Epilog

29 12 47
                                    

*mungkin ini part terpanjang yang ku buat di cerita OSEAN

***

Bagaimana rasanya hidup tanpa jiwa, tanpa sebuah senyuman dan canda tawa? Itu yang Erin rasakan saat ini. Sudah dua minggu sejak kepergian Sean, gadis itu masih terus menggumamkan kata Sean di setiap kegiatan yang ia lakukan.

Sedang makan, ia teringat Sean.

Sedang tidur, ia memimpikan Sean.

Sedang bekerja, ia rindu Sean.

Sean tidak pernah absen dari benaknya. Lelaki itu seakan memegang kendali penuh atas perasaan Erin, meskipun dia tidak disana secara nyata.

Bahkan Acha dan Vero selalu bergantian untuk menemani Erin dalam kegundahannya. Beberapa kali mereka mencoba menghibur, tapi sayang, itu semua bagai angin lalu. Erin tidak peduli sedikitpun.

"Sampai kapan kau akan seperti ini, Rin?" Tanya Vero yang duduk dihadapan Erin.

Erin terhenyak, tidak menyadari kehadiran Vero dihadapannya. "Memangnya aku kenapa?"

Vero menghembuskan napasnya pelan. "Berhentilah memikirkan Sean terus menerus. Pikirkan dirimu juga."

Lelaki itu melirik penampilan Erin yang kini terlihat lebih kurus. "Sampai kapan kau akan menyakiti tubuhmu. Acha bilang, akhir-akhir ini kau tidak mau makan."

"Aku tidak nafsu makan."

"Kau bertindak seakan-akan Sean tidak akan pernah kembali,"

"Jaga bicaramu!" Pekik Erin kesal.

"Sean hanya pergi sebentar, aku yakin dia akan kembali secepatnya." Lanjut Vero.

"Kapan saat itu akan tiba? Aku lelah menunggu." Erin menarik ranselnya, gadis itu beranjak pergi meninggalkan Vero sendirian disana.

"Ia akan kembali, karena ia pasti merindukan sunsetnya." Vero tersenyum simpul saat melihat Erin keluar dari area kafe.

.

.

.

Selama dua minggu ini, tempat persinggahan Erin hanyalah rumah dan restoran. Begitu-begitu saja dari matahari terbit hingga terbenam. Masih berharap keajaiban, ia akan bertemu dengan Sean di restoran atau mungkin melihatnya sedang memasak di dapur restoran. Tapi sepertinya itu hanya ada dalam khayalan saja, kenyataannya Sean tidak pernah datang.

Hari ini Erin kembali berkunjung ke pantai yang ia pikir penuh kenangan ini. Tidak banyak pengunjung di pantai ini, tapi kenyamanannya begitu terasa. Erin menutup matanya perlahan, menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa kesejukan itu. Tiba-tiba ia teringat akan perkataannya pada Sean dulu.

Kontrak kerja kita sudah berakhir, terimakasih untuk semua yang telah berlalu. Semoga kita tidak bertemu lagi.

"Harusnya aku tidak bicara begitu. Apa Tuhan mengabulkan doaku untuk tidak bertemu dengannya lagi?" Lirih Erin, gadis itu terisak pelan.

"Kumohon jangan kabulkan doa itu. Aku tidak benar-benar menginginkannya. Kumohon... kumohon... hiks... hiks..."

Oh ayolah, kau menelan ludahmu sendiri. Bagaimana bisa kau begitu egois? Batin Erin, berbicara pada dirinya sendiri.

Memang, penyesalan selalu datang di akhir, tapi bukan berarti penyesalan adalah bagian yang terakhir. Dibalik penyesalan, ada sebuah perbaikan. Setelah penyesalan datang, waktunya untuk memperbaiki keadaan, agar tidak menyesal lagi di kemudian hari. Jadi, menyesal bukanlah jalan keluar atau penyelesaian dari permasalahan itu sendiri.

OSEAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang