention!!! Memiliki konten BxB, Yaoi...