Setelah melihat hasil foto mereka berdua, Rosé menyerahkan kembali kamera kepada Jaemin. Melihat sekeliling yang masih terdapat beberapa turis berlalu-lalang disekitar mereka."Apa kita terlalu lama mengambil foto?" tanya Rosé
"Kira-kira mereka berdua sudah sampai setengah perjalanan belum, ya, Jaem?"
Setelah Jeno mengambilkan foto mereka berdua, tidak lama Rosé dan Jaemin melanjutkan untuk mengambil foto bersama di tempat yang tidak jauh dari mereka. Namun, lima menit setelahnya Jeno menghampiri keduanya dan mengatakan untuk naik lebih dulu.
Jaemin tampak berpikir sejenak. "Menurut gue enggak. Soalnya Jennie itu mageran dan terlalu manja, kalau sama Jeno. Gue yakin mereka pasti naiknya lebih lama."
Rosé mengangguk dan membenarkan perkataan Jaemin mengenai Jennie.
"Mau naik sekarang, Jaem?"
"Boleh. Tapi, tunggu sebentar."
Jaemin membuka tas selempang miliknya. Mengeluarkan sebuah kemeja lengan panjang dengan motif kotak. Dan menyerahkannya kepada Rosé.
"Pakai ini dipinggang lo buat nutupin bagian bawah dress lo. Gue baru inget, kalau gue bawa ini di dalam tas."
"Pas turun gue ada di depan lo. Sekarang, gue ada di belakang lo, Rosé. Sama aja sebenarnya, cuman gue yang enggak enak."
Rosé tersenyum. Menerima kemeja milik Jaemin. "Thank you, ya. Pulang dari sini biar gue cuci dulu," katanya memasang kemeja Jaemin dipinggangnya dengan cara mengikat kedua lengan kemeja.
"Eh. Enggak usah, nanti di laundry aja di hotel, Rosé," tolak Jaemin.
"Benar juga. Nanti biar gue yang bayar biaya laundrynya," balas Rosé.
"Gue aj--"
"Enggak ada penolakan, Na Jaemin," potong Rosé cepat.
Jaemin hanya mengangguk pasrah dan mengikuti Rosé yang mulai naik. Langkah pelan manaiki tangga yang cukup terjal sesekali membuat Jaemin harus siap siaga bila tubuh Rosé sedikit kehilangan keseimbangan di depannya.
Terdengar deru napas Rosé yang cepat. "Ternyata memang benar kata turis tadi. Naiknya lebih melelahkan."
"Mau gue gendong lagi? Kalau begini doang kuat gue," tawar Jaemin.
Rosé menggeleng. Melihat ke arah Jaemin yang berada di belakangnya.
"Gue masih kuat, Jaem. Ini baru seperempat jalan. Lemah banget gue kesannya. Lagian lihat di sana," Rosé menunjuk dua orang yang sudah berada di depan mereka tengah beristirahat.
"Si Jennie sama Jeno ada di sana. Kayaknya Jennie kecapekan naik. Kita samperin mereka di sana dulu, sekalian istirahat."
"Okay." Jaemin menyetujui usulan Rosé.
"Kalau enggak sanggup, ngomong, ya? Biar gue gendong lagi lonya. Kalau lo sama Jennie sama-sama kelelahan yang ada kita semakin sore dan ketinggalan kapal."
Rosé tampak berpikir sebentar. Memang ada benarnya yang dibilang oleh Jaemin. "Iya. Nanti gue ngomong sama lo, Jaem."
"Gue jadi enggak enak juga. Karena udah ngerepotin lo lagi," lanjut Rosé.
Jaemin menggeleng, tanpa diketahui oleh Rosé. "Enggak, kok. Lagian memang tugasnya cowok buat lindungin cewek."
Rosé terhenti sejenak, karena perkataan Jaemin. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Dan perasaannya benar-benar seakan menghangat.
"Rosé? Lo capek?" tanya Jaemin yang melihat Rosé berhenti.
"Eh? Enggak kok, Jaem. Gue cuman narik napas dulu."
Jaemin mengangguk mengerti. Melanjutkan jalannya saat Rosé sudah kembali menaiki tangga.
Sesampainya di tempat Jennie dan Jeno berada, mereka beristirahat sejenak. Mengobrol sebentar dan memutuskan untuk kembali ke dermaga, karena sudah lelah.
Jaemin dan Rosé memutuskan untuk naik lebih dulu. Tenaga mereka sedikit lebih terisi dan di bawah cuaca panas akan menambah dehidrasi mereka bila terlalu lama.
Suasana hening, hanya ada suara langkah kaki keduanya yang menaiki tangga dan suara tarikkan napas. Sudah hampir seperempat jalan lagi keduanya akan sampai di atas. Namun, Rosé benar-benar sudah tidak kuat untuk naik lagi.
"Jaemin."
"Bisa istirahat lagi, enggak? Gue capek dan haus banget. Enggak kuat gue buat naik lagi," keluh Rosé yang sudah mengatur napasnya.
Jaemin tampak berpikir. "Gue gendong aja, ya? Tinggal seperempat lagi, Rosé. Nanggung juga soalnya."
"Tapi ...."
"Lo haus, kan? Dari pada terlalu lama dan lo semakin dehidrasi bisa gawat nanti." Jaemin memotong perkataan Rosé. Berjalan mendahuluinya dan berhenti di salah satu tanah yang rata. Kemudian ia berjongkok di sana.
"Ayo sini naik. Gue masih kuat, kok," panggil Jaemin.
"Gue takut nanti kita jatuh gimana?" kata Rosé membayangkan Jaemin yang tidak kuat dan berakhir hingga jatuh bersama dirinya.
"Tenang aja. Ini tanahnya aman. Dan lagi, gue udah biasa naik gunung dengan bawa tas berat," jelas Jaemin meyakinkan Rosé.
"Ayo naik."
Sementara itu di bawah, Jennie melihat pemandangan yang sedikit membuatnya iri. Memutar tubuhnya ke belakang dan menatap Jeno.
"Kamu enggak ada niatan buat gendong aku kayak Jaemin?"
"Jaemin? Maksudnya?"
"Itu di sana lihat. Jaemin lagi gendong Rosé buat naik." Tunjuk Jennie.
"Kamu sama Jaemin kan suka naik gunung. Dan berakhir aku ditinggal di rumah seorang diri," lanjutnya mengingat bagaimana sebulan sekali Jeno selalu ikut Jaemin untuk naik gunung di akhir pekan.
"Masa kamu enggak kuat gendong aku?"
"Ya Tuhan. Sayang, dengarkan aku dulu. Kita masih di tangga. Kalau aku gendong kamu sekarang, yang ada kita bisa celaka." Jeno menjelaskan mengenai situasi di mana mereka sekarang.
"Kita cari tempat yang tanahnya rata. Kalau enggak, sampai di mana tempat Jaemin menggendong Rosé," jelas Jeno lagi.
"Janji, ya, gendong aku? Aku udah capek banget soalnya," keluh Jennie.
"Iya. Aku janji. Kapan, sih, Lee Jeno enggak pernah nepatin janjinya?" tanya Jeno dengan sedikit sombong.
"Sebentar, aku sebut--"
"Enggak usah. Yang kamu sebutin itu saat-saat aku lagi ada tugas dadakan dari Kak Mino, Kakak kamu si ketua BEM." Potong Jeno cepat.
***
June 14th, 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/227741880-288-k89952.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔
FanfictionAku & Kamu Book 1: Salah Sambung Berawal dari salah nomor, Rosé dan Jaemin terjebak dalam rencana Jennie dan Jeno untuk menjodohkan mereka berdua. Kesan buruk bagi keduanya membuat Jaemin dan Rosé tidak ingin saling berhubungan untuk kedua kalinya d...