Kalau kalian menemukanku sedang sekadar belanja atau posting foto-foto makanan enak, kupastikan itu semua adalah hasil kerja kerasku. Aku berusaha dengan sangat keras untuk mencapai posisi ini. Aku sangat ingin hidupku menghasilkan sesuatu (dengan hasil keringatku), bukan dari mereka-mereka yang hanya ingin menguasai gerak-gerik hidupku. Aku ingin bebas.
"Ah..."
Lelaki itu merangsek memenuhi tubuhku dengan batang keras beruratnya. Peluh mengucur deras dari badannya. Terlihat maskulin dan berkilau, ditempa lampu kamar yang memang kini terhalang tubuhnya.
"Ah..."
Inilah keringat yang aku maksud. Panas. Penuh gairah. Aku memutuskan untuk dibayar dengan cara ini. Aku memutuskan untuk mempertaruhkan hidupku dengan mencari uang sendiri. Tak peduli dengan hujatan mereka. Aku memang hidup seperti ini.
"Gimana sayang? Enak 'kan genjotan Mas?"
"Mmm... mmm..." aku mengerang. Memperlihatkan diriku yang terlihat semakin bernafsu menerima perlakuannya. Genjotannya. Ini sungguh dahsyat.
Lelaki itu terus menggenjot lubang anusku. Kupastikan dia memakai kondom dan lubricant, hanya agar pantatku tidak gampang cedera. Dan kalau terluka, semoga tidak ada penyakit kelamin di sana. Setidaknya ada sesuatu yang mencegahnya.
"Mas ... mm... mas tahu gak?"
"Apa sayang? Apa yang Mas ga tahu?"
"Genjotan Mas yang terbaik diantara semua lelaki yang pernah denganku. Mas luar biasa."
"Hosssh... ah.... kamu bikin Mas puas sama kamu. Ah..."
Tentu saja aku berbohong. Semua genjotan lelaki di anusku intinya sama saja. Rasanya ya podo. Sama-sama ae.
Hanya karena dia salah satu langgananku dan membayarku cukup mahal, tak mengapa aku mengeluarkan sedikit kebohongan untuk membesarkan hatinya. Hitung-hitung sebagai suatu hal yang menyenangkan tuk dilakukan?
"Mas..."
"Iya sayang, iya..."
"Keluarin di dalam mas."
"Iya sayang, ini sebentar lagi, ah, ah, ah......."
Akhirnya dia sampai pada puncak kenikmatan. Dan itu berarti tugasku hampir selesai.
"Kamu masih seperti biasa ya?"
"Iya, Mas."
Dia mulai mencabut kelaminnya dari lubangku. Dan mulai melepaskan kondom yang menutupinya perlahan. Tampak cairan putih berada di ujung karet. Dia membawa beberapa lembar tisu, membungkus bekas kondom tersebut dan membuangnya ke tong sampah yang berada di pojokan ruangan.
"Kamu kok seperti itu terus sih, apa nikmatnya?"
"Kenikmatan kamu adalah kenikmatanku, Mas."
"Halah. Ngomong gitu lagi."
"Ya abis, Mas nanyain itu terus. Kan aku jualan Mas. Jadi kepuasan pelanggan adalah kepuasanku juga," kataku sambil nyelonong ke kamar mandi. Membersihkan lubang pantatku dan sekitarnya, juga membersihkan tubuhku sekalian. Bekas jilatan dari lelaki ini tersebar dimana-mana. Pintu kamar mandi yang berada menyatu dengan ruangan ini kubiarkan terbuka. Dia ikut masuk.
"Sesekali kamu keluarin juga dong. Biar nikmat!"
"Ah engga Mas. Nanti aku lemas. Ga bisa layanin yang lain dong."
"Kamu itu ya, Mas masih kurang apa buat bayarin kamu, hm? Mas selalu lebihin bayaran buat kamu biar kamu ga perlu cape-cape jatuh dari satu pelukan ke pelukan yang lain," katanya sambil mulai mengambil shower yang sedari tadi aku pegang. Menyemprotkan air ke tubuhnya lalu ke tubuhku. Lalu dia mengambil sabun cair dan shower puff, menggosoknya sebentar dengan tangan untuk membuat busa, dan mulai menggosokannya ke tubuhku. Seperti biasa dia memang selalu memandikanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)
Teen FictionAku belajar ini semenjak umur belasan. Menjual tubuh kepada para lelaki yang menginginkan, ternyata lebih ada gunanya.