14

168 12 0
                                    

Matahari terbenam dengan epic nya sore itu membuat hatiku merasakan lebih tenang. Ku tolehkan kepalaku menatap kak leo dan mike di kanan kiriku yang masih fokus pada pemandangan laut malam

“ Hidup kita itu kayak senja. Bedanya, senja uda tentu menghilang di waktu yang sama, kalo kita bisa aja tiba-tiba hilang sebelum waktunya ” kata kak leo pelan

“ Hidup kayak air kak. Bukan kayak senja. ” selaku lalu tersenyum. Kak leo dan mike menoleh

“ Kenapa? ” tanyanya

“ Karena hidup itu mengalir dengan sendirinya tanpa kita komando. Terombang-ambing tanpa tujuan yang jelas. Kadang pecah ketika menabrak karang kayak perselisihan atau salah paham. Kadang berganti waktunya untuk menguap terkena cahaya matahari karna uda waktunya. Dia pergi. Tapi kemudian akan kembali menjadi anugrah untuk bumi ”

Kedua cowok di depanku terdiam menatapku

“ Gapapa hidup singkat selama mereka ngabisin waktunya dengan orang yang disayang dan selalu ada buat mereka ” mulutku kembali berucap dengan lembut

“ Kita disini sama-sama sayang kak kania, kakek dan nenek, tapi kita gabisa ngelakuin apa-apa ketika mereka berpulang. Kita cuma bisa nangis dan bisa aja berpikir pendek buat bunuh diri, ” aku menggantung kalimatku lalu menatap manik mata kak leo dalam

“ Tapi kita bisa ngikhlasin kepergiannya dengan baik. Lakuin apa yang menurut kakak bener. Disini keluarga kita yang jadi korban. Aku janji sama kakak, aku akan nangkep dalang dibalik semua ini berikut buktinya ” lanjutku

Kak leo membuka mulutnya tapi aku lebih dulu menyela

“ Ini semua ada kaitannya sama kematian kak kania bulan lalu ”

Bisa aku liat sorot mata kagetnya. Aku cuma bisa menatapnya sendu.

“ Mau pulang? Uda waktunya makan malam ” Tanya mike memecah kebisuan yang menerpa

“ Boleh. ”

Setelah mendengar jawabanku, kami bertiga berjalan beriringan menuju kedua Motor yang terparkir tak jauh dari pantai. Aku naik ke boncengan kak leo lalu mengeratkan peganganku di jaketnya

Beberapa saat kemudian kami sudah melesat di antara padatnya kota bandung

.

Aku menatap kosong keluar jendela kamar. Sentuhan angin yang lembut menerpaku membuatku merasa sedikit dingin. Ah, aku kangen kak kania. Kangen kakek. Kangen nenek. Kenapa secepat ini mereka pergi? Bahkan aku baru ngejalanin sebulan sama kakek nenek disini.

Setetes air mata berhasil keluar menerobos pertahananku

Aku membiarkannya mengalir semakin deras tanpa suara dengan meremas kuat dada kiriku yang terasa sesak. Bayangan tentang kakek nenek yang menyambutku saat baru sampai kembali terbayang. Bayangan ketika mataku menangkap kesenduan mereka ketika kak kania berpulang juga masih tersimpan baik dalam memory. Saat dimana nenek selalu tersenyum lembut ketika membangunkanku dan mengajak makan malam juga terus menghantuiku.

Drrtt. Drrtt.

Aku meraih benda pipih di meja belajarku dengan malas lalu menempelkannya pada telinga tanpa melihat siapa yang menelpon

“ Cryst ”

Suara itu. Suara yang paling nggak ingin aku dengar saat ini. Suara yang membuat rasa sakit dan penasaran kembali muncul ke permukaan

“ Crystal? Jawab aku please ”

Aku hanya bergeming tanpa membalas ucapannya dari sebrang telepon sana. Mark. Satu nama itu saja sudah membuat hati dan pikiranku menjadi lebih runyam dari sebelumnya

I'M WITH YOU✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang