36

120 12 0
                                    

Hening.

1

2

3

Masih tidak ada yang bicara.

Aku menghela napas tak berdaya, “ Hahhh... Kalian ngapain liatin gue? ” tanyaku frustasi.

Glenn memiringkan kepalanya, “ Kalo gamau diliatin ya jawab pertanyaannya. ” dia tampak acuh tak acuh padahal matanya sudah berkilat penuh kedinginan.

Aldrick meraih tanganku dengan mudah karena berada di sisi lain bangsal, memainkan jari-jariku bersamaan. “ Kamu nggak berniat nggantung aku sama mantan kamu kan? ” ia menatap ke dalam mataku yang membuatku langsung mati kutu. Tatapannya terasa mengancam meskipun bibirnya masih tersenyum.

Aku buru-buru menggeleng lalu berkata, “ Aku nggak punya niat kayak gitu! Aku cuma gak tau harus milih siapa... ” Aku mengerutkan bibirku sedih, “ Mmm... Kalo aku... Eh, nggak, maksudnya kalo aku nggak milih boleh kan? ”

Aku menatap Aldrick dan Glenn bergantian tapi keduanya dengan tegas menggelengkan kepala. “ Nggak. ”

Sekali lagi aku mendesah frustasi. “ Kalo gitu kasih aku waktu buat mikir. ” tawarku penuh harap.

Mereka tampak ragu sejenak sebelum saling bertukar tatapan sengit satu sama lain lalu mengangguk setuju.

“ Aku ada di kota ini sampe minggu depan, nggak bisa lebih lama lagi jadi kamu harus udah punya jawabannya sabtu depan. ” nada dingin dalam suara Aldrick terasa masih sama tapi entah kenapa aku berpikir kalau dia sangat menyedihkan.

Glenn juga terlihat setuju dengan ucapan Aldrick, “ Gue pikir lo bisa kasih jawaban lebih cepet dari waktu yang ditentuin. Makin cepat makin baik, kan? ”

Aku mendengus, “ Hm. ”

Sania bertepuk tangan secara tiba-tiba meriuhkan suasana suram di ruangan. Tangannya terulur menarik leher Dirga di sebelahnya dan Bang Satrio. Karena tinggi badan Sania cukup rendah,ia jadi terlihat seperti anak kecil memeluk dua orang dewasa. Apalagi wajah cerianya itu semakin meyakinkan penonton seolah dia masih kecil. “ Kak Sy, kita makan-makan, yuk! ” wajahnya sangat cerah saat menatap ke arahku membuatku tak tahan untuk mengiyakannya.

“ Dimana? ”

“ Disinilah kak! Kan Kak Sy belom sembuh jadi kita beli makanan dari luar aja terus bawa kesini dimakan bareng-bareng! ” jawab Sania riang.

Aku merenung sejenak namun digagalkan oleh suara dingin Aldrick. “ Kamu nggak boleh makan yang pedes-pedes. ” nada penuh peringatannya mengalun rendah.

Aku mengerucutkan bibirku, merasa sangat sebal dengan pengingat Aldrick yang selalu tepat waktu seperti alarm di kamar. “ Iya-iya. ” ucapku tidak sabar lalu menoleh melihat Sania. “ Boleh kok, tapi aku cariin yang berkuah dan nggak pedes, ya? Kayak sop buntut gitu atau bubur ayam. ”

Sania mengangguk, “ Siap bos! ” Ia melepas rangkulan pada Dirga dan Bang Satrio lalu menghadap Dirga. “ Kamu mau temenin aku, nggak? ”

Dirga tersenyum lembut, “ Hmm kamu maunya sama siapa? Abang kamu keliatannya pengen tetep disini, deh. ” telapak tangan besarnya jatuh di atas kepala Sania, mengusapnya lembut.

Sania melirik sedikit ke arah Bang Satrio lalu mengangguk, “ Iya, kayaknya Bang Satrio mau PDKT ke Lexa jadi aku ga boleh ganggu, iya, kan? ” ia bertanya dengan polos pada Dirga yang dibalas kekehan lembut dan anggukan dari cowok itu.

Diam-diam aku memperhatikan interaksi mereka dan mau tak mau merasa iri. Uhhhh manis sekaliiiiiii.... Kan aku juga mau satu yang kayak Dirgaaa!!

Alex pura-pura terbatuk pelan, “ Ehem, kalo kakak mau yang kayak disana itu makanya cepetan jawabnya. ” nadanya memang datar tapi aku paham betul kalau adikku itu sedang mengejekku.

I'M WITH YOU✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang