17. Pagi Yang Membara

1.4K 208 24
                                    


Jennie keluar dari lift bersama dengan Jeno. Senyumnya mengembang melihat Jaemin dan Rosé  yang sudah duduk di lobi hotel.

"Pagi semuanya," sapa Jennie kepada keduanya.

"Itu kenapa muka kalian? Serem amat," katanya saat melihat wajah asem dari Jaemin dan Rosé.

"Sini-sini cerita sama gue ada apa?" lanjurnya duduk di samping Rosé. Memeluk tubuh sahabatnya. Namun, pelukannya dilepas dengan kasar oleh  Rosé.

"Bacot! Anjing!"

"Ya Tuhan. Rosé. Pagi-pagi gue udah kena sembur. Kenapa, sih?"

"Enggak usah ngerasa kayak enggak punya salah deh, Jen. Kayak Jeno," sahut Jaemin yang melirik kesal ke arah Jennie secara bergantian ke arah Jeno.

"Salah apa?" tanya Jennie kepada Jaemin.

"Emang kita punya salah, Yang?" Jennie bertanya kepada Jeno yang dijawab dengan gelengan kepala.

"Kita enggak ada salah apa-apa, Yang," balas Jeno.

Suara decihan terdengar dari Rosé dan Jaemin. Keduanya mencibir mengulangi perkataan Jeno. "Kiti inggik idi silih ipi-ipi, Ying."

"Duh! Siapa, ya, yang pakai acara mi pindah-pindah kamar?" sindir Jaemin.

"Apalagi sampai pindahin barang orang tanpa izin," sahut Rosé yang ikut menyindir.

"Heran gue."

"Enggak ngerti lagi gue sama mereka berdua."

Jaemin dan Rosé secara kompak saling sahut menyahut dalam sindiran yang mereka berdua keluarkan. Bahkan, Jennie dan Jeno dibuat terkejut dan ingin sekali tertawa melihat reaksi keduanya.

Kompak banget kalau soal nyindir. Fix! Emang cocok mereka, batin Jennie dan Jeno.

Jennie berdehem. "Kalian enggak lapar? Udah pesan makan?"

Rosé melirik Jennie. "Enggak usah ngalihin topik. Gue mau pindah kamar. Balik ke kamar gue yang sebelumnya," pinta Rosé dengan nada kesalnya.

Tanpa sepengetahuan Jaemin dan Rosé, Jeno berjalan menuju meja resepsionis. Meminjam sebuah kertas mengenai status kamar mereka.

"Kalau kalian enggak percaya sama yang gue bilang. Lihat aja di kertas ini atas nama siapa kamar yang kalian tempatin." Jeno meletakkan kertas yang dipinjamnya tepat di depan Jaemin.

"Gue cuman mau balik ke kamar yang sesuai dengan nama yang tercantum. Apa itu salah? Lagian kamar kalian itu twin bed, bukan king," kata Jeno sedikit jengah.

Jaemin melotot membaca dua nama pada kamar yang ditempatinnya. "Apa-apaan ini! Lo pesen kamar gimana, sih?! Masa nama gue sama cewek ini di satu kamar?!"

Jennie melipat tangannya di dada. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Ya emang gitu mesannya dari awal. Lagian gue sama Jeno juga sekamar, kalau liburan."

Rosé memukul lengan Jennie pelan. "Iya itu kalau lo liburan berdua, Jen! Sekarang ini lo liburan bareng gue sama cowok ini. Otomatis gue tidur sama lo, dan Jeno tidur sama ini cowok."

Jennie berdiri dari duduknya. Berpindah dadi sofa yang didudukinya ke sofa yang Jeno tempati.

"Kalau enggak suka, kalian tinggal cari kamar atau hotel lain," sungut Jennie.

"Iya. Kalian cuman kami ajak liburan. Bukan kalian yang menentukan liburan di mana," tambah Jeno yang membuat Jaemin meletakkan kertas yang berada di tangannya dengan kasar di atas meja.

"Kalau tahu begini, gue enggak akan ikut! Bukannya gue senang-senang, yang ada gue cepet mati ngadepin kalian berdua sama ini cewek," marah Jaemin.

Rosé melotot. "Maksud lo gue rese?!"

"Eh! Cowok sok kecakepan. Sadar diri, tolong. Lo juga rese, ingat itu! Emangnya lo doang? Gue juga capek ngadepin ini pasangan gila dan lo juga," lanjut Rosé yang sudah melipat tangannya di dada.

Jennie menutup kupingnya. Lelah dengan kegiatan keduanya yang selalu beradu argumen.

"Kalian ini pagi-pagi udah ribut aja. Masalah rumah tangga kalian lebih baik selesaikan di kamar." Jennie berdiri setelah mengatakan itu.

"Ayo, Yang. Aku lapar. Nanti kita kesiangan perginya," ajak Jennie yang sudah menarik tangan Jeno untuk berdiri.

Jeno mengangguk. "Gue sama cewek gue mau makan. Kalian kalau enggak mau makan enggak usah rese!"

Jaemin menatap malas ke arah keduanya. Sedangkan Rosé sudah jengah dengan kedua pasangan adam dan hawa itu.

Keduanya saling memandang satu sama lain dan membuang muka kemudian. Duduk berdiam diri, hingga suara perut keduanya berbunyi.

"Gue mau makan. Laper!" Jaemin berdiri, meninggalkan Rosé seorang diri.

"Gue juga mau makan. Ngadepin kalian butuh tenaga tambahan!" kata Rosé berjalan cepat mendahului Jaemin yang berada di depannya.

***

June 10th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang