Part 21 - Him and Her

33 11 10
                                    

*Part ini tidak ada hubungannya dengan part sebelumnya, tapi disarankan untuk membaca part sebelumnya kalo lupa wkwk

***

Ini hanya sedikit ulasan tentang peliknya kisah asmara Vero dan Acha yang tidak diketahui siapapun, termasuk Erin dan Sean.

Flashback Part 7

Saat itu Acha dan Vero berada di taman. Keduanya terlihat begitu canggung, mengingat mereka baru saja putus beberapa bulan yang lalu.

"Acha..." lirih Vero, matanya menatap sendu pada gadisnya -lebih tepatnya mantan gadisnya- itu. "Kenapa kita harus berakhir seperti ini?"

Pertanyaan singkat itu terasa seperti sebuah panah yang menusuk dadanya. Acha memilih bungkam tanpa alasan, tangannya tak berhenti meremat ujung kaosnya. "Ku mohon perbaikilah hubunganmu dengan Erin."

"Erin? Apa hubungannya dengan Erin?"

"Aku tidak bisa menahan rasa bersalahku lebih lama lagi." Cairan bening mulai memenuhi pelupuk matanya.

"Sudah berapa kali ku katakan, tidak ada yang salah disini. Baik kamu ataupun Erin, kalian tidak bersalah. Kamu punya hak utama atas perasaanmu sendiri. Bahkan orang lain tidak bisa mengatur perasaanmu. Jangan biarkan orang lain menjadi pemeran utama dalam hidupmu." Tegas Vero.

Acha tertawa hambar. "Kamu hanya tidak mengerti bagaimana perasaanku. Kamu tidak pernah merasakan ada di posisiku. Bagaimana sulitnya mencintai seseorang karena takut kehilangan sosok sahabat."

"Kamu salah, aku yakin Erin bukanlah orang yang seperti itu. Dia tidak akan membencimu hanya karena cinta." Ujar Vero sembari memijat pelipisnya. Pembicaraan ini cukup berat baginya.

Sesungguhnya Acha tidak benar-benar tahu perasaan Erin terhadapnya. Mungkin itu semua karena ialah yang memutuskan untuk menjauhi Erin terlebih dahulu.

"Kenapa semuanya terasa rumit sekali?"

Semuanya tidaklah serumit yang dibayangkan. Hanya ketakutan Acha -yang tidak berdasar itu- membuat semuanya terasa rumit.

***

Flashback Part 17

Saat itu usai kepergian Erin, Acha dan Vero bertemu di kafe. Mungkin saat itu Sean mendengar sekilas percakapan mereka.

"Dekatilah Erin. Aku yakin kau bisa jatuh cinta padanya. Dia... terkenal. Manfaatkan... dia."

Tapi percayalah itu tidak sepenuhnya benar. Acha bukanlah orang jahat, begitu pula dengan Vero.

Acha and Vero POV

"Bagaimana dengan Erin? Aku yakin kau masih mengingat perkataanku sebelumnya, bukan?" Tanya Acha tanpa mengalihkan pandangannya pada Vero.

"Tidak bisakah kita seperti dulu lagi? Aku tidak suka situasi seperti ini. Kau bicara padaku selayaknya orang asing."

Acha menggeleng. "Maaf, aku tidak bisa. Dekatilah Erin. Aku yakin kau bisa jatuh cinta padanya. Dia begitu terkenal, jadi manfaatkanlah waktumu bersama dia. Aku yakin nanti dia akan lebih sibuk dari sekarang, maka dari itu gunakanlah waktumu bersamanya."

Vero menatap Acha dengan tatapan sendunya. "Tapi aku ingin menghabiskan waktu denganmu, lalu aku harus bagaimana?"

Deg

Tolong jangan membuatku goyah. Batin Acha.

"Tidak... tidak bisa." Acha menunduk, berusaha tidak memperlihatkan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Apa bagimu, aku ini sebuah barang?" Tanya Vero dengan penuh penekanan. "Jika kamu tidak membutuhkanku, kamu bisa memberikanku pada orang lain? Kumohon jawab aku!"

"Aku permisi dulu, Vero."

"Tu-tunggu Acha. Achaa!!!" Teriak Vero lantang, membuat seisi kafe menatap ke arahnya.

Lagi dan lagi, Acha hanya bungkam, enggan berbicara. Justru hal itu yang membuat masalah mereka sulit menemukan titik temu.

"Maafkan aku, Vero."

To Be Continue

💜💜💜
Don't forget to vote and comment.

With love,
made_lynn

OSEAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang