Part 4 - New

104 56 16
                                    

Seano Jevandra, pemuda 25 tahun, bekerja sebagai koki di sebuah restoran bernama 'H and Some Restaurant'. Sekilas bila diperhatikan, ia tidak terlihat sebagai orang yang sudah bekerja. Jiwa kekanakannya masih merajalela dalam dirinya. Tapi, siapa yang tahu bahwa Sean menyimpan jiwa dewasanya dalam profesinya.

Pagi hari ini, Sean bersiap-siap untuk pergi bekerja seperti biasanya. Berangkat menuju ke restoran yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya.

Sean POV

"Selamat pagi, Pak Bayu." Sapa gue saat memasuki restoran.

Pak Bayu adalah general manager restoran tempat kerja gue. Pak Bayu itu umurnya hampir seumuran sama bokap gue. Gue sama Pak Bayu udah akrab banget kayak bapak sama anak.

"Selamat pagi Deo, Mita." Sapa gue.

Deo dan Mita itu adalah rekan kerja yang paling deket sama gue. Deo bertugas sebagai pengantar makanan atau delivery driver. Sedangkan Mita bertugas sebagai pelayan restoran. Kita bertiga mulai kenal sejak awal bekerja di restoran ini.

Restoran tempat gue kerja bukanlah restoran mewah tapi gak bisa dibilang restoran kecil juga. Mungkin lebih tepatnya restoran kelas menengah. Karyawannya juga gak banyak.

Di tempat kerja, semuanya menjunjung yang namanya sopan santun, apapun profesinya harus saling menghormati. Jadi wajar aja gue ngomong agak sopan di tempat kerja.

Sean POV end

"Pak Bayu, sedang mempersiapkan apa? Kelihatannya sibuk banget." Tanya Deo. Sedari tadi ia sibuk memperhatikan Pak Bayu yang berjalan kesana kemari membawa berkas.

"Hari ini kita akan kedatangan tamu." Sahut Pak Bayu tenang.

"Wah siapa pak?" Sambung Mita. Ia terlihat begitu antusias.

"Seorang penulis," Pak Bayu menambahkan. "Dia akan melakukan penelitian dalam rangka mempersiapkan karyanya."

Sean, Deo, dan Mita hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf 'O' tanda bahwa mereka mengerti.

"Kapan dia datang?" Tanya Sean. Matanya sesekali melirik ke arah kertas yang dibawa Pak Bayu.

"Malam nanti. Oh ya, kemungkinan selama dua bulan ke depan dia akan bersama kita."

"Siapa nama penulis itu?" Tanya Deo penasaran.

"Erina Ishaka." Jawab Pak Bayu singkat.

"Wow, bukankah dia penulis muda yang sedang naik daun itu. Ah aku sangat menyukai karya-karyanya." Seru Mita bersemangat. Tak henti-hentinya ia menggumamkan kata 'wow'.

"Yah, aku pernah dengar namanya. Kalau tidak salah, karyanya yang berjudul 'Cumi-Cumi Kering' dan 'Kafe Sang Penyihir' itu masuk best seller." Deo menambahkan.

"Erina Ishaka? Apa hanya aku yang tidak tahu siapa dia?" Sean tak paham dengan ucapan rekan kerjanya itu. Ia memilih pergi ke dapur saja.

"Dasar Sean, sudah jomblo, kudet lagi. Sungguh menyedihkan." Mita hanya menatap Sean dengan tatapan kasihan.

***

Malam yang ditunggu-tunggu tiba. Beberapa karyawan terlihat berkumpul di depan restoran. Tak terkecuali Mita. Gadis itu terlihat paling bersemangat menanti kedatangan si penulis.

Sean POV

Tadi pagi gue denger di restoran bakal kedatangan penulis cewek. Terlintas di otak gue buat deketin tuh cewek. Siapa tahu dia kepincut sama pesona koki macem gue. Gue penasaran deh sama tuh cewek.

Gak lama kemudian Deo sama Mita heboh, bilang kalau tuh cewek udah dateng. Gue pun mempersiapkan diri. Sebelumnya, gue cek dulu wajah gue di cermin.

Satu hal yang gue sadari, ternyata gue ganteng pake banget.

Sean POV end

Sean berupaya mempersiapkan senyuman terbaiknya. Ia segera menuju ke depan restoran.

"Halo. Perkenalkan saya Erina Ishaka, bisa dipanggil Erin. Mulai hari ini sampai dua bulan ke depan, saya akan melakukan penelitian disini untuk mempersiapkan karya saya. Mohon bantuannya." Ujar Erin membungkukkan badannya.

Perlahan-lahan senyuman Sean memudar.

"Cewek sunset?" Gumam Sean yang masih bisa di dengar oleh semua orang. Sean kaget melihat gadis dihadapannya ini.

Erin juga sama kagetnya melihat laki-laki tukang nguping itu. Namun, secepat kilat ia mengubah ekspresinya kembali.

"Sean, apa yang kau lakukan?" Deo menyikut perut Sean. Sean hanya diam saja tidak menggubris.

Menyadari suasana yang canggung, Pak Bayu memutuskan angkat suara.

"Erina, selamat datang di restoran ini. Jika ada kesulitan, kamu bisa minta bantuan kepada saya atau karyawan lainnya." Jelas Pak Bayu.

"Baik pak. Terimakasih." Erin membungkukkan badannya tanda hormat.

Satu per satu dari mereka berkenalan dengan Erin, terkecuali Sean. Ia masih berkutat dengan pikirannya, hingga satu tepukan mendarat di bahunya.

"Sean perkenalkan dirimu." Perintah Pak Bayu.

"A-ah iya. Perkenalkan saya Sean. Saya bertugas sebagai koki disini," Sapa Sean lembut. Tidak seperti saat di pantai. "Selamat datang di H and Some Restaurant."

"I-iya, terimakasih Pak Sean." Ujar Erin malu-malu. Bukan tersipu. Hanya canggung saja.

Sesaat setelah Erin bicara, semua menatap ke arah Sean sambil menahan tawa. Sedangkan yang ditatap, telinganya memerah. Bukan baper, bukan senang, bukan marah. Tapi malu!!

"E-eh kau bisa memanggilku Sean saja." Sergah Sean. Ia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal.

"Baiklah, Sean." Erin menganggukkan kepalanya.

***

Erin POV

Sungguh mengejutkan aku bertemu lagi dengan laki-laki tukang nguping itu. Belum mengenal saja dia sudah menyebalkan. Bagaimana kalau selama dua bulan ini aku harus bekerja sama dengannya? Tidak bisa dibayangkan betapa hancurnya karyaku nanti. Ku harap semuanya akan baik-baik saja.

Erin POV end

To Be Continue


Untold Story

Sean adalah anak dari pemilik H and Some Restaurant. Bisa dilihat dari penamaan restoran, terlihat sedikit narsis. Sepertinya sifat narsis Sean menurun dari ayahnya. Semua karyawan kecuali Erin, tahu akan fakta itu. Sifat Sean yang terlalu woles, membuatnya mudah bergaul dengan siapa saja. Ia cenderung tidak membeda-bedakan orang.

Sean tinggal di kawasan perumahan elit. Sesungguhnya rumah tempat ia tinggal itu milik kakaknya. Namun, kini kakaknya sedang melanjutkan studi di luar negeri sehingga Sean memutuskan untuk menempati rumah kakaknya itu.


~ ~ ~
Don't forget to vote and comment

With love,
made_lynn

OSEAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang