26

85 10 0
                                    

Aku memandang punggung pria yang kini berdiri tak jauh dariku dengan tatapan horor. Bagaimana bisa?! Hey!! Itu tadi...

“ Setan. ” gumamku tanpa sadar lalu bergidik sendiri. Aku bergegas balik badan sebelum pria tak dikenal itu sadar kalau ada yanh melihat tindakannya.

Tapi mungkin memang ini bukan hari baikku karena beberapa saat kemudian lenganku terasa sakit karena cengkeraman erat dari seseorang. Aku sedikit merintih dan menoleh untuk mendapati sosok pria tadi sudah menyadari kehadiranku. Wajahku berubah sepucat kertas dan bayangan tadi terus berputar dalam memori.

“ T-tuan... Ada perlu apa anda menahan saya? ” ucapku terbata seraya membatalkan sopan santun denhan memanggil pria ini dengan sebutan tuan. Menurutku dia tidak setua itu?

“ Kamu melihatnya? ”

Aku tak berani menjawab. Mata elangnya semakin tajam namun aku tak kunjung menjawab. Alih-alih menjawab, aku malah memandangi rumbun pohon yang tumbuh di sekitar bukit jamur ini. Dalam hati aku merutuki diri sendiri karena tidak mendengarkan Glenn dan pergi kesini sendiri. Bahkan Dean juga tidak tahu kalau aku kesini sendiri. Aku menggigit bibir bawahku tak mampu berkata-kata. Tubuhku lemas.

“ Kamu mau merasakannya? ”

Lagi, aku tak mau menjawabnya karena kemungkinan besar akan membuatku mendapat masalah lebih besar.

“ Kalau diam saja jangan salahkan aku kalau menganggap dirimu menyetujuinya. ”

Kini aku kembali memusatkan tatapanku padanya. Buru-buru aku menyentakkan tangannya dan mengambil jarak. Jejak darah menetes dari lenganku yang tadi dipegangnya. Aku tak pernah mengira akan melihat pembunuhan secara langsung dan lagi di tempat wisata seperti ini?! Hell!! Ini benar-benar bukan situasi yang baik untukku!

“ Ak-saya tidak akan mengatakan apa pun tentang ini tapi jangan menyentuhku ” ucapku berusaha menyingkirkan rasa takut dan jijik.

Dia mengamatiku dan tidak memberi balasan apa-apa. Aku menatap ke dalam bola matanya yang menyiratkan kesuraman dan melihat kalau dia juga berusaha mencari sesuatu di balik tatapanku.

“ Saya bersungguh-sungguh dalam hal ini. ” lagipula saya tidak punya banyak waktu kosong untuk mengurusi anda yang sama sekali tak ada hubungannya dengan saya! –lanjutku dalam hati.

Selama beberapa saat hening. Pria di depanku akhirnya mengangguk tanpa memgatakan apa-apa lalu pergi dengan acuh. Kalau aku tak ingat kelakuannya tadi mungkin aku sudah melempar batu besar ke kepalanya agar dia mati saja daripada menjadi hama yang meresahkan warga!

Aku berbalik menuju jalan lain untuk mencari petunjuk selanjutnya. Aku tau aku tak memiliki cukup banyak waktu karena sebentar lagi senja dan itu artinya hari akan segera gelap. Aku harus bergegas agar bisa kembali dengan membawa hasil setelah tak mendapat apa-apa dalam lima belas kunjungan ke bukit jamur ini.

Raut wajahku berubah cemberut mengingatnya. Oh, ini benar-benar bukan sesuatu yang baik!

Semakin aku berjalan masuk, semakin sepi sekitarku seolah tak pernah ada pengunjung yang mengunjungi tempat ini. Ah, pantas saja orang tadi bisa setenang itu saat membantai sosok wanita di depannya. Aku pikir dia kurang gentle karena menyerang wanita dan sampai membunuhnya. Meskipun bukan aku yang menjadi targetnya, tetap saja bulu halusku berdiri karena melihat bagaimana dia menusuk langsung ke arah jantungnya dan mengeluarkannya dengan begitu mudah seolah ia sudah melubangi dadanya sebelum menusuknya. Ugh. Benar-benar sadis!

Keadaan sekitar yang sepi mendukung bulu halusku untuk kembali tegak menimbulkan rasa tidak nyaman perlahan merasuk ke dalam hatiku. Aku membuang napas dengan sangat pelan dan terasa dingin.

I'M WITH YOU✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang