34. Mengusir Monyet

1K 186 44
                                    


Jeno berjalan beriringan dengan Jennie yang memeluk erat tangannya. Sedangkan Jaemin dan Rosé, keduanya berjalan beriringan di Pura Uluwatu.

Jaemin sesekali mengambil beberapa foto di sekitarnya, seperti monyet yang berkeliaran dan mengambil beberapa foto Rosé yang berada di sebalahnya. Tentunya Jaemin akan memanggil Rosé terlebih dahulu sebelum mengambil fotonya.

Kamera sudah berpindah ke tangan Rosé, ia berjalan pelan di samping Jaemin. Mengambil foto laki-laki itu dari sampingnta. Namun, suara teriakan Jennie menghentikan kegiatannya.

"SAYANG!"

"ADA MONYET! MONYETNYA KE SINI!"

"AKU TAKUT, YANG!"

Jaemin dan Rosé saling memutar kedua bola matanya malas. Pagi-pagi udah lihat drama picisan seperti ini, batin keduanya.

Jeno menarik tangan Jennie untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. "Jangan takut, Sayang. Ada aku. Kamu di belakang aku aja."

Ck! Pahlawan kesiangan, batin Jaemin.

Rosé bergeser ke samping dan menabrak tubuh Jaemin. "Eh ... eh ... eh ... eh ... hush ... hush ... hush ...."

"Jangan ke sini, ya. Gue enggak bawa makanan buat kalian."

Jaemin yang merasa Rosé terus mendorong tubuhnya melirik sekilas ke arahnya yang tengah mengusir beberapa monyet yang mendekat. Tangan Jaemin meraih tangan Rosé dan menarik ke belakangnya untuk bersembunyi.

"Jangan ganggu dia monyet nakal." Jaemin mengusir kumpulan monyet dengan tangannya. Berjalan maju yang diikuti oleh Rosé, karena tangan mereka masih saling menggenggam.

"Udah. Monyetnya udah pergi. Jangan takut lagi, Rosé."

"Kita jalan lagi, ya? Kameranya jangan sampai kelihatan sama mereka. Tangan mereka itu nakal bisa ambil barang-barang kita."

Rosé mengangguk. Dan melihat tangannya yang masuh digenggam oleh Jaemin. Ia juga tidak sadar, kalau tangannya membalas genggaman tangan laki-laki itu.

"Ah. Iya, Jaem. Thank you."

Jaemin tersenyum. Matanya berkedip dan melihat ke arah pandang Rosé, lebih tepatnya ke arah tangannya. Matanya melebar sempurna saat menyadari sesuatu.

"Maaf. Gue enggak bermaksud, sumpah!" kata Jaemin yang langsung melepaskan genggaman tangannya.

Rosé tertawa. "Hahahaha ... reaksi lo lucu banget. Tapi, lo kok bisa gampang banget ngusir mereka. Lo bisa bahasa monyet, ya, Jaem?"

Jaemin mendengus. Melirik malas ke arah lain. "Enggak."

Rosé mencubit pipi Jaemin pelan, karena gemas melihat tingkah Jaemin yang menggemaskan. "Atutututu ... ada yang ngambek, karena gue bilang bah--eh! Sorry gue enggak maksud cubit pipi lo Jaem."

Rosé menarik tangannya dari kedua pipi Jaemin. Memutar tubuhnya dan membelakangi Jaemin. Rasanya ia sangat malu.

Jaemin berdeheman untuk menetralkan suasana mereka. "Sebenarnya, kalau kita berbicara baik-baik sama hewan, pasti mereka mengerti. Mereka kan enggak tahu apa yang mereka lakukan."

Jaemin menggigit bibir bawahnya, karena Rosé masih membelakanginya. "Rosé. Mau foto lagi di sana? Gue rasa di sana bagus," ajak Jaemin yang sebenarnya merasa suasana begitu canggung.

Rosé kembali memutar tubuhnya menghadap ke arah Jaemin. "Gue nurut aja, Jaem."

"Kalau nyatanya di sana enggak bagus gimana?"

Rosé mengerutkan keningnya. "Seorang Na Jaemin enggak bisa menemukan tempat bagus? Enggak mungkin."

Jaemin tersenyum. "Iya, ya. Masa fotografer Na Jaemin enggak bisa menemukan tempat bagus sekali lihat."

Rosé memukul pelan bahu Jaemin. "Jangan lupa, fotografer Na Jaemin si calon dokter anak."

Jaemin tertawa. Ia merasa suasanya sudah tidak canggung lagi.

"Semoga aja kesampean."

"Kok semoga aja, Jaem?"

"Iya semoga aja."

"Pasti lo bisa. Gue yakin lo bisa jadi dokter anak."

Jaemin tersenyum. "Dan lo, semoga bisa jadi pengacara hebat dan lawan Ayah lo di persidangan suatu saat nanti."

"Amin."

***

June 14th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang