Tolong katakan padaku kalau ini semua ilusi. Tolong jangan beritahu aku kalau dia mengacuhkan pesan yang aku kirim beberapa saat lalu. Tolong buat aku pingsan selama beberapa hari lagi... Aih sepertinya aku terlalu banyak meminta tolong hahhh.
Aldrick adalah orang pertama yang bangkit dari duduknya menghampiri dokter menanyakan ada apa lalu kembali dengan tiga pemuda yang mengekor di belakangnya. Ah, sudahlah. Sepertinya hari istirahatku akan dipotong menjadi saat ini juga pulang ke rumah.
Menatap ketiga sosok yang masih diam menatapku dengan sorot tajam aku pun menghela napas. “ Kalian ngapain kesini, si? Kan gue uda bilang juga kalo bakal balik dua hari lagi. ” protesku jengah.
Kak Leo mengerutkan keningnya tampak tidak setuju, “ Kalo nunggu dua hari lagi om sama tante uda pasti langsung bawa masalah ini ke pengadilan. Lagian lo juga uda ilang hampir satu bulanan. Mana si kembar jadi sering marah-marah semenjak lo ilang, terus sekarang temen-temen lo sama si kembar sering mampir ke rumah buat nanyain lo udah ada kabar belom atau bahkan yang terparah si Nana mendadak sering marah-marah, kan kasian Ajunnya lagi pdkt malah kena marah. ” ocehnya.
Aku menaikkan kedua bahuku malas, “ Yahh itu kan bukan salahku, kalian salahin aja Kak Bimo yang sembarangan nyulik anak orang. ” keluhku sama sekali tak kaget dengan ucapan terakhir Kak Leo. Aku menatapnya penasaran, “ Tapi si Lexa gimana kabarnya? Lo ga mungkin gatau kalo Lexa suka sama Ajun kan? ”
Kak Leo mendengus begitu aku selesai berucap. “ Lo kayak gatau adek lo aja, dia emang awalnya suka sama Ajun tapi ga lama soalnya terlalu cemas mikirin lo dan selama itu si Bangsat alias Satriyo yang kakaknya Sania itu terus modus bikin gue enek aja liatnya. Tapi yang aneh tuh bukan di Bangsatnya tapi di adek lo tuh, masa dimodusin dikit aja uda langaung malu-malu kambing terus dengan gampangnya curhat ke Satriyo. Gue aja sebagai kakak sepupu ga pernah tuh dicurhatin. ” omel Kak Leo tak lupa sambil mengeluh.
Aku melempar sebutir makaroni hingga mengenai dahinya lalu tertawa mengejek, “ Lo mah ga ada peka-pekanya siapa juga yang mau curhat sama orang macem lo. Yang ada bukannya baikan malah bikin tambah pusing. ”
Kak Leo melotot. Sepertinya ia ingin membalas ucapanku jika saja Aldrick tidak segera berucap, “ Mohon Tuan Leo bisa memendam amarahnya lebih dulu. Crysy harus kembali istirahat sekarang karena kondisinya masih sangat lemah, jika diperkenankan saya ingin meminta tuan-tuan untuk diam di kursi membiarkan Crysy istirahat dengan tenang. ”
Aku memandang Aldrick takjub. Sejujurnya ini kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulutnya untuk pertama kalinya. Melihat Kak Leo yang langsung bungkam membuatku terkikik tanpa beban hingga ia memelototiku.
“ Kamu tidur sendiri atau aku bantu tidur? ” kalimat dingin itu keluar dari bibir Aldrick menimbulkan kesan merinding di sekujur tubuh. Apalagi aku sekarang tau dia adalah agen polisi dan tidak mungkin dia tidak bisa memukul titik sarafku agar segera 'tidur' dengan lelapnya.
Dengan bergidik ngeri aku berusaha menunjukkan wajah imut yang sepertinya tidak imut sama sekali, terlihat dari ekspresinya yang semakin dingin. Buru-buru aku bangkit dari posisiku, tidak jadi merayunya karena sudah dipastikan nyawaku juga akan ikut terancam, dan cepat menaiki bangsal rumah sakit.
Aku berbaring miring melihat Dean dan Glenn yang menatap ke arahku sementara Kak Leo mengambil beberapa butir makaroni tanpa permisi. Apa Kak Leo mencari mati?
Aldrick melihatku dengan mata setajam silet, “ Telentang atau aku—— ”
“ Iya ini telentang! Aku tidur! ” pekikku tak menunggu ia menyelesaikan kalimatnya karena sudah pasti akan diakhiri kata ambigu yang mengerikan.
Aku membalik posisi berbaringku menghadap ke langit-langit lalu memejamkan mata. Sayangnya sebelum aku benar-benar terlelap pintu ruangan kembali terbuka oleh segerombolan orang. Saat aku membuka mata untuk mengintip aku segera tertegun karena pelukan erat oleh beberapa orang secara mendadak yang membuatku sulit bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M WITH YOU✔ #1
RomanceDia selalu bersamaku. Selalu berada jauh dariku tapi tetap memperhatikan diriku. Tak peduli apa, dia yang paling tidak ingin diriku tersakiti. Dari awal kami berjumpa, itu adalah kebetulan. Kedua kalinya mungkin takdir. Tapi di tengah masalah keluar...