31

98 7 0
                                    

Aku menatap Nana dan Sania dengan wajah tertekuk yang basah kuyup akibat semburan maha dahsyat dari mulut mereka. Keduanya meringis ngeri melihat ekspresiku yang seolah ingin memakan mereka bulat-bulat.

“ Maaf kak, aduh, kakak sih ngagetin kita, kan jadi nyembur! ” ucap Sania sambil membantu menghapus jus jeruk bercampur alpukat di wajahku.

Aku tersenyum kecut dalam hati, “ Padahal gue gak ngapa-ngapain juga dibilang ngagetin. ” gerutuku pelan.

Kedua gadis itu nyengir tak berdosa. Aku mengambil alih tisu dari tangan Sania dan mengelap sendiri wajah serta seragamku yang kotor. Aku melirik Lexa yang hanya diam tidak merespon. Dia terlihat agak murung. Sementara di sebelahnya Kak Shasa terlihat seperti orang linglung yang entah kenapa terkesan.... Aneh?

Aku langsung duduk di samping Lexa, “ Lo kenapa? ” tanyaku lembut.

Lexa menoleh menatapku tanpa menjawab pertanyaanku dan langsung pergi tanpa pamit. Aku menatapnya heran begitu juga ketiga gadis lainnya. Kak Shasa menepuk pundakku memberi isyarat agar berbalik.

Aku menurut dan melihat sosok tinggi menjulang menghalangi penglihatanku. Aku mendongak, “ ...Ajun? ” panggilku ragu.

Ajun menyerahkan paper bag di tangannya, “ Ganti seragam lo, nanti masuk angin kalo gak ganti sekarang. ”

Aku mendorong kembali paper bag dari tangan Ajun sambil menggeleng, “ Gak, gak usah. Gue ada seragam cadangan di loker. ” ucapku yakin.

Ajun menarik tanganku paksa untuk menerima paper bag darinya, “ Kalo lo gak nerima terus siapa yang mau make? Gue cowok masa mau pake baju cewek? ” ucapnya setengah memaksa.

Aku mau tidak mau menerimanya dan tersenyum kecil padanya, “ Makasih. ”

“ Iya udah sana ganti, keburu masuk angin! ” dia mendorong-dorongku bangkit pergi.

Aku mengerucutkan bibirku sebal namun tetap berjalan pergi menuju ruang ganti. Tak apa. Setidaknya aku jadi lebih menghemat waktu.

Lima menit kemudian aku sudah berjalan menuju kelas dengan seragam baru. Seragamku yang tadi sudah masuk ke dalam tempat sampah karena tau noda jus yang menempel disana tidak akan bisa hilang.

Aku menapaki anak tangga terakhir yang akan membawaku ke lantai tiga dimana kelasku berada. Tapi naasnya aku bertabrakan dengan setumpuk tinggi buku berjalan. Aku menatap dingin sosok tinggi yang setelah ku ingat-ingat dia adalah kakaknya Sania. Dengan tidak tergesa-gesa aku menunduk.

“ Maaf, Bang, gue gak liat. ” aku menjaga sikapku sesopan mungkin meskipun tak ada irama apa pun dari nada bicaraku.

Bang Satrio juga terlihat tidak terlalu terpengaruh dan malah menarikku, “ Bantu gue ngumpulin bukunya, ”

Aku tidak menolak. Itu memang kesalahanku jadi aku tidak merasa dirugikan, malah aku takut Bang Satrio akan sedikit terkena masalah karena insiden tidak disengaja ini. Ditambah lagi di sekitar kami banyak murid yang berbisik-bisik.

Aku berdiri sembari menyerahkan buku di tanganku padanya.

Thanks. Gue duluan, ”

Aku mengangguk-angguk saja memandangi tubuh tingginya menggilang di balik tangga lalu melanjutkan langkah.

Seperti biasa, di sekitarku tentunya tidak kehilangan bahan gosip dan mulai membicarakan insiden tadi.

Ihh ganjen banget jadi cewek

Tau tuh, bukannya dia pacaran sama Mike ya?

Eh, gue pikir uda putus, dia juga uda pindah kan?

I'M WITH YOU✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang