25

107 11 0
                                    

Seminggu terlepas dengan sangat cepat. Kini Glenn sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Bedanya, kini dia benar-benar lepas dengan kata tawuran dan segala macem yang berhubungan tentang itu. Dia bener-bener nepatin janji yang dia sama Kak Leo.

" Kalo lo nggak beneran rela gue gapapa kok, Glenn. Gue gamau bikin lo terkekang aja " soalnya gue udah gapunya hak buat ngatur hidup lo -lanjutku dalam hati.

Siang ini aku lagi duduk berdua di bangku taman sama Glenn. Semenjak kepergian Mike, aku jadi lebih murung emang. Kalo bukan karena paksaan Kak Leo sama Lexa mungkin aku bakalan lebih milih stay di rumah.

Glenn menoyor kepalaku dengan softdrink di tangannya. " Lo ga ada yang jagain. Bahaya. " ujarnya sebelum membuka kaleng minumannya.

" Masih ada Kak Shasa sama Ajun juga ada kok, lagian Dean juga masih ada, Lexa juga. Lo nggak kasian apa sama para cabe yang lo sewa itu? Lo gak-- "

Chup~

Gilak woy! Ini nyium di bibir bangsta!!!

" Lo harus tau dua hal. Pertama, gue mau terus sama lo sampe kapan pun dan bakal jagain lo gimana pun caranya. Kedua, gue ga peduli sama j*lang itu karena cewek di depan gue ini lebih menarik ketimbang j*lang yang cuma bisa pasrah ngedesah di bawah gue. "

Tuk

Aku mengetuk dahinya pelan.

" Emang dasar cowok. " komentarku.

Aku udah nggak kaget lagi soal dia yang sering main sama j*lang di luaran sana. Waktu pacaran dulu aja dia berenti, begitu putus ya lanjut lagi(kayaknya). Emang dasar nafsuan ni cowok jadi aku cuma bisa ngeladenin dikit-dikit. Lagipula di Swiss juga banyak yang kek Glenn kok. Lebih ganas malah.

" Ayo ke kelas, bentar lagi bel bunyi "

Aku mengangguk kecil lantas berjalan bersisian dengannya menuju kelas yang cukup jauh letaknya dari taman.

.

" Mau jalan dulu? " tawar Glenn yang kusambut dengan anggukan riang.

" Ke bukit ya?!! "

Glenn tertawa lalu mengangguk menyetujui. Aku asyik menatap lurus sampai tak sadar kalau ada yang sengaja memposisikan kakinya melintang membuatku nyaris jatuh kalau Glenn tidak segera menahan tanganku.

" Taroh kaki yang bener. " ujar Glenn dengan dingin. Tangannya ia gunakan untuk menarikku agar segera meninggalkan cewek blonde yang aku yakin sekali masih terpaku di tempatnya.

Glenn membawaku sampai di depan mobilnya. Dia membukakanku pintu mobil tak lupa dengan senyum manis yang membuatku sudah payah memalingkan wajah agar tak terpesona.

Dengan canggung aku masuk ke dalam mobil dan duduk nyaman di atas kursi penumpang sementara Glenn berlari memutar baru duduk di balik kemudi.

" Langsung ke bukit atau mampir dulu? " tanya Glenn begitu mobil sudah melaju. Aku diam berpikir. Mampir ke toko bunga bukan opsi yang buruk, kan?

" Mampir ke toko bunga donk, Glenn. Ada yang mau gue beli disana "

" Ya, iyalah ada yang mau dibeli. Namanya juga kan toko. Lo gimana sih? Masa iya lo cuma mau nontonin barang yang dijual disana. "

Gerutuan Glenn tertangkap oleh telingaku. Aku mengangkat setelah tanganku lalu menjitak kepalanya pelan tapi cukup untuk membuatnya meringis.

" Ish, main jitak-jitak aja, sih, Sy?! Gue lagi nyetir tau! " semprot Glenn. Ia kelihatan sangat kesal tapi aku mengacuhkannya.

" Lo kangen Mike, ya? " tebak Glenn dengan suara pelan. Aku mengangguk. Sudut bibirku terangkat membentuk senyum kecut.

" Lo sayang sama dia? "

I'M WITH YOU✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang