Setelah beranjak dari restoran, Sean memutuskan pergi ke pantai, ia berniat menjernihkan pikirannya. Sean kembali menimbang-nimbang apa yang dikatakan oleh Jeno. Ia merasa ragu akan ide gila yang dilontarkan oleh temannya itu. Ia menoleh kesana kemari, pantai tampak sepi, hanya sedikit pengunjung yang berlalu lalang. Sepertinya ia salah memilih tempat.
Meskipun pantai yang Sean kunjungi tidak terlalu ramai, setidaknya dia bisa merasa sedikit tenang dan terbebas dari tekanan kejombloan. Sedari tadi yang dilakukannya hanya menendang-nendang pasir pantai hingga sebuah suara mengalihkan perhatiannya. Sekitar tiga meter dari tempatnya berdiri, tampak dua insan yang terlihat seperti sepasang kekasih.
Mau tidak mau, suka tidak suka, Sean bisa mendengar apa yang akan dibicarakan dua orang itu. Sebenarnya dia bisa saja pergi ke tempat yang lain. Tapi, memang dasarnya Sean tukang kepo, tentu saja dia tidak ingin melewatkan kesempatan menguping itu.
Sean POV
Wow gue lihat di samping gue ada cewek cowok berduaan. Awalnya gue kira mereka sepasang kekasih, tapi anehnya wajah si cewek kelihatan tegang gitu kayaknya dia mau bicara sesuatu sama si cowok. Gue yakin pasti nih cewek mau nembak tuh cowok. Secara kan sunset di pantai ini bagus banget, mendukung lah buat suasana romantis.
Gue lantas memasang telinga baik-baik. Mata gue memang menuju sunset, tapi telinga gue tetep dong fokus dengerin apa yang bakal mereka bicarain. Gue nih tim pemirsa kepo.
"Kak, aku mau bicara sesuatu." Si cewek mulai membuka percakapan.
"Itu udah ngomong." Si cowok menjawab dengan santuy.
"Ihh kak, aku serius nih." Teriak si cewek mencoba terlihat imut.
Cih, sok imut banget tuh cewek. Gue yakin ditolak nanti baru tahu rasa.
"Sebenarnya..." si cewek menjeda kalimatnya.
"Sebenarnya apa?" Tanya si cowok penasaran.
"Sebenarnya... itu sunsetnya bagus banget." Seru si cewek menunjuk ke arah matahari terbenam.
"Oh iya-iya bagus banget," si cowok mengarahkan pandangannya menuju pantai."Btw, kakak lupa kalau ada rapat sama sutradara sebentar lagi, kakak pergi duluan ya." Si cowok melambaikan tangannya dan perlahan menjauh.
"Iya kak hati-hati," seru si cewek. Ia melambaikan tangannya. "Gagal lagi deh aku ngungkapin."
Gue bisa lihat jelas raut kecewa di wajah si cewek.
"Kasihan...ups." Gue refleks menutup mulut.
Si cewek itu menoleh. Gue rasa dia denger apa yang gue bilang. Mampus deh ketahuan.
Sean POV end
"Heh kau, nguping ya?" Tanya gadis berambut sebahu itu sambil menunjuk Sean dengan jari telunjuknya.
Ya iyalah masa jari tengah:v
"Ga-gak kok. Gue gak denger, gue pakai kacamata." Sanggah Sean memilih membuang pandangannya ke arah lain ketimbang menatap gadis berlesung pipi itu.
"Heleh. Kau pasti mendengar semuanya kan?" ujar gadis itu. Ia memicingkan matanya, mencari celah kebohongan di mata Sean.
"Oke-oke. Gue denger sedikit." Sean sudah tak sanggup berbohong lagi.
"Apa saja yang kau dengar?" Tanya gadis itu lagi. Kini ia melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap tajam ke arah Sean.
"Gue cuma denger kalo lo mau bicara sesuatu. Gue pikir lo mau nyatain perasaan, taunya malah ngomongin sunset." Jawab Sean panjang lebar dengan tampang polosnya yang minta di tampol itu.
"Itu namanya kamu denger semuanya goblok." Ujar gadis itu menahan emosi.
"Ehehe," Sean cuma bisa nyengir kuda. "Lain kali kalo mau nyatain perasaan, lihat sekitar dulu ya, biar gak ada yang nguping lagi." Ujar Sean sebelum akhirnya berlari terbirit-birit. Pastinya ia menjauhi gadis yang sudah bersiap-siap menghajar mulut Sean yang kurang ajar itu.
"Hei, awas kau." Si gadis berteriak kencang yang tentunya tidak akan di dengar oleh Sean. Bayangkan saja, Sean sudah sangat jauh, bahkan bayangannya saja sudah tidak terlihat lagi.
***
Hari sudah mulai gelap, Sean masih belum memutuskan apa-apa. Ia masih hanyut dalam pikirannya yang tidak jelas itu. Bingung harus bagaimana, itulah yang Sean rasakan. Mungkin ia harus memutuskan satu hal. Ya, ia memilih untuk menjalani hari-harinya seperti biasa saja. Siapa yang tahu, kapan ia akan menemukan jodohnya. Ia hanya bisa menanti hari esok, esok, dan seterusnya. Begitu pikirnya.
Sean menarik napas dalam-dalam. "Gue harus semangat," katanya meyakinkan diri.
"Woi jodoh sampai ketemu besok ya, jangan sembunyi mulu, nanti gue susah nyarinya."
Saat ini mungkin di sampingku masih kosong. Namun suatu saat nanti, akan ada yang mengisi kekosongan ini ~ Sean.
To Be Continue
Untold Story
"Udah-udah. Gue ada ide nih biar lo gak jomblo lagi." ujar Jeno mengacungkan tangannya. Berlagak seperti tokoh di film-film saat menemukan sesuatu.
Apa? Sean menaikan alisnya tanda bahwa ia penasaran."Apa?" Sean menaikan alisnya tanda bahwa ia penasaran.
"Gimana kalo lo pergi jalan-jalan aja?" Jeno menaik turunkan alisnya meminta pendapat Sean.
"Jalan-jalan? Kemana?" Tanya Sean terlihat kebingungan.
"Ke kuburan." sahut Jeno datar. Sungguh dia kesal dengan sifat Sean yang satu ini.
"Gila lo, masa gue disuruh ke kuburan." Sean menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak saran dari Jeno.
"Ya ke tempat wisata lah, bego. Misalnya ke pantai gitu. Kan banyak tuh cewek cantik bertebaran." Goda Jeno.
"Gue tahu arah pembicaraan lo. Sorry ya, gue gak minat." Sean menolak mentah-mentah.
"Heleh, gue yakin. Habis sini paling juga lo bakal ngikutin saran gue." tebak Jeno. Dia sangat mengenal sifat temannya ini. Mudah terpengaruh.
"Gak bakal."
Ujung-ujungnya juga tetep diikutin Sean. Dasar:v
~ ~ ~
Don't forget to vote and comment.With love,
made_lynn
KAMU SEDANG MEMBACA
OSEAN [END]
FanfictionOSEAN (Our Story: Erina and Sean) Kisah ringan tentang keseharian Seano Jevandra yang menikmati -ralat meratapi- kejombloannya. Bertemu penulis muda dengan cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Akankah mereka menemukan jodoh mereka? Suatu saat akan...