33. Ajakan Kedua

1K 191 25
                                    

Sepulang dari Nusa Penida dan membersihkan diri, Rosé duduk bersantai di atas tempat tidurnya tengah menonton film di salah satu saluran televisi. Sedangkan Jaemin, ia duduk di meja rias dengan laptop yang berada di depannya. Memindahkan semua hasil foto hari ini ke laptop miliknya.

"Jaemin."

"Kenapa, Rosé?"

"Besok kita ada jadwal ke pantai, kan?"

"Iya, Rosé. Sehabis dari itu kita ke The Finns."

"The Finns? Maksud lo The Finns Beach Club?"

Jaemin mengangguk. "Mereka katanya mau lihat sunset di sana."

Mendengar kata "sunset", mata Rosé berbinar senang. Kedua sudut bibirnya terangkat, menampilkan sebuah senyuman.

"WOW! SUNSET?!" teriaknya histeris dan turun dari tempat tidurnya.

Rosé sedikit berlari menuju kopernya. Membuka koper miliknya dan mengeluarkan beberapa baju yang memang berada di koper lainnya. Rosé membawa dua koper.

"GILA, SIH! SUNSET! GUE HARUS PAKAI BAJU BAGUS?"

"APA GUE PAKAI BIKINI AJA? ITUKAN BEACH CLUB. ADUH ... GUE BINGUNG!"

Jaemin menutup kedua telinganya. Mengalihkan atensi kepada teman sekamarnya yang sedang memilih pakaian mikiknya, ada gaun, kaos dan sebagainya yang dikeluarkan dari dalam koper.

Sesenang itu dia sama sunset dan beach club? Lucu, sih, reaksinya. Tapi, apa mesti sampai berteriak? batin Jaemin yang menggelengkan kepalanya.

Rosé mengeluarkan beberapa bikini miliknya. "AH INI! GUE BAWA BIKINI INI AJA!"

"Rosé," panggil Jaemin yang memang tidak menatap teman sekamarnya sejak Rosé megeluarkan koleksi bikininya.

"Bisa pelanin suara lo?" pinta Jaemin.

Rosé tersenyum tanpa dosa. Menunjukkan deretan gigi rapinya.

"Ups! Sorry. Gue terlalu bersamangat, Jaem. Apalagi pas lo bilang sunset tadi."

Jaemin memutar posisi duduknya. Menghadap Rosé, tetapi tidak untuk melihat pakaian bikin yang berjejer di atas koper.

"Sebegitu senangnya lo sama sunset? Memangnya lo enggak pernah melihatnya?"

Rosé menggeleng. "Enggak pernah gue, Jaem. Baru kali ini. Mangkanya gue semangat banget."

Jaemin mengangguk paham. Reaksi yang menurutnya berlebihan itu memang wajar untuk orang yang belum pernah melihatnya.

"Kapan-kapan lo gue ajak lihat sunset. Walaupun di negara kita sedikit susah, tapi gue tahu tempat yang bagus," kata Jaemin.

Kedua mata Rosé berbinar. "Seriusan?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Jaemin.

"Thank you, Jaemin. Lo kayaknya tahu banyak tempat dari hobi lo, ya? Apa lo sesering itu sampai bisa lihat sunset?"

Jaemin tampak berpikir. "Enggak terlalu sering. Tetapi, gue paling suka mengambil foro ketika matahari terbenam dan terbit. Dan gue paling suka saat sunrise tiba."

"Kenapa lo lebih suka sunrise ketimbang sunset?" tanya rosé tiba-tiba.

"Karena untuk melihat sunrise perlu perjuangan dibandingkan melihat sunset."

"Gue harus bangun pagi-pagi buta, bahkan bisa tengah malam, itupun tergantung jarak dan rute perjalanannya. Belum lagi udara yang dingin. Tetapi, semua itu terbayarkan saat melihat matahari yang terbit, Rosé."

Mata Rosé semakin berbinar mendengar penjelasan Jaemin. Terlihat sangat tertarik untuk melihat sunrise.

"Gue jadi mau lihat sunrise juga."

"Kalau lo mau, gue bisa ajak lo, Rosé."

"Beneran, Jaem?"

"Iya, beneran. Gue janji."

***

June 14th, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang